• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Selasa, 30 April 2024

Ngalogat

Ketika Allah Swt “Cuek” Kepada Hambanya

Ketika Allah Swt “Cuek” Kepada Hambanya
Hamba Allah (Ilustrasi: freepik)
Hamba Allah (Ilustrasi: freepik)


Sebesar apapun dosa dan kesalahan kita ampunan Allah swt jauh lebih besar. Kasih sayangNya mengalahkan amarahNya. Jangan pernah berputus asa dari rahmatNya. Allah Swt berfirman: “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas (dengan menzalimi) dirinya sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”


Apabila seorang hamba melakukan perbuatan dosa, maka akan ditulis dalam hatinya sebuah titik hitam, jika melakukan dosa (lagi), maka akan ditulis dalam hatinya sebuah titik hitam, sampai (hatinya) menjadi hati hitam selamanya, ia tidak mampu membedakan antara kebenaran dan kemungkaran.


Titik hitam yang terdapat dalam hati tersebut (ketika melakukan perbuatan dosa) bagaikan pakaian putih yang terkena tinta hitam. Badan seseorang layaknya pakaian putih, sedangkan dosa layaknya tinta hitam. Jika langsung dibersihkan saat terkena tinta hitam maka tentunya noda itu mudah untuk dihilangkan tetapi jika dibiarkan tidak dicuci bahkan kembali terkena noda hitam maka lama kelamaan pakaian yang awalnya putih akan berubah menjadi hitam dan sulit untuk dibersihkan.


Begitupun dengan manusia, ketika ia melakukan perbuatan dosa, kemudian membersihkan dosanya dengan bertaubat kepada Allah swt, maka titik hitam dalam hatinya akan dihapus, namun jika ditahan sampai satu bulan, satu tahun, atau bahkan selamanya, bukan tidak mungkin hatinya akan menjadi hati hitam. Dan, dampaknya tidak dapat membedakan antara kebenaran dan kemungkaran, sehingga kehidupannya terjerumus dalam maksiat dan kesalahan. 


Sikap terbaik seorang muslim terhadap dosa adalah dengan tidak menganggapnya sebagai hal yang sepele. Sekecil apapun perbuatan dosa yang kita lakukan sebagai seorang muslim harus segera memohon ampunan Allah swt, jangan pernah menunda-nunda untuk bertaubat, ganti perbuatan dosa tersebut dengan perbuatan baik, Allah swt Maha Menerima Taubat.


Tetapi pernahkah kita membayangkan ketika Allah Swt “Cuek” kepada hambaNya. Dikisahkan, seorang pemuda mendatangi Imam Hasan al-Bashri dan berkata kepadanya: “Aku mendengar bahwa setiap perbuatan dosa ada hukumannya, aku sering berbuat dosa kepada Allah, lalu kenapa DIA tidak lekas menghukumku?”


Al-Hasan Al-Bashri tersenyum lalu berkata: “Anakku, sudah berapa banyak Allah Swt telah menghukummu tanpa kamu sadari.” Pemuda: “Menghukumku?” Hukuman seperti apa? 


Al-Hassan Al-Basri menjawab: 
Bukankah DIA telah mencabut darimu manisnya bermunajat padaNYA?
Bukankah hari-harimu berlalu tanpa membaca Al-Quran?
Bukankah kamu telah melewatkan malam-malam panjang tanpa melakukan Qiyamul Lail?
Bukankah lidahmu berat untuk tidak menyebut AsmaNYA?


Bukankah DIA telah membuatmu sibuk dengan cinta, ketenaran dan harta?
Bukankah hatimu terasa berat untuk taat padaNYA?
Bukankah kamu sangat mudah melakukan dusta, gosip dan ghibah?
Bukankah kamu lupa kepada akhirat dan dunia menjadi pusat perhatian terbesarmu?


Bukankah bulan Ramadhan, 4 bulan Haram, enam hari Syawal, sepuluh hari Dzulhijjah, luput dari perhatianmu, tidak kamu manfaatkan sebaik mungkin?


Siksa Allah Swt yang paling ringan dapat kamu rasakan, seperti ujian berupa anak, keluarga, kesehatan dan harta, namun siksaNYA yang paling besar tak terasa di dalam lubuk hatimu.


Siksa Allah paling besar tanpa kamu sadari, justru Dia bukakan kepadamu pintu dunia yang membuatmu lupa Akhiratmu,


Dia bukakan kepadamu ilmu duniawi yang mengalihkan perhatianmu dari ilmu akhiratmu.
Dia memberimu banyak harta tetapi merampas kenikmatanmu dalam beribadah.


Telah banyak Allah menghukummu tanpa kamu sadari. Dan ini adalah bentuk hukuman yang seberat-beratnya. Tidak ada hukuman yang paling berat melebihi berpalingnya Allah padamu.


Dia tidak mau lagi ‘berbicara’ dan ‘mendengar’ mu. Dia biarkan kamu terlena panjang dalam kesibukan dan kenikmatan dunia. Cukuplah Allah menarik nikmat dan kelezatan tahajjud dalam dirimu itu sebagai hukuman kepadamu.


Abdul Barri, Dosen STAI Al-Masthuriyah Sukabumi
 


Ngalogat Terbaru