• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Selasa, 30 April 2024

Ngalogat

Takwa dan Muhasabah: Bekal Utama dalam Menyongsong Tahun Baru

Takwa dan Muhasabah: Bekal Utama dalam Menyongsong Tahun Baru
Takwa dan Muhasabah: Bekal Utama dalam Menyongsong Tahun Baru
Takwa dan Muhasabah: Bekal Utama dalam Menyongsong Tahun Baru

Tidak terasa kita berada di akhir penghujung tahun 1444 H. Sebentar lagi kita akan atau mungkin sudah tiba di tahun baru 1445 H. Dalam menyongsong tahun baru, orientasi dan resolusi semua orang pasti sama yakni tahun sekarang harus lebih baik dari tahun sebelumnya. Hal positif harus tetap dipertahankan dan ditingkatkan. Ikhwal negatif harus segera dilupakan dan ditinggalkan. 


Jika sering  berbuat baik, maka tetapkanlah hal itu menjadi sebuah kebiasaan. Sementara jika terkadang sering berbuat salah, maka segeralah bertobat, iringi dan gantikanlah dengan perbuatan baik. 


"Maka tetaplah engkau di jalan yang benar," (QS Hud [11]: 112). "Dan iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, maka niscaya kebaikan akan menghapuskan keburukan itu," (HR Tirmidzi).


Optimisme adalah frasa yang tepat untuk kita tumbuhkan dalam mengawali pergantian tahun ini. Berbagai upaya dan rencana pun dipersiapkan. Semua itu dilakukan, tiada lain dalam rangka mewujudkan masa depan yang cerah dan menggembirakan sesuai dengan apa yang diharapkan.


Bukankah mempersiapkan diri demi mencapai masa depan yang cerah itu diperintahkan Tuhan. Dalam QS al- Hasyr ayat 18 Allah SWT memerintahkan: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang (telah) diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah itu Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS al-Hasyr [59: 18). 


Dari ayat di atas diperoleh:


Pertama bahwa bekal utama untuk mengisi masa depan (termasuk dalam menyongsong tahun baru) adalah takwa. Takwa menjadi bekal terbaik bagi kita dalam mengisi  kehidupan sehari-hari (QS al-Baqarah [2]: 197). 


Semua aktivitas yang dilakukan harus bermuara pada satu identitas, yakni identitas takwa.
Takwa diartikan sebagai usaha yang sungguh-sungguh untuk melaksanakan segala dari apa yang diperintahkan Allah SWT dan berusaha dengan sungguh-sungguh pula dalam menjauhi segala yang dilarang oleh Allah SWT. Maka orang-orang yang bertakwa (muttaqin) adalah orang-orang yang menjalankan perintah-perintah Allah SWT, takut terhadap siksa-Nya, serta menjauhi maksiat kepada-Nya. 


Kedua, pentingnya bermuhasabah (introspeksi diri). Muhasabah diartikan sebagai upaya dalam menghitung dan mencermati apa-apa yang telah dilakukan di masa lampau dan mempersiapkan diri untuk masa yang akan datang. Dalam peribahasa Sunda dikatakan Ngaca ka jalan nu geus kasorang jeung nyawang kanu bakal karandapan.


Terkait bermuhasabah, Nabi SAW besabda: “Hasibu anfusakum qabla an tuhasabu (Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab).” (HR Tirmidzi dan Ibnu Abi Syaibah).


Bermuhasabah menjadi sesuatu yang penting dilakukan karena berkaitan dengan kualitas sebuah perbuatan itu sendiri. Orang yang pandai bermuhasabah tidak akan serampangan dalam berbuat sesuatu. Ia akan memikirkan terlebih dahulu dampak baik dan buruk atas apa yang akan dilakukannya. Dengan bermuhasabah, segala sesuatu yang akan perbuat seseorang akan lebih terarah, karena ia sadar bahwa perbuatannya itu akan ada perhitungannya kelak. Kelak itu yaumul hisab. Eskatologi hari perhitungan.


Sebaliknya, bagi orang yang tidak pandai bermuhasabah, ia akan berbuat sesuatu dengan sekehendak hatinya. Segala perbuatan yang dilakukannya hanya menuruti hawa nafsunya saja. Ia juga tidak memikirkan dampak baik dan buruk dari apa yang akan diperbuatnya. Inilah kiranya makna firman Allah SWT “hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang (telah) diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)” di dalam QS al-Hasyr ayat 18 di atas.


Dengan demikian, dua hal di atas (bertakwa dan bermuhasabah) dapat menjadi pegangan kita dalam menyongsong tahun baru ini sehingga apa-apa yang akan kita lakukan di masa depan dapat sesuai dengan arah dan tujuan yang diridai Allah SWT. Dan kita sadar bahwa segala sesuatu yang kita perbuat akan selalu mendapatkan pengawasan dari Allah SWT.


Nabi SAW bersabda: “Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Kalaupun engkau tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR Muslim dan Ahmad). Wallahualam


Rudi Sirojudin Abas, salah seorang peneliti kelahiran Garut


Ngalogat Terbaru