• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Minggu, 5 Mei 2024

Ngalogat

Musda MUI Indramayu di Mata Rakyat Biasa

Musda MUI Indramayu di Mata Rakyat Biasa
Suasana Musda Indramayu (Foto: NU Online Jabar/Yahya Ansori)
Suasana Musda Indramayu (Foto: NU Online Jabar/Yahya Ansori)

Oleh Yahya Ansori 
Sore itu saya datangi Ketua PCNU Indramayu, saya tanyakan kondisi kesehatan beliau setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit, beliau menjawab saya masih belum pulih. Saya saksikan juga beliau minum obat setelah maghrib. 

“Pak haji apakah besok akan menghadiri Musda VII Majelis Ulama Indonesia Indramayu?” tanya saya. 

“Insyaallah saya besok hadir, kondisi Indramayu sudah berubah saya akan suarakan bahwa MUI juga seharusnya berubah,” katanya. 

Setelah ngobrol setengah jam saya  pun pamit, saya berjanji akan menemaninya di Musda MUI esok pagi.

Selama beberapa tahun menemaninya di struktural PCNU Indramayu, saya menyaksikan betul bahwa hubungan NU dan MUI kurang harmonis. MUI Indramayu dekat dengan penguasa saat itu masuk terlalu dalam, menjadi corong untuk partai penguasa dalam kampanye-kampanye di politik praktis. 

Di sisi lain, NU Indramayu mencoba menjaga jarak dengan kekuasaan dengan posisi kritis. Dalam posisi ini, NU sebenarnya rugi karena tidak diperhatikan dan tak bisa menikmati politik anggaran. 

Dan Ketua PCNU benar-benar hadir pada Musda VII MUI kendati saya khawatir akan kesehatannya. Kehadirannya adalah sebuah langkah maju agar tidak ada ‘gap’ posisi diametral NU-MUI. 

Saya pantau dari jauh ia tetap fokus, memberikan masukan dalam rapat dan berpendapat secara aktif dalam forum tersebut. 

“Soal hasil yang tidak sesuai ekspektasi kita, itu tidak penting, karena yang terpenting adalah kita sudah sampaikan harapan kita,” ungkapnya selepas acara. 

Dalam hati saya merasa lega, beliau tetap tenang dan tetap sehat.

Musda yang diselenggarakan di Islamic Center kabupaten Indramayu, 23 Desember 2020 itu menghasilkan keputusan yang sudah diperkirakan sebelumnya. Ketua sebelumnya kembali terpilih. Kemudian ia menyampaikan sambutannya. 

“Kemarin saya telah mendukung calon yang kalah di pilkada. Namun sekarang saya adalah pemenang,” ungkapnya sambil mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi. Menurut saya, itu ekspresi yang menegaskan kegembiraannya. 

Musda itu kemudian meyepakati berbagai program-program untuk 5 tahun ke depan, memilih sekretaris dan bendahara periode sebelumnya. Status quo terpilih kembali melalui rapat formatur yang dari 11 orang perwakilan terdiri dari perwakilan MUI tingkat kecamatan, pengurus MUI kabupaten demisioner dan perwakilan ormas.

Di telinga saya masih terngiang-ngiang tentang kalah menang yang disampaikan ketua terpilih. Kalah dan menang menurut saya mirip politikus. Pernyataannya secara tidak langsung menunjukkan dua hal, MUI telah digerakkan untuk kepentingan politik praktis untuk mendukung calon bupati yang kebetulan kalah. Kedua, ketua terpilih menunjukkan bahwa Musda kali ini dijadikan arena pertempuran yang menegaskan bahwa gerbongnya masih kuat. 

Padahal masih terngiang-ngiang dalam telinga saya sambutan Sekretaris MUI Jawa Barat yang mewanti-wanti agar Musda MUI mengedepankan sikap-sikap keulamaan karena forum tersebut bukan politikus, melainkan para ulama. 

Sebagai masyarakat biasa, tentu kita berharap bahwa MUI ke depan tetap menjadi mitra strategis pemerintah daerah kabupaten Indramayu, menjadi penyambung lidah rakyat dalam persoalan-persoalan keagamaan masyarakat. Kita tidak ingin MUI Indramayu justru menjadi ‘duri’ dalam ‘mata kekuasaan’ karena akan menjadi tontonan yang tidak mengenakkan di tengah khalayak ramai.

Meski demikian, saya ucapkan selamat mengabdi kepada MUI Indramayu untuk lima tahun ke depan. 

Penulis adalah warga Indramayu


Ngalogat Terbaru