• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Kamis, 25 April 2024

Ngalogat

Ekspresi Kekaguman dan Kebahagiaan atas Lahirnya Nabi Besar Muhammad SAW

Ekspresi Kekaguman dan Kebahagiaan atas Lahirnya Nabi Besar Muhammad SAW
Para penyair dari berbagai zaman menggubah syair berisi kekaguman dan kebahagiaan atas lahirnya Nabi Muhammad SAW
Para penyair dari berbagai zaman menggubah syair berisi kekaguman dan kebahagiaan atas lahirnya Nabi Muhammad SAW

Oleh KH Imam Syamsudin

وُلِدَ الهُدى فَالْكَائناتُ ضِيَاءُ    #     وَ فَمُ الزَّمانِ تَبَسُّمٌ وَ ثَنَاءُ    
اَلرُّوْحُ وَالْمَـلَأُ الملَائِكُ حَوْلَهُ    #    لِلدِّيْنِ وَالدُّنْيَا بهِ بُشَرَاءُ
وَالْعَرْشُ يَزْهُوْ وَالْحَظِيرَةُ تَزْدَهِي    #    وَالْمُنْتَهى وَالسِّدْرَةُ الْعصمَاءُ

Nabi pembawa petunjuk telah dilahirkan

Seluruh alam terang benderang,
Mulut zaman merekah senyum menabur pujian,
Arwah para Nabi dan malaikat berkeliling seputarnya,
Berita gembira buat kemenangan agama dan kesejahteraan dunia,
Arasy begitu bangga, surga begitu sukacita,
Sidratul Muntaha siap menjaga...!"

Petikan bait syair di atas adalah gubahan sang pemimpin para penyair Arab Modern, Ahmad Syauqi Dhaif (1868-1932 M), dengan menggunakan bahar al-Kamil. Gubahan puisi-puisinya terkodifikasi dalam al-Hamziyyah al-Nabawiyyah, menggambarkan kebahagiaannya, sanjungan dan penghormatannya akan peristiwa besar nan agung yaitu kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Tidak hanya Ahmad Syauqi, keindahan peristiwa besar itu juga dilukiskan oleh Sayyidina Ja’far Al Barzanji (1690-1766) khatib Masjid Nabawi di Madinah, melalui gubahan sajak-sajaknya yang sangat panjang yang sering dibaca umat Islam di Indonesia bernama Syaraful Anam atau lebih terkenal Barzanji

Coba kita resapi sebagian dari sajak-sajaknya dengan menggunakan bahar al-khafif sebagaimana di bawah ini :

وَمُحَيًّا كَالشَّمْسِ مِنْكَ مُضِيْءٌ    #    أسْفَرَتْ عَنْهُ لَيْلَةٌ غَرَّاءُ
لَيْلَةُ الْمَوْلِدِ الَّذِيْ كَانَ لِلدِّيــــ    #    نِ سُرُوْرٌ بِيَوْمِهِ وَازْدِهَاءُ
يَوْمَ نَالَتْ بِوَضْعِهِ ابْنَةُ وَهْبٍ     #    مِنْ فَخَارٍ مَا لَمْ تَنَلْهُ النِّسَاءُ
وَأَتَتْ قَوْمَــــهَا بِــــــــــأَفْضَلَ مِمَّــــــــــا    #    حَمَلَتْ قَبْلُ مَرْيَمُ الْعَذْرَاءُ
مَوْلِـــــــدٌ كَانَ مِنْهُ فِيْ طَالِعِ الْــــــــ    #    كُــفْرِ وَبَالٌ عَلَيْهِمْ وَوَبَاءُ
وَتَوَالَتْ بُشْرَى الْهَوَاتِفِ أَنْ قَدْ    #    وُلِدَ الْمُصْطَفٰى وَحَقَّ الْهَنَاءُ

Cahaya darimu, wahai Nabi, bagaikan matahari bersinar gemilang, gulita malam sekonyong bercahaya terang,

Malam kelahiranmu dinantikan pendamba agama semesta alam, menjadikan kegembiraan dan kemegahan di siang harinya

Puteri Wahab (Aminah ibunda Nabi) dihinggapi rasa bangga  atas kelahirannya, kebanggan yang tak pernah dirasakan wanita-wanita lain,

Putra yang dilahirkannya melebihi putra yang dikandung Maryam Sang Perawan yang lahir sebelumnya,

Kelahirannya dalam pandangan orang-orang kafir merupakan sebuah bencana dan malapetaka,

Hatif dari Langit mendendangkan lagu senandung riang atas dilahirkannya Nabi terpilih al-Musthafa......!”

Demikianlah sekadar dua macam ekspresi tentang keagungan hari lahir Nabi Besar Muhammad SAW. Hari lahir yang dimuliakan oleh umat Islam semenjak dahulu, kini dan nanti.

Imam Syarafuddin Al Bushiri (1213-1395 M) terkenal seorang ulama ahli hadits dan seorang penyair kenamaan menggubah untaian syair sangat panjang, berisi 320 bait dalam 160 syair. Kalimatnya membentuk puisi mendendangkan pujian serta sanjungan kepada Rasullullah SAW. Gubahan syairnya itu bernama: Al-Burdah, al kawakibud durriyyah fi madhi Khairil Bariyyah (Bintang cemerlang pujian bagi Lelaki Gemilang).

Marilah sejenak kita renungkan beberapa bait (dengan bahar al-basith) di bawah ini:

دَعْ مَا ادَّعَتْهُ النَّصَارَى فيِ نَبِيِّهِمِ        #    وَاحْكُمْ بِمَا شِئْتَ مَدْحًا فِيهِ وَاحْتَكِمِ
وَانْسُبْ إِلىَ ذَاتِهِ مَا شِئْتَ مِنْ شَرَفٍ        #    وَانْسُبْ إِلىَ قَدْرِهِ مَا شِئْتَ مِنْ عِظَمِ
فَإِنَّ فَضْلَ رَسُولِ اللهِ لَيْسَ لَهُ        #    حَدٌّ فَيُعْرِبَ عَنْهُ نَاطِقٌ بِفَمِ

Jangan ikuti orang Nasrani menda’wakan Nabinya
Pujilah Nabi Muhammad, pujilah sekehendak Anda,
Golongkan nasabnya betapa mulia keturunannya
Nasabkan hingga setinggi kadar keagungannya,
Sungguh keutamaan Rasulullah tiada batas
Diuraikan oleh mulut dengan kata-kata terlepas”

Ya begitulah salah satu cara umat Islam memuliakan Nabinya. Jika tiap orang dari 200.000.000 (umat Islam di negeri ini kira-kira) sekali saja membaca surat Alfatihah dalam peringatan Maulid Nabi, maka Ummul Qur’an itu telah dibaca sebanyak 200 juta kali. Kemudian, jika masing-masing orang selama peringatan Maulid Nabi itu 10x membaca doa shalawat, maka shalawat itu telah dikumandangkan sebanyak 2.000.000.000 (2 miliar kali shalawat). Doa shalawat yang selalu dikumandangkan oleh malaikat-malaikat (QS.Ghafir :7) itu akan berkumandang bersama-sama 2 miliar shalawat yang dikumandangkan oleh umat Islam Indonesia, pasti mempunyai nilai rohani yang bukan main hebatnya! 

Alangkah bahagianya suatu negara dimana rakyatnya mendengungkan doa ke hadirat Allah SWT membarengi kerja mereka menghasilkan karya-karya besar dan bermanfaat bagi bangsa dan negara. Untuk kebahagiaan rakyat dan juga untuk suksesnya pemimpin.

Alangkah nikmatnya rahmat yang dikaruniakan kepada bangsa Indonesia! Meskipun ini baru sepercik dari rahmat yang lebih besar lagi, mengingat bahwa Maulid Nabi adalah momentum daripada rahmat bagi seluruh alam, rahmatan lil alamin!

Penulis sampai akhir hayatnya merupakan Rais Syuriyah PCNU Kabupaten Sukabumi


Ngalogat Terbaru