Keislaman

Mempermudah Ijtihad

Ahad, 8 Oktober 2023 | 09:00 WIB

Mempermudah Ijtihad

Mempermudah Ijtihad

As-Suyuthi (w. 911 H) menulis, satu kitab dengan judul yang ditafsirkan berbeda beda, sebagian menyebutnya "Tafsir Al Ijtihad", ada yang menyebutnya "Taisir Al Ijtihad" ada yang mengatakan " Taqriru Al Isnad fi Taisiri Al Ijtihad" dan ada pula yang menyebutnya " Ar Raddu ala man akhlada fi Al Ardhi wa jahila Anna Al Ijtihad Fardun fi Kulli Ashrin".


Kitab ini ditulis karena lahirnya kegelisahan dari as-Suyuthi terhadap trend penolakan pada upaya upaya ijtihad di masanya, dengan keyakinan bahwa dunia tidak lagi melahirkan kembali ulama sekaliber Imam Hanafi, Imam Maliki, imam Syafi'i dan imam Hambali,  Imam imam Madzhab ternama di abad ke du sampai awal abad ke empat.


Banyak ulama ulama seperti Ibnul Qayyim Al Jauzi, Ibnu Daqiqil Ied, Ibnu Taimiyah, dan lainnya yang  memiliki kepakaran ilmu yang mumpuni, tetapi tidak pernah mendapat pengakuan dan tidak pernah mengaku sebagai Mujtahid.


Melalui kitabnya ini as Suyuthi ingin menyampaikan pesan bahwa (1) pintu ijtihad tidak pernah tertutup dan tidak ada yang menutupnya, (2) alam masih melahirkan ulama ulama hebat, setidak di setiap penghujung 100 tahun, (3) media dan fasilitas ijtihad lebih mudah, sebab semua perangkat ijtihad, ayat ayat ahkan dengan tafsirnya, hadist hadist Nabi sudah terdia dalam ratusan kitab hadist, dan usul fiqih juga dituliskan dalam ratusan bahkan mungkin ribuan kitab. Bagi As Suyuthi, secara teori tidak ada kesulitan apapun untuk melakukan ijtihad, kecuali "hanya kemalasan" umat Islam untuk mempelajari agamanya.


As Suyuthi, 500 tahun yang lalu menulis ;


وقد كملت عندي ألات الإجتهاد بحمد الله تعالى ولو شئت أن أكتب فى كل مسألة تصنيفا بأقوالها  وأدلتها النقلية و القياسية ومداركها ونقوضها واجوبتها  والموازنة بين المذاهب فيها لقدرته على ذلك من فضل الله


Terjemahnya " dengan memuji Allah،  sungguh telah benar benar sempurna perangkat ijtihad pada diriku. Seandainya saya mengarang satu karangan dalam setiap masalah lengkap dengan dalil dalilnya baik Naqli maupun qiyasi, cara memahaminya, kritik kritik dan jawabannya, dan juga membandingkan pendapat pendapat ulama berbagai madzhab dalam masalah itu, niscaya saya mampu melakukannya, sekali lagi dengan karunia Allah".


As Suyuthi menyadari bahwa setiap masa ada masalahnya, ada konteksnya dan Allah juga telah menyiapkan "rijal-rijalnya" untuk menjawab kebutuhan solusi terhadap masalah masalah itu.  


Semoga umat Islam tidak tidur pulas, dan hanya membanggakan apa yang telah tertulis atau dihafal dalam "kitab kitab" karya besar ulama ulama terdahulu, atau apalagi hanya terjebak pada teori teori dan pandangan dari pemikir pemikir barat maupun timur. Setidaknya merenungkan kembali warisan itu untuk dibumikan nilai nilainya dalam konteks yang sangat mungkin berbeda dengan konteks sosial politik, ekonomi, budaya dimana warisan itu dilahirkan.  


KH Imam Nakha'i,  salah seorang Wakil Ketua LBM PBNU (Dikutip dari Facebook resmi miliknya)