• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 20 April 2024

Kota Bandung

Nasihat Gus Mus untuk Pengurus NU

Nasihat Gus Mus untuk Pengurus NU
Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Musthafa Bisri dalam acara Silaturhami PBNU bersama PWNU dan PCNU se-Jawa Tengah, di Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang, Jawa Tengah, Kamis (29/10/2022). (Tangkapan layar Mataair Cinema).
Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Musthafa Bisri dalam acara Silaturhami PBNU bersama PWNU dan PCNU se-Jawa Tengah, di Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang, Jawa Tengah, Kamis (29/10/2022). (Tangkapan layar Mataair Cinema).

Bandung, NU Online Jabar

Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Musthafa Bisri atau akrab disapa Gus Mus mengatakan bahwa menjadi pengurus NU merupakan ketetapan yang datang dari Allah Swt. Oleh karena itu, kata Gus Mus, segala dinamika yang terjadi dalam organisasi harus dikembalikan kepada sang pemberi ketetapan tersebut yakni Allah Swt. 

 

Gus Mus mengungkapkan, tantangan tersebut bahkan sudah ada sejak zaman KH Hasyim Asy’ari. Termasuk dalam pembentukan organisasi Nahdlatul Ulama yang pada saat itu banyak menuai kritikan dan pujian. Banyak juga kiai-kiai pesantren yang tidak setuju karena dianggap hal yang terorganisir mirip dengan Belanda. 

 

Gus Mus kemudian menilai bahwa semua dinamika, tantangan, kritik, dan pujian sesuai dengan zamannya dan itu merupakan kehendak Allah Swt.

 

“Pada waktu itu sudah ada kritik dan pujian juga sudah ada, kiai-kiai yang menentang juga ada yang ikut juga ada. Kenapa demikian? Itu sudah kersanya Gusti Allah,” kata Gus Mus dalam acara Silaturhami PBNU bersama PWNU dan PCNU se-Jawa Tengah, di Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang, Jawa Tengah, Kamis (29/10/2022). 

 

“Saya itu hampir setiap Muktamar NU selalu dicalonkan baik jadi ketua umum atau Rais ‘Aam. Di Lirboyo saya dicalonkan ketua umum, di Solo, di Jombang saya dicalonkan jadi Rais ‘Aam, tapi ndak pernah jadi. Kenapa? Karena Allah memang tidak menghendaki. Itu semua Gusti Allah Swt, jadi terima saja apa yang ditetapkan oleh Allah Swt,” sambungnya. 

 

Lanjut Gus Mus, karena itu kita harus kembali kepada Gusti Allah, apa-apa yang kita lakukan ini karena Allah yang menentukan, kita cuma pasrah. Kita diperintahkan untuk ikhtiar kita ikhtiar. 

 

Gus Mus kemudian menegaskan bahwa Nahdlatul Ulama dilahirkan dari kiai-kiai pesantren yang hanya diniati untuk berkhidmah kepada umat. Kiai menurut Gus Mus, mereka adalah orang-orang yang memandang umatnya dengan mata kasih sayang karena mereka adalah penerusnya Rasulullah Saw yang disebutkan dan diberikan oleh Allah Swt sebagai uswatun hasanan. Maka kiai-kiai sebagai penerus para nabi itu mempunyai rasa belas kasihan kepada umat.

 

“Sehingga kalau ada kiai kok tidak punya belas kasian kepada umat. Ada umatnya minta bantuan tidak dibantu, lah sekarang ini ditandem jadi organisasi, maka organisasi Nahdlatul Ulama haurs selalu mengembangkan perhatiannya kepada umat dan tuntutan-tuntutan umat apa saja harus dipenuhi oleh organisasi ulama ini,” tuturnya.

 

Pewarta: Agung Gumelar


Kota Bandung Terbaru