• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 26 April 2024

Hikmah

Kisah Anas bin Malik yang Didoakan Kaya Raya dan Diangkat Anak oleh Rasulullah Saw

Kisah Anas bin Malik yang Didoakan Kaya Raya dan Diangkat Anak oleh Rasulullah Saw
Kisah Anas bin Malik yang Didoakan Kaya Raya dan Diangkat Anak oleh Rasulullah Saw. (Ilustrasi/NU Online)
Kisah Anas bin Malik yang Didoakan Kaya Raya dan Diangkat Anak oleh Rasulullah Saw. (Ilustrasi/NU Online)

Bandung, NU Online Jabar

Suatu hari ketika Rasulullah Saw baru saja hendak tinggal dan menetap di Madinah, datanglah menghadap al-Ghumaisha’ binti Milhan, ibunda Anas. Al-Ghumaisha membawa Anas yang ketika itu masih kecil. Saat itu Anas berambut poni yang menutupi keningnya. Apabila kepala Anas kecil ini bergerak, rambut poni itu pun ikut bergerak.

 

Al-Ghumaisha memberi salam kepada Nabi Saw seraya berkata: “Ya Rasulullah, tidak ada seorang pria dan wanita pun dari kaum Anshar yang menghadapmu kecuali mereka memberikan hadiah kepadamu. Aku tidak memiliki apa-apa untuk dijadikan hadiah selain anak ini saja. Ambillah ia dan jadikanlah ia pembantumu, ya Ra sulullah”.

 

Baginda Nabi Saw pun sangat gembira mendengarnya dan beliau menerima Anas dengan wajah yang menunjukkan rona kebahagiaan. Rasulullah membelai kepala Anas dan rambut poninya dengan jari-jarinyanya dan akhirnya Rasulullah menerima Anas menjadi anggota keluarganya.

 

Anas saat itu berusia 10 tahun, ia terus tinggal dalam asuhan Baginda Nabi Saw hingga beliau Saw dipanggil oleh Allah Swt. Anas mendampingi Nabi Saw selama 10 tahun, ia mendapatkan petunjuk langsung dari Nabi Saw. Ia juga banyak menerima hadits-hadits Rasulullah Saw sehingga memenuhi ruang dadanya. Anas juga mengetahui kondisi, cerita, rahasia dan kebiasaan terpuji beliau Saw yang jarang diketahui oleh Sahabat lainnya.

 

Anas dalam pergaulannya dengan Nabi Saw mendapatkan yang tidak didapat oleh seorang anak dari ayahnya. Ia juga menemukan apa dari keagungan sifat Rasulullah Saw yang membuat seluruh dunia rasa iri kepadanya. Dalam sebuah riwayat, ia bercerita: ‘Rasulullah Saw adalah manusia yang paling baik akhlaknya. Beliau Saw adalah manusia yang paling lapang dada dan beliau Saw adalah manusia yang paling penyayang. Beliau Saw pernah menyuruhku untuk membeli sesuatu dan aku pun keluar untuk membelinya.’

 

Di tengah jalan, aku berniat untuk bermain bersama anak-anak di pasar dan aku tidak melakukan apa yang diperintahkan oleh Rasululullah Saw kepadaku. Saat aku sudah bertemu dengan anak-anak tadi aku merasakan ada seorang pria yang berdiri di belakangku dan ia mengelus pundakku, lalu aku pun menoleh ke belakang, ternyata ia adalah Baginda Rasulullah Saw.’ Beliau Saw tersenyum seraya berujar: ‘Wahai Anas, apakah engkau sudah melakukan apa yang aku suruh?’

 

Aku merasa grogi dan berkata: ‘Baik, aku akan melakukannya sekarang, ya Rasulullah.’

 

Demi Allah, aku sudah membantu beliau 10 tahun lamanya, namun atas apa yang aku lakukan sepanjang itu beliau tidak pernah berkata: ‘Mengapa engkau lakukan ini?’ Dan beliau Saw tidak pernah berkata atas apa yang tidak aku kerjakan, seperti: ‘Mengapa engkau tidak mengerjakannya?’

 

Unais adalah panggilan manja Rasulullah Saw untuk Anas. Kadang beliau Saw memanggilnya dengan ‘anakku. Sering kali Rasulullah Saw memberikan nasehat dan wejangan yang memenuhi relung hati dan sanubari Anas. Salah satu nasehat beliau Saw kepada Anas: ‘Anakku, apabila engkau mampu berada di pagi dan sore hari tanpa ada dengki di hatimu pada siapa pun, maka lakukanlah. Karena yang demikian adalah termasuk sunnahku. Barangsiapa yang menghidupkan sunnahku, maka ia telah mencintaiku. Barangsiapa yang mencintaiku, maka kelak ia akan berada di surga bersamaku.‘

 

‘Anakku, jika engkau masuk ke dalam rumah, ucapkanlah salam, karena itu akan membawa keberkahan bagimu dan juga bagi penghuni rumahmu.’

 

Rasulullah Saw juga sering kali mendo’akan Anas bin Malik. Salah satu do’a beliau Saw untuk Sahabat Anas adalah: ‘Allahumma arzuqhu maalan wa waladan, wa baarik lahu,’ (Ya Allah, berikanlah ia harta dan keturunan serta berkahilah hidupnya.’)

 

Allah swt pun mengabulkan do’a Nabi-Nya, Anas menjadi orang dari Kaum Anshar yang paling banyak hartanya. Ia memiliki keturunan yang amat banyak, anak serta cucunya melebihi 100 orang. Allah swt pun memberikan keberkahan pada umurnya sehingga ia hidup satu abad (100 tahun) lamanya ditambah 3 tahun lagi. Setelah Rasulullah Saw wafat, Anas masih hidup lebih dari 80 tahun lamanya.

 

Keberkahan ini juga dirasakan kaum muslimin. Ia menjadi rujukan ketika kaum muslimin menghadapi permasalahan atau merasa memutuskan persoalan hukum. Anas mengisi ruang hatinya dengan ilmu dari Rasulullah Saw. Ia juga telah banyak menghidupkan hati para Sahabat dan tabi’in dengan petunjuk dan ajaran Nabi Saw. Ia juga sering menberitahukan kepada orang lain sabda dan kebiasaan Rasulullah Saw.

 

Anas begitu keras untuk berusaha mencontoh Rasulullah Saw dalam perbuatan dan ucapannya. Ia menyukai apa yang disukai Nabi Saw dan membenci apa yang Nabi Saw benci. Hal yang paling berkesan pada dirinya ada 2 (dua), yaitu hari pada kali pertama ia berjumpa dengan Nabi Saw dan hari ketika beliau Saw wafat. Jika ia hari pertama ia berjumpa Rasul, ia menjadi gembira dan bersemangat, seolah ia menghirup aroma yang semerbak, namun apabila terbersit dalam benaknya hari yang kedua, maka ia menjadi sedih dan menangis serta manusia yang berada di sekelilingnya saat itu menangis juga.

 

Sering kali ia berkata: ‘Sampai kini aku belum menemukan hari lain seperti kedua hari tersebut. Pada hari beliau Saw datang ke Kota Madinah, beliau Saw mampu menerangi semuanya dan pada hari beliau Saw hampir ‘melangkah menuju sisi’ Tuhannya, seolah semuanya menjadi gelap.’

 

Kali terakhir aku melihat beliau Saw adalah pada Hari Senin di saat tirai kamar beliau Saw dibuka. Aku melihat wajah beliau Saw seolah lembaran kertas. Saat itu semua orang berdiri di belakang Sayyidina Abubakar ash-Shiddiq ra seraya memandang ke arah beliau Saw. Hampir saja mareka tak kuasa menahan diri. Lalu Sayyidina Abubakar ash-Shiddiq ra memberikan isyarat kepada mereka untuk tenang, lalu wafatlah Baginda Rasullulah Saw di penghujung hari itu.

 

Kami belum pernah melihat pemandangan yang lebih menakjubkan hati kami melebihi wajah beliau Saw saat kami mengubur jasad beliau Saw dan menutupnya dengan tanah. Anas ra senantiasa berharap syafa’at Baginda Nabi Saw untuk dirinya pada hari kiamat. Sering kali ia berucap: ‘Aku berharap dapat berjumpa dengan Baginda Rasulullah Saw pada hari kiamat sehingga aku dapat berkata kepada beliau Saw: “Wahai junjunganku Rasulullah, inilah pembantu kecilmu, Unais.’

 

Ketika Anas mulai jatuh sakit menjelang kematiannya, ia berujar kepada keluarganya: “Talqinkan aku dengan kalimat La ilaha illallah Muhammad Rasulullah.” Dan ia terus mengucapkan kalimat itu hingga malaikat maut menjelang. Ia berwasiat kepada keluarganya tentang sebuah tongkat kecil milik Rasulullah Saw agar tongkat tersebut dikuburkan bersamanya, maka tongkat itu pun diletakkan di sisi tubuh dan bajunya serta ikut dikubur dengannya.

 

Editor: Agung Gumelar
Sumber: Jatman.or.id


Hikmah Terbaru