• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 29 Maret 2024

Opini

Atas Nama Nasionalisme

Atas Nama Nasionalisme
Merdeka atau Mati (Ilustrasi NUO)
Merdeka atau Mati (Ilustrasi NUO)

Oleh Amin Mudzakkir
Berbeda dengan Eropa, Indonesia mempunyai cara pandang berbeda terhadap nasionalisme. Jika di sana nasionalisme cenderung berasosasi dengan fasisme, maka di sini sebaliknya. Bagi banyak orang Indonesia, nasionalisme adalah senjata yang membebaskan mereka dari kolonialisme--lalu belakangan dari Islamisme. 

 

Oleh karena itu, banyak orang Indonesia menerima nasionalisme sebagai sebuah gagasan luhur. Mungkin statusnya sudah seperti agama. Bahkan dibanding agama yang dianggap telah tercemar kepentingan pribadi, nasionalisme diterima hampir tanpa cela. 

 

Khususnya pada tahun-tahun belakangan ketika Islamisme dianggap ancaman, nasionalisme dipeluk dengan penuh kebanggaan. Kondisi ini bisa dilihat tidak hanya di kalangan sekuler, tetapi juga di kalangan santri. Jargon dan retorika nasionalisme bisa ditemukan secara mudah, misalnya, di kalangan NU. 

 

Hingga tahap tertentu kondisi tersebut memang masuk akal, tidak terhindarkan, tetapi jarang disadari bahwa nasionalisme juga adalah sebuah gagasan yang tidak bisa menghindar dari kepentingan pribadi. Hal ini bukan hanya terjadi di sana, tetapi juga di sini. Tata kelola pemerintahan yang buruk, bahkan cenderung korup, bisa ditutupi dengan kabut bernama nasionalisme.

 

Setidaknya dalam dua dekade terakhir, reputasi nasionalisme yang diterima tanpa cela lahir dari pembingkaian terus menerus tentang ancaman Islamisme. Seakan-akan masalah kita sebagai bangsa adalah hanya Islam radikal, Islam politik, dan Islam konservatif. Untuk mengatasi itu, nasionalisme dikultivasi sebagai senjata yang dipercaya akan mengikis habis semua itu. 

 

Karena terus dicecar oleh pembingkaian tersebut, banyak orang Indonesia tidak bisa lagi melihat secara jernih betapa nasionalisme adalah kabut yang sengaja dihembuskan untuk menutupi sesuatu yang buruk. Lebih dari itu, nasionalisme bisa digunakan oleh individu dan kelompok tertentu untuk menyingkirkan individu dan kelompok lainnya. Atas nama nasionalisme, hal-hal yang sejatinya bersumber dari kepentingan pribadi itu tercium wangi--seolah-olah niscaya bagi kepentingan bangsa.

 

Penulis adalah peneliti BRIN
 


Editor:

Opini Terbaru