• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 26 April 2024

Ngalogat

Kisah Gus Dur dan Remang-remang Pantura

Kisah Gus Dur dan Remang-remang Pantura
KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) (NU Online)
KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) (NU Online)

Oleh Abdullah Alawi 
Ada dua tulisan saya tentang Gus Dur yang terkait dengan musik. Pertama, berjudul Gus Dur, Dangdut, dan Rhoma Irama. Tulisan itu menarasikan ulang diskusi tentang musik dangdut yang dilaksanakan Universitas Airlangga yang menghadirkan Gus Dur dan Rhoma Irama. Di dalam diskusi itu terdapat apresiasi Gus Dur terhadap dangdut yang menurutnya selalu menemani napas hidup rakyat. Secara khusus, Gus Dur juga memuji salah seorang kreatornya, Rhoma Irama yang hadir pada forum itu. 

Saya kutip ulang apresiasi Gus Dur tersebut: 

“Makanya ya maaf, kalau sudah mendengarkan musik Bang Haji, satu ciptaannya, ya saya ikuti terus kan, maka ya terus terus terang, komponis Indonesia yang lainnya, apalagi yang pop itu, hambar semuanya. Saya ini tukang ngeledek orang, tukang ngeritik orang ya. Jadi, gak akan gampang-gampang memberikan penghormatan ya. Coba saja perhatikan kalau sudah pulang, putar lagunya Bang Haji, yang centang perentang, lari kemana itu, dalam satu ikatan lagu yang bagus. Ya kalau saya boleh bandingkan ini ya kayak Jimi Hendrix dalam lagu soul ya, blues dan soul itu kan kelihatannya centang perentang, kita gak tahu mau kemana nih musik, tapi secara utuh, bagus sekali. Jadi meramunya itu, bagaimana kesadaran, tema, itu dimasukan ke dalam musik sebab kalau tema saja tidak bisa masukinnya, ya percuma,” jelasnya.  

Kedua, tentang apresiasinya terhadap dangdut. Pada bagian ini dia sepakat dengan apa yang dikatakan Suka Hardjana: 

“Nah, kata Suka Hardjana, melodi yang menunjukkan musik Indonesa adalah dangdut. Menurut dia, dangdut itu denyut hidup bangsa Indonesia. Bahwa itu hasil ramuan dari macam-macam unsur, apa itu lagu melayu, zavin Arab, sumbangan sono-sini, itu merupakan perkembangan musik yang wajar,” jelasnya. 

Sementara tulisan kedua saya adalah tentang Gus Dur dan adiknya, Gus Im (KH Hasyim Wahid) dengan judul Selera Musik Gus Dur dan Gus Im yang Unik. Pada tulisan itu saya menarasikan ulang dari catatan pengantar Gus Im untuk buku AS Hikam berjudul Gus Durku, Gus Durmu, Gus Dur Kita. Di situ saya tahu Gus Dur menyukai Simfoni No. 9 Beethoven dan Simfoni No. 40 Mozart. Sementara yang dibacarakan pada pertamuan itu adalah tentang Friday Night in San Fransisco: Live Concert. Sebuah konser yang melibatkan tiga maestro gitar yaitu Paco de Lucia, Al di Meola, dan John MacLaughlin. 

Di situ diungkapkan bagaimana Gus Dur dan adiknya membicarakan politik yang dibidik dari musik. 

“Musik fusion seperti itu bisa membantu memahami praksis politik Indonesia yang juga berupa fusion. Bedanya politik Indonesia adalah fusion aliran, partai politik oposisi seolah-olah, dan macam-macam teori pembangunan yang wujud akhirnya jadi aneh dan sulit dimengerti, apalagi dinikmati,” komentar Gus Dur. 

Remang-remang Pantura
Dalam temuan saya, ternyata Gus Dur tidak hanya menyukai Simfoni No. 9 Beethoven dan Simfoni No. 40 Mozart, tapi juga karya Janis Joplin, seorang musikus yang tewas karena overdosis narkoba. Okezone.com pernah menulis Humor Gus Dur: Lagu Favorit Gus Dur Bikin Wartawan BBC Kaget. 

Pada tulisan tersebut terungkap tentang lagu kesukaan Gus Dur yaitu lagu Me and Bobby McGee. Pada tulisan lain, di Ali.id disebutkan, Gus Dur juga menyukai Summertime yang juga karya Janis Joplin. 

Dan ternyata, Gus Dur tak hanya lagu-lagu itu, ia juga menyukai lagu Remang-remang dari genre musik tarling yang populer di pantura Jawa Barat, khususnya di Cirebon dan sekitarnya.

Berikut ini adalah lirik lagu Remang-remang yang dipopulerkan Diana Sastra: 

Remang remang sinar lampu wayah sore
Lilin tugel ganti surupe srengenge
Nunggu kakang wis lawas langka kabare
Rasa pegel duh kakang sun ngentenane

Remang remang sinar lampune madangi
Kadang peteng lintang wis ora perduli
Aku seneng nalio kowe njanjeni
Duh wong ayu ojo gawe loro ati

Jere lunga bli suwe
Lawas paling suwengi
Kula percaya bae
Nyatane kakang mbohongi

Angel jaman saiki
Nggolek tresno sejati
Sewu mung ono siji
Sing setyo tekaning pati

Remang remang sepanjang jalan pantura
Gadis manis pada midang pinggir dalan
Jare seneng bisa mbantu ning wong tuwa
Kadang nangis urip mengkenen sampe kapan

Jere lunga bli suwe
Lawas paling suwengi
Kula percaya bae
Nyatane kakang mbohongi

Angel jaman saiki
Nggolek tresno sejati
Sewu mung ono siji
Sing setyo tekaning pati

Remang remang sepanjang jalan pantura
Gadis manis pada midang pinggir dalan
Jare seneng bisa mbantu ning wong tuwa
Kadang nangis urip mengkenen sampe kapan

Terkait lagu ini, konon Gus Dur pernah mendengarkannya di radio Muara FM. Sedang asik-asiknya ia mendengarkan lagu itu, tiba-tiba lagu tersebut terputus karena iklan. Langsung saja beliau hubungi si penyiar radio yang saat itu sedang bertugas agar memutar kembali lagu itu.

Dalam satu tulisan yang diungkapkan Alif.id, Gus Dur pernah meminta Diana Sastra menyanyikan lagu tersebut secara langsung di hadapannya. Tak hanya sekali, di lain kesempatan, Gus Dur pernah meminta hal yang sama kepadanya.

Penulis adalah penikmat musik dan pengagum Gus Dur
 


Ngalogat Terbaru