Kabupaten Cirebon

Pesantren Ketitang Cirebon Jadi Teladan Kemandirian, Kemenag Beri Apresiasi

Selasa, 1 Juli 2025 | 08:14 WIB

Pesantren Ketitang Cirebon Jadi Teladan Kemandirian, Kemenag Beri Apresiasi

Kepala Subdirektorat Muadalah dan Diniyah Formal Direktorat Pesantren Kemenag RI, Endi Suhendi Zen. (Foto: NU Online Jabar/Sofhal)

Cirebon, NU Online Jabar
Pondok Pesantren Ketitang, Cirebon, menjadi contoh nyata kemandirian lembaga pendidikan Islam di tengah keterbatasan anggaran negara. Pesantren ini mendapat apresiasi dari Kementerian Agama RI dalam acara puncak Haul KH Salwa Yasin, KH Asror Hasan, KM. Adnan Amin Asror, dan Haflah Imtihan ke-46, Sabtu (28/6/2025).

 

Apresiasi tersebut disampaikan Kepala Subdirektorat Muadalah dan Diniyah Formal Direktorat Pesantren Kemenag RI, Endi Suhendi Zen, yang hadir mewakili Menteri Agama RI, KH Nasaruddin Umar.

 

Menurutnya, Pesantren Ketitang menunjukkan semangat bertumbuh dan berinovasi di kalangan pesantren, tanpa meninggalkan jati diri. Hal itu terlihat dari hadirnya fasilitas modern seperti studio podcast, sanitasi yang memadai, hingga pengelolaan pendidikan yang tertata.

 

“Pesantren seperti Ketitang ini mengingatkan kita bahwa pendidikan Islam telah lebih dulu hadir sebelum sistem pendidikan formal diperkenalkan. Peran kiai dan pesantren sangat besar dalam membentuk karakter bangsa,” ujarnya.

 

Meski demikian, Ajengan Endi mengingatkan bahwa belum semua pesantren memiliki akses dukungan yang setara. Dari 42.000 pesantren di Indonesia, baru sekitar 5.100 yang mendapatkan bantuan Program Kemandirian Pesantren. Tahun ini, Kemenag hanya mampu menambah sekitar 1.000 pesantren penerima akibat keterbatasan anggaran nasional.

 

“Pemerintah ingin terus mendampingi pesantren, tapi kita juga harus realistis. Keterbatasan fiskal membuat semuanya harus lebih selektif,” jelasnya.

 

Ia juga menyoroti lemahnya sistem pendataan internal sebagai salah satu kendala utama dalam penyaluran bantuan. Banyak pesantren belum memperbarui data santri, tenaga pengajar, dan sarana secara digital, sehingga menyulitkan proses verifikasi dan distribusi dana.

 

“Banyak bantuan tidak bisa cair hanya karena datanya tidak valid atau tidak sinkron. Maka, ayo kita benahi bersama. Semakin kuat data pesantren, semakin besar peluang dukungan mengalir secara adil dan merata,” tegasnya.

 

Acara haul dan haflah ini tidak hanya menjadi ajang penghormatan bagi para pendiri pesantren, tetapi juga momentum meneguhkan kembali nilai perjuangan pendidikan Islam. Di tengah tantangan zaman, pesantren tetap menjadi garda depan pembentukan karakter dan moral generasi bangsa.

 

“Jangan pernah lelah memperjuangkan masa depan pesantren. Jalan mungkin terjal, tapi semangat para kiai yang telah mewariskan ilmu dan nilai Islam tak boleh padam. Kemenag akan selalu membuka ruang sinergi,” pungkas Ajengan Endi.