Konten YouTube Kang Ujang Busthomi Fiktif dan Settingan?
Rabu, 2 September 2020 | 13:08 WIB
Oleh Alfikar
Kehadiran Channel Youtube Kang Ujang Busthomi Cirebon mendapat tempat tersendiri bagi para pengguna media sosial berbasis video di YouTube. Kehadirannya seperti menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia sejak dulu sampai sekarang masih suka dengan dunia gaib. Buktinya tidak butuh waktu lama bagi Kang Ujang untuk mendapatkan subscriber. Dalam hitungan bulanan saja channel-nya lebih dari 3 juta.
Baca: Fenomena Ujang Busthomi
Dari jutaan penonton di channel Kang Ujang sepertinya masih ada yang memandang sebelah mata. Buktinya walaupun konten Kang Ujang diunggah secara live alias siaran langsung tanpa ada editan video sama sekali, tapi ada sebagian pihak yang menganggap hanya setting-an saja. Artinya konten itu fiktif, tidak jauh beda dengan konten-konten yang ada dalam film horor layar lebar.
Kemunculan Kang Ujang Busthomi di stasiun televisi beberapa tahun lalu tak merisaukan komentar negatif dari pihak luar. Buktinya Pengasuh Padepokan Anti Galau Cirebon ini sama sekali tidak baper ketika ada yang menilai bahwa kontennya cuma settingan.
Justru yang baper itu malah para subscriber, termasuk saya sendiri. Ingin rasanya saya mengajukan beberapa pernyataan dan pertanyaan kepada mereka yang nyinyir dengan Kang Ujang, di antaranya, apakah mereka tidak percaya dengan kekuatan shalawat? Apakah mereka tidak percaya dengan kekuatan ilmu hikmah?
Sekadar informasi, dalam catatan sejarah disebutkan bahwa Islam ke Nusantara ada yang mengatakan pada abad ke-13, ke-11, ke-9, bahkan ada yang mengatakan sejak abad ke-7, tapi kenapa baru berkembang pada abad ke-15 yaitu pada zamannya Wali Songo?.
Menurut Kiai Agus Sunyoto, orang Nusantara terutama orang Jawa itu punya peradaban yang tinggi, termasuk di bidang ilmu kanuragan. Dalam buku Atlas Wali Songo diceritakan ada 20.000 keluarga Muslim yang datang ke Nusantara, tapi semuanya meninggal dunia, kecuali hanya tersisa sekitar 200-an saja. Mereka tidak sanggup menghadapi orang pribumi. Kekalahan mereka bisa jadi setelah berhadapan atau bertarung dengan leluhur para dukun santet yang didatangi Kang Ujang. Kira-kira itulah sebabnya di awal-awal dakwah Islam sulit diterima masyarakat Nusantara.
Ketika Wali Songo berdakwah di Nusantara, Islam bisa diterima masyarakat pribumi karena mereka menggunakan strategi yang luar biasa, mulai dari kebudayaan, pendidikan, perdagangan dan sebagainya hingga akhirnya hanya dalam waktu kurang lebih 50 tahunan Islam bisa diterima masyarakat nusantara.Â
Hal yang menarik adalah, mengapa namanya Wali Songo alias wali sembilan? Bukan wali lima, wali pitu, wali sebelas dan seterusnya? Tentu saja hal ini berdasarkan pertimbangan ilmu hikmah, sebab dalam hitungan Abajadun nama Jawa itu berjumlah 9, jumlah ini merujuk pada hitungan huruf Jawa yang terdiri dari huruf jim ( ج ) dan wawu (Ùˆ ).Â
Menurut hitungan Abajadun, huruf jim ( ج ) mempunyai nilai 6 dan huruf wawu (و ) mempunyai nilai 3, ketika dua huruf tersebut disatukan jumlahnya menjadi 9, maka di tanah Jawa angka sembilan dianggap keramat. Periksa saja nama-nama berikut yang jumlah hurufnya ada 9 seperti; Nusantara, Indonesia, Pancasila, Pajajaran, Majapahit, Siliwangi, Gajah Mada, dan sebagainya.
Sebagaimana ribuan Muslim yang di awal tadi datang ke Nusantara, Wali Songo pun mendapatkan tantangan yang sama. Kurang lebih dengan bahasa; jika kamu bisa mengalahkan saya, saya ikut agama kamu. Maka terjadilah pertarungan, bahkan diceritakan Sunan Bonang sempat terluka parah akibat pertarungan ini.
Apa hubungannya Kang Ujang dengan Wali Songo? Tentu saja ada benang merahnya, yaitu sama-sama bertarung dengan masyarakat yang punya ilmu kanuragan cukup tinggi.
Penulis adalah Subscriber Kang Ujang Busthomi Cirebon
Â
Terpopuler
1
Jelang Konfercab Ke-3, Ketua Ranting NU Sidomulyo Sampaikan Harapan untuk NU Pangandaran
2
Perkuat Tata Kelola Organisasi, IPPNU Garut Gelar Pelatihan Administrasi Bersama Sekretaris Umum PP
3
Puncak Ibadah Haji Berakhir, Jamaah Mulai Dipulangkan ke Tanah Air pada 11 Juni 2025
4
Konferancab Fatayat NU Plered Tetapkan Elis Yuliawati sebagai Ketua Baru
5
Ketua PCNU Purwakarta Kenang Keteladanan Abah Cipulus dalam Haul Kelima
6
Sekretaris Pergunu Depok: Haji dan Kurban Jadi Barometer Keimanan dan Ketakwaan
Terkini
Lihat Semua