Ngalogat

Haji itu Wukuf di Arafah (4)

Sabtu, 25 Juni 2022 | 07:00 WIB

Haji itu Wukuf di Arafah (4)

Haji itu Wukuf di Arafah (4). (Ilustrasi: NUO).

Kelima, Sa'i adalah rukun haji yang keempat, dilakukan mulai dari shafa menuju Marwah dan sebaliknya sampai 7(tujuh) kali. Shafa adalah bening, jernih، suci, bersih. Sementara Marwah adalah cita-cita luhur.


Maka sebagai pembelajaran bagi kita bahwa untuk mencapai derajat yang tinggi dan mulia harus berangkat dari tempat yang bening, jernih, suci dengan jiwa yang bersih dan hati yang suci pula, sehingga mempermudah mendapatkan rahmat Allah swt. Dan ini dibuktikan oleh Sayyidatina Hajar ketika mencari air untuk minuman puteranya yang kehausan (Ismail as), dengan kasih sayang yang tulus, bersih, beliau rela bolak-balik antara Shafa dan Marwah, yang akhirnya karena ketulusannya, Allah memberikan jalan keluar baginya dengan keluarnya air Zamzam. Ketulusan, keikhlasan dan kasih sayang seseorang adalah bagian dari taqwa.


Allah swt berfirman :


ومن يتق الله يجعل له مخرجا ويرزقه من حيث لا يحتسب.


"Barang siapa bertaqwa kepada Allaah, Dia akan memberikan jalan keluar (dari kesulitan) dan memberikan rizki yang tidak diduga,".


Keenam Air Zamzam adalah air mineral yang mengandung berbagai zat yang dibutuhkan tubuh. Berapa lama Sayyidatina Hajar bersama Ismail as tidak mendapatkan makanan, tapi dengan zamzam mereka berdua sanggup bertahan hidup dengan baik,


Rasul bersabda:"Maa-u zamzama lima syuriba lahu", Air zamzam tergantung pada niat diminumnya".


Ketujuh, nilai shalat di masjidil Haram setara dengan 100.000 shalat di masjid lain selain masjid Nabawi (Madinah). Shalat di Masjid Nabawi setara dengan 1.000 shalat di masjid lain selain Masjidil Haram. Sabda Rasul :"Shalaatun fi masjidii haadza ka alfi shalaatin fii masjidin ghoirihi siwal masjidil haram".


Kedelapan, setiap hari Allah swt menurunkan 120 rahmat di Masjidil Haram; 60 bagi yang shalat, 40 bagi yang thawaf, dan 20 rahmat bagi yang menatap Ka'bah penuh hormat.


Kesembilan, masih banyak pengalaman spiritual, bathiniah yang dapat dijadikan pembelajaran bagi para haji; baik selama pelaksanaan ibadah haji, maupun setelah kembali ke tanah air.


Biasanya jika melakukan kebaikan yang bersifat fisik material; baik infaq, shadaqah, maupun pemberian lainnya, maka kebaikan tersebut akan langsung diganti oleh Allah. Sedangkan jika melakukan hal yang bertentangan dengan ketentuan Allah, baik saat melakukan rangkaian ibadah haji ataupun selama berada di kota Suci Mekah atau Madinah, maupun dilakukan sebelum ibadah haji, sewaktu masih ada di kampung halaman, maka Allah akan segera mengingatkannya dengan teguran atau peringatan lain di luar nalar


Biasanya dosa-dosa itu meliputi perbuatan fisik dan pikiran serta perasaan. Kesombongan, keangkuhan, kekurangyakinan terhadap kekuasaan dan ke-Mahatahuan Allah, membuat kita lupa bahwa semua perbuatan adalah atas kehendak sendiri bukan karena Allah, kita seolah-olah bisa mengatur sendiri tanpa campur tangan Allah. Mengapa demikian?


Ibadah haji selain menggugurkan kefardhuan bagi yang mampu, juga merupakan ujian ketaqwaan bagi seorang muslim, untuk bertaubat menyucikan diri, dilakukan di Tanah Suci
untuk memperoleh tempat yang suci (sorga), sesuai sabda Rasul :"Al hajjul mabruur laisa lahuu jazaaun illal jannah,".


Haji mabrur tidak ada pembalasan selain sorga.


Untuk memasuki surga maka harus bersih dari dosa-dosa dan kotoran-kotoran yang masih menempel dalam jiwa, sebagaimana Nabi Adam as terusir dari sorga karena melanggar aturan yang telah ditetapkan Allah, dan itu adalah dosa.


Haji Mabrur bukan hanya pada pelaksanaan ibadah haji, akan tetapi sebelum dan sesudahnya. Sebelumnya, seyogianya kita bertaubat minta ampunan kepada Allaah atas dosa-dosa yang pernah dilakukan, di samping itu minta petunjuk dan mohon diingatkan atas dosa-dosa yang tidak disadari. Insya allaah kita akan mendapat pengalaman berharga setuntasnya ibadah haji dengan tidak mengulangi perbuatan yang sama di kelak kemudian hari. (Bersambung)


H Awan Sanusi, salah seorang A'wan PWNU Jawa Barat