• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Minggu, 5 Mei 2024

Kota Bandung

Prof Quraish Shihab: Terjemahan Saja Belum Cukup untuk Memahami Al-Qur’an

Prof Quraish Shihab: Terjemahan Saja Belum Cukup untuk Memahami Al-Qur’an
Prof Quraish Shihab. (Tangkapan layuar NU Online)
Prof Quraish Shihab. (Tangkapan layuar NU Online)

Bandung, NU Online Jabar
Tidak semua orang memiliki cukup waktu untuk mempelajari Al-Qur’an secara mendalam seperti para ahli tafsir. Belum lagi, ditambah dengan berbagai aspek ilmu yang harus dikuasai untuk dapat memberikan penafsiran tentang Al-Qur’an. 


Lalu bagaimana misalnya dengan orang awam yang ingin mencoba memahami Al-Qu’an dengan terjemahan yang ada di dalam mushaf Al-Qur’an seperti yang dikeluarkan Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) yang banyak beredar di masyarakat.


Prof Quraish Shihab menjelaskan bahwa mencoba memahami Al-Qur’an melalui terjemahan sebagaimana disebutkan di atas pada dasarnya boleh-boleh saja. Hanya saja, kata dia, terjemahan belum memberikan penafsiran yang memadai. 


“Ya jelas boleh, hanya kita harus sadar bahwa terjemahan itu belum memberikan penafsiran yang memadai, sekadar memahami, apalagi sebagian terjemahan kan hampir secara harfiah,” terangnya dalam sebuah video yang diunggah akun Youtube NU Online pada Jumat (5/5/2023). 


Penulis buku Tafsir Al Mishbah itu kemudian menyarankan orang yang belajar memahami Al-Qur’an dengan membaca terjemahan agar lebih banyak berdiskusi dan bertanya kepada mereka yang memang ahli di bidangnya. 


“Kita tidak bisa melarang, tetapi dia harus sadar bahwa dia sebaiknya berdiskusi dengan orang yang lebih faham, berdiskusi dengan orang yang dia nilai lebih pandai dari dia,” tuturnya. 


Di sisi lain, ia juga menyarankan kepada para sarjanawan atau ahli tafsir untuk menerangkan Al-Qur’an disesuaikan dengan siapa yang ditujunya sehingga orang tersebut dapat memahami apa yang disampaikannya. 


“Hikmah itu adalah menyampaikan secara tepat kepada sasaran yang tepat, pada waktu yang tepat, dan pada orang yang tepat. Itu sebabnya Nabi ketika ditanya tentang suatu masalah boleh jadi beda-beda jawaban beliau karena beliau menyesuaikan dengan mukhatabnya,” pungkasnya.


Pewarta: Agung Gumelar


Kota Bandung Terbaru