• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Minggu, 28 April 2024

Kota Tasikmalaya

Sambutan Pembacaan 1 Miliar Shalawat Nariyah Jelang Hari Santri 2023, KH Juhadi Muhammad Ajak Masyarakat Jaga Persatuan

Sambutan Pembacaan 1 Miliar Shalawat Nariyah Jelang Hari Santri 2023, KH Juhadi Muhammad Ajak Masyarakat Jaga Persatuan
Sambutan Pembacaan 1 Miliar Shalawat Nariyah Jelang Hari Santri 2023, KH Juhadi Muhammad Ajak Masyarakat Jaga Persatuan
Sambutan Pembacaan 1 Miliar Shalawat Nariyah Jelang Hari Santri 2023, KH Juhadi Muhammad Ajak Masyarakat Jaga Persatuan

Kota Tasikmalaya, NU Online Jabar
Ketua Tanfoidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat KH Juhadi Muhammad mengatakan, santri adalah penjaga terdepan dalam pertempuran melawan ketidakpahaman, kebodohan, dan ketertinggalan. Menurutnya, santri merupakan pejuang ilmu pengetahuan yang tidak kenal lelah mengejar pengetahuan dan kebijaksanaan.


"Dalam tradisi Islam, jihad intelektual adalah cara untuk membela nilai-nilai keadilan, perdamaian, dan pengetahuan. Santri sebagai teladan dalam menjalani jihad ini. Dengan buku sebagai senjata dan pena sebagai tongkat kebijaksanaan, para santri memperdalam ilmu dan menyebarkan cahaya pengetahuan. Selain itu jihad kita pada masa kini adalah jihad ekonomi, karena ekonomi menjadi titik terlemah dari perjuangan kita selama ini, apalagi penjajahan ekonomi dengan berkembangnya sistem ekonomi kapitalis, pasar bebas dan berkuasanya kelompok-kelompok tertentu yang mengendalikan perekonomian, kian mengungkung negeri ini sehingga cita-cita kesejahteraan dan kemakmuran seluruh anak bangsa serta keadilan ekonomi bagi seluruh anak negeri, masih hanya sebatas mimpi," tuturnya saat memberikan sambutan pada kegiatan pembacaan 1 Miliar Shalawat Nariyah tingkat Jawa Barat dalam rangka menyambut peringatan Hari Santri Nasional 2023 yang bertempat di Masjid Agung Kota Tasikmalaya, Sabtu (21/10/2023) malam.


Maka pada periode ini, sambung Kiai Juhadi, pihaknya mulai menggaungkan program utama tentang jihad ekonomi. Sebuah perjuangan untuk menumbuh kembangkan ekonomi kerakyatan, membumikan ekonomi syariah, mengangkat harkat dan martabat para UMKM, menciptakan para pengusaha muda di kalangan santri, pelajar dan mahasiswa serta memastikan kehadiran Nahdlatul Ulama dalam bidang ekonomi yang tujuan utamanya adalah untuk menciptakan Khaira Ummah dalam bentuk kedaulatan ekonomi di tangan rakyat.


"Hal ini sejalan dengan tujuan pendirian NU sebagaimana disebutkan dalam BAB IV Anggaran Dasar bahwa tujuan Nahdlatul Ulama sebagai perkumpulan/jam’iyah diniyyah Islamiyyah  ijtima’iyyah (perkumpulan sosial keagamaan Islam) adalah untuk menciptakan kemaslahatan masyarakat, kemajuan bangsa, dan ketinggian harkat dan martabat manusia. Berlakunya ajaran Islam yang menganut faham Ahlus Sunnah wal Jama’ah untuk terwujudnya tatanan masyarakat yang berkeadilan demi kemaslahatan, kesejahteraan umat dan demi terciptanya rahmat bagi semesta," tegasnya.


Kiai yang merupakan Pimpinan Pondok Pesantren Hidayatuttholibiin Kabupaten Indramayu tersebut juga mengatakan, dalam momentum peringatan hari santri nasional , ia mengajak semua masyarakat khususnya warga nahdliyin untuk mengingat kembali pesan Rais Akbar Jam’iyyah Nahdlatul Ulama Hadratusyaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari, yakni pesan untuk menjaga persatuan dan ikatan batin.


"Beliau berwasiat, Persatuan, ikatan bathin satu dengan yang lain saling bantu menangani satu perkara dan seia-sekata adalah merupakan penyebab kebahagiaan yang terpenting dan faktor paling kuat bagi menciptakan persaudaraan dan kasih sayang. Pendiri NU yang biasa dipanggil Mbah Hasyim ini kemudian menguraikan makna persatuan tersebut, yakni; “mereka bersatu dalam cita- cita, seia-sekata, searah setujuan, pikiran-pikiran mereka seiring. Maka inilah faktor paling kuat yang mengangkat martabat dan kedaulatan mereka, dan benteng paling kokoh bagi menjaga kekuatan dan keselamatan ajaran mereka. Musuh-musuh mereka tak dapat berbuat apa-apa terhadap mereka, malahan menundukkan kepala, menghormati mereka karena wibawa mereka, dan merekapun mencapai tujuan-tujuan mereka dengan gemilang,” paparnya.


"Pesan Muassis Nahdlatul Ulama tersebut begitu gamblang menunjukkan peta jalan kepada penerusnya dalam menghadapi berbagai kondisi, situasi maupun tantangan perubahan zaman termasuk dalam mewujudkan peran santri di era digital dan kemajuan teknologi ini, yakni hanya dengan satu kata persatuan," tegas Kiai Juhadi.


Kiai Juhadi berharap, peringatan Hari Santri Nasional harus dijadikan momentum oleh seluruh santri dan nahdliyin untuk melakukan refleksi, introspeksi dan resolusi dalam mengisi abad kedua NU yang mulai kita tapaki ini, karena tantangan yang dihadapi NU akan semakin besar dan medan perjuangan yang semakin luas karena diharapkan NU menjadi pelopor dalam membangun peradan dunia.    


Ia menilai, modal utama dalam mengisi abad kedua NU ini adalah persatuan. Sebab, jika seluruh komponen NU bersatu padu, menghindari perselisihan dan perpecahan, mejauhkan diri dri syakwa sangka, menghindari suuddzon dan fitnah, mampu mengandalikan hawa nafsu serta mampu menggalang kekuatan, maka niscaya NU akan mampu menapaki abad kedua ini dengan berbagai prestasi yang kian gilang gemilang.


"Persatuan hanya bisa diwujdukan dengan adanya kesatuan pondasi (aqidah), kesatuan pandangan (visi), kesatuan gerak (harakah) dan kesatuan tujuan. Maka implementasi dari faham ahlussunnah wal jamaah annahdliyah dalam fikrah, harakah dan amaliyah Nahdliyin menjadi modal dasar dalam menggapai persatuan di tubuh Nahdlatul Ulama," 


Kiai Juhadi menyebut, persatuan warga NU tidak akan goyah dengan rongrongan dari luar dengan tingginya angka intoleran misalnya, atau maraknya kelompok ektrimis dan radikalis dan teroris, pengusung dan pangasong ideologi khilafah, gerakan wahabisme dan berkembangnya kelompok-kelompok yang dengan mudahnya menuduh bid’ah, syirik, khurafat, kafir dan masuk neraka terhadap amaliyah NU. 


"Karena bagi warga NU, kelompok-kelompok tersebut tidak akan bisa menggoyahkan tradisi, budaya, amaliyah serta ibadah yang selama ini dipegang teguh, apalagi hal itu merupakan ajaran dari para ulama yang keabsahan, kevalidan dan keotentikannya terjamin, karena sanad keilmuan NU tersambung hingga Rasulullah SAW," jelasnya.


"Tantangan paling besar untuk mewujudkan persatuan adalah tantangan dari dalam tubuh NU itu sendiri, seperti lemahnya koordinasi, profesionalisme dalam organisasi, menjamiyahkan jamaah dan berbagai tantangan lainnya.  Mengisi abad kedua Nahdlatul Ulama dan memperkokoh peran santri sebagai pejuang dalam menjayakan negeri, kita yakin dengan haqqul yakin bahwa semuanya akan mampu kita lakukan dengan semangat jihad yang menyala, dengan merefleksikan resolusi jihad di masa lalu untuk jihad kekinian yang sesuai dengan tuntutan zaman," tandasnya.
 


Editor:

Kota Tasikmalaya Terbaru