Opini

Abah dan NU

Jumat, 24 Desember 2021 | 07:00 WIB

Abah dan NU

Abah KH TB Rafei Ali

Oleh: Neng Dara Affiah


Di masa-masa Muktamar NU ini aku ingat Abah.  Ia sangat cinta dengan organisasi ini sepanjang hidupnya. Cinta yang tak bersyarat,   menjadi pengurus atau tak menjadi pengurus. 

 

Wujud cintanya ia pada NU, ia sekolahkan semua anak-anaknya di Pesantren Cipasung, pesantren besar di Jawa Barat yang mendidik para santrinya dengan corak ajaran Islam yang berkultur NU. Setelah pendidikan dasar dan menengah, ia menyerahkan kepada anak-anaknya untuk memilih pendidikan apa saja dan memiliki pandangan apa saja. Abah, dalam pandanganku, orang yang membiarkan anak-anaknya untuk berimajinasi luas, seluas alam semesta ini dan tak membatasi pagar-pagar yang membuat nurani dan pikiran anak-anaknya menjadi sempit. 

 

Dalam pelbagai perhelatan NU, ia sering hadir sebagai utusan dari Banten. Jika ia berkumpul dengan para Kyai atau ulama, ia sangat rendah hati. Jika duduk dalam perhelatan,  ia mengambil posisi paling belakang, bersarung dan berkopiah haji. Berpenampilan sangat sederhana. Ia benar-benar menempatkan dirinya sebagai hamba Allah yang 'nothing'.  Tak banyak bicara dan tak meledak-meledak. 

 

Berbeda saat ia memerankan dirinya sebagai politisi, ia adalah singa panggung. Berbicara menggelegar dan 'kejawaraannya' ia keluarkan. Abah piawai bersiasat, mungkin karena terlatih berorganisasi dan berpolitik semenjak aku belum lahir. 

 

Abah, organisasi yang Abah cintai ini sepeninggal Abah akan baik-baik saja, dan bahkan akan lebih maju lagi ke depannya. Di organisasi ini akan berkumpul para ulama dan para cendekia yang akan menghubungkan 'duniawi' kepada kekuatan 'Ilahi", dari kekuatan bumi kepada kekuatan langit, dan mereka akan memangku dan melindungi orang-orang lemah dan tak berdaya. Ia juga akan menjadi organisasi Islam yang akan membanggakan Indonesia dan dunia.   

 

Abah, kita berdoa, siapa pun yang memimpin NU ke depan, terpenting adalah memperoleh ridha Allah Swt dan orang-orang yang memilihnya pun ridho kepada pemimpin yang dipilihnya. 

 

Di pundak organisasi ini, Indonesia yang 'Baldatun Thayyibatun wa Robbun Ghafur (Negeri yang baik dengan masyarakat yang mendapatkan ampunan Tuhan) akan terwujud. Insya Allah!

 

Penulis adalah aktivis perempuan, alumni Pesantren Cipasung.