• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Kamis, 25 April 2024

Opini

Bulan Gus Dur

Aku Tak Melihat Bingkai Penghargaan di Dinding Rumah Gus Dur

Aku Tak Melihat Bingkai Penghargaan di Dinding Rumah Gus Dur
KH Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur. (Foto: dok. Pojok Gus Dur).
KH Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur. (Foto: dok. Pojok Gus Dur).

Oleh: KH Husein Muhammad
Sebuah Kenangan di rumah Gus Dur
Dahulu kala, baik saat Gus Dur masih atau sudah pulang. Aku sering nginap di kamar tamu di rumah Gus Dur dan makan di dalam rumah beliau. Ini terjadi jika aku ngaji atau rapat di sana. Kalau makan aku sering di temani ibu Shinta saja, karena anak-anak Gus Dur di rumahnya masing, kecuali si bungsu mbak Inay yang jenaka itu. Aku tidak banyak bertemu dengan mbak Alissa, mbak Yenni dan mbak Anita., kecuali dalam moment-moment tertentu.

 

Suatu hari aku ikut rapat di sebuah kamar di rumah itu. Di situ ada lemari buku/kitab. Di sana juga ada meja dan kursi. Nah, di atas sebuah meja itu aku melihat tumpukan bingkai bagus dan ditata dengan rapih. Aku membacanya, dan itu adalah piagam penghargaan untuk Gus Dur dari lembaga-lembaga dunia dan universitas dunia. Gus Dur antara lain menerima Ramon Magsasay, Philipina, Global Tolerance Award, World Peace Prize Award, dll. Beliau juga menerima sekitar 10 atau 11 Gelar Doktor HC dari berbagai universitas di dunia.

 

Betapa anehnya. Aku tidak melihat piagam- piagam berharga itu dipasang/ dipajang di dinding rumah beliau. Malahan ditumpuk saja di kamar. Yang ada di dinding itu adalah foto berdua dengan ibu Shinta, foto bersama ibu dan empat anak perempuannya.

 

Ini sangat berbeda dengan di rumah pada umumnya orang. Apakah yang ada dalam pikiran Gus Dur dan keluarganya?.

 

Aku mengira-ngira saja. Gus Dur mungkin berpendapat bahwa kemuliaan atau kehebatan seseorang tidak terletak atau karena gelar yang disematkan kepadanya. Melainkan karena kemampuannya menjaga diri, rendah hati dan ketulusannya melayani manusia yang membutuhkan dirinya serta mencintai semua makhluk Tuhan.

 

Inilah yang disebut sebagai taqwa.

 

Sumber: FB Husein Muhammad


Opini Terbaru