• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 26 April 2024

Ngalogat

MKNU Indramayu Berbasis MWC, Behind the Scene (Bagian 1)

MKNU Indramayu Berbasis MWC, Behind the Scene (Bagian 1)
MKNU Indramayu Berbasis MWC, Behind the Scene (Bagian 1). (Sumber Foto: https://www.facebook.com/photo/?fbid=585124002623051&set=a.107746787027444)
MKNU Indramayu Berbasis MWC, Behind the Scene (Bagian 1). (Sumber Foto: https://www.facebook.com/photo/?fbid=585124002623051&set=a.107746787027444)

Oleh Yahya Ansori 
Tertarik atas tulisan Kang Iip Dzulkipli Yahya soal betapa sulitnya menjadi anggota NU zaman dulu yang harus mengikuti pelatihan tiga bulan yang tentu berbeda dengan era sekarang. Bukan soal lamanya yang terus terpikir oleh saya tapi bagaimana caranya, dan seberapa tingkat kesulitannya.

Setelah Madrasah Kader Nahdlatul Ulama (MKNU) yang pertama dan kedua, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Indramayu mencanangkan gagasan agar seluruh MWCNU se-Kabupaten Indramayu bisa melaksanakan MKNU di tingkat Majelis Wakil Cabang.

Tugas itu dimandatkan ke saya sebagai penanggung jawab event-event MKNU di tingkat kecamatan atau MWCNU. Ada masukan dari Wakil Ketua PCNU Kabupaten Indramayu Kang Muhaimin agar kita kembali ke era tempo dulu, di mana ketika NU menyatu dengan rakyat, karena kita adalah bagian dari masyarakat itu sendiri. 

Kader NU itu biasanya yang memimpin tahlil, menjadi khotib sekaligus seringkali menjadi imam masjid dan mushala. Kegiatan MKNU kita umumkan di mushala dan masjid.

Monggo bapak-bapak imam dan jamaah masjid yang berkenan ikut MKNU dipersilahkan. Sekaligus bapak atau ibu barangkali ada yang berminat menyumbang apa saja entah beras, sayuran, ikan atau apa saja akan diterima oleh panitia,” begitulah kira-kira isi dari seruan itu.

Setiap acara NU itu hal terpenting adalah logistik, MKNU di MWCNU Gabuswetan misalnya, saya telepon sendiri donatur yang punya sawah banyak. 

"Kang ini dari panitia MKNU mau sowan". 

Alhamdulillah dari beliau kami diberi dua karung beras. Ada juga peserta MKNU yang nelayan (bos Kapal) setelah kami telepon beliau siap menyumbang satu drum ikan sontong. Ada yang menyumbang sayuran, ada yang menyumbang air mineral 5 dus 10 dus, ada yang nyumbang ayam hingga entog.

Sejatinya jika kita bersama rakyat mungkin secara teoritis kami bisa melakukan apa saja, sangat mungkin kita misalnya melakukan pelatihan tiga bulan tapi tentu saja betapa melelahkannya. Peserta MKNU biasanya ustadz atau kiai yang kesibukannya tinggi, ditambah adanya handphone undangan tahlil dan ngaji di sana sini makin merusak konsentrasi peserta. Namun, sangat luar biasa keteguhan kader tempo dulu meninggalkan anak istri dan umatnya selama tiga bulan.

MKNU Gabuswetan sendiri dilaksanakan di Sekretariat Ranting Druntenwetan 5-6 September 2020 yang lalu. Menyiapkan tempat, mengurusi makan dan segalanya adalah pengurus ranting dibantu GP Ansor dan Banser. Karena tempatnya di madrasah yang dekat dengan masjid, peserta yang terdiri dari ustad dan kiai tidur di ruang kelas madrasah dan masjid, ini mirip-mirip jamaah khuruj atau jamaah tabligh. Obrolan bisa sangat lepas sekali termasuk cerita-cerita soal dakwah di daerahnya masing-masing. Dengan tidur di masjid mereka mengenang kembali saat-saat di pondok karena banyak dari peserta yang ternyata teman dulu satu pondok.

Selesai acara panitia cerita masih banyak kelebihan logistik sumbangan dari warga, akhirnya setelah semua beres ada tugas tambahan yang diserahkan ke LAZISNU Gabuswetan yaitu membagikan sembako ke masyarakat sekitar yang membutuhkan.

Nahdlatul Ulama dan masyarakat adalah sebuah relasi timbal balik, tanpa masyarakat kita tidak akan menjadi besar seperti ini.

Penulis adalah sekretaris PCNU Kabupaten Indramayu


Ngalogat Terbaru