• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Kamis, 2 Mei 2024

Keislaman

Kisah Pemilik Unta Merah yang Ditegur Rasulullah Akibat Kecerobohannya

Kisah Pemilik Unta Merah yang Ditegur Rasulullah Akibat Kecerobohannya
Kisah Pemilik Unta Merah yang Ditegur Rasulullah Akibat Kecerobohannya. (Foto: NU Online)
Kisah Pemilik Unta Merah yang Ditegur Rasulullah Akibat Kecerobohannya. (Foto: NU Online)

Bandung, NU Online Jabar
Kisah ini menceritakan tentang seorang sahabat Nabi bernama Si Fulan. Ia adalah salah seorang sahabat yang dikenal rajin melaksanakan shalat berjamaah di masjid. Selain itu, Si Fulan juga dikenal sebagai orang yang berkecukupan alias kaya.


Suatu hari, Rasulullah Saw hendak melaksanakan shalat Ashar berjamaah di Masjid Nabawi, Madinah. Tiba-tiba ada seorang jamaah yang datang dari luar kota mengendarai unta berwarna merah yang juga ingin melaksanakan shalat Ashar berjamaah di masjid tersebut. Orang itu adalah Si Fulan.


Sesampainya di masjid, Fulan kemudian melepaskan untanya kemudian bergegas memasuki masjid tanpa terlebih dahulu mengikat unta merahnya miliknya dan kemudian ikut melaksanakan shalat Ashar berjamaah.


Rasulullah Saw yang melihat peristiwa tersebut kemudian bertanya kepada Si Fulan. “Fulan kenapa engkau lepas untamu?” tanya Rasulullah. Si Fulan kemudian menjawab., “Aku bertawakal kepada Allah. Kalau Allah takdirkan untaku hilang, meskipun aku ikat pasti hilang. Dan jika Allah takdirkan unta itu tidak hilang, meskipun kami lepas ia tidak akan hilang”.


Mendengar jawaban dari Si Fulan tersebut, Rasulullah Saw kemudian bersabda, “I’qilha wa tawakkal (tambatkanlah terlebih dahulu (untamu) kemudian setelah itu bertawakal-lah).” Hadits ini diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi dengan kadar hadis hasan.


Dari penggalan kisah singkat di atas, kita dapat mengambil hikmah bahwa tawakal (berpasrah kepada Allah Swt) bukan berarti penyerahan mutlak nasib manusia kepada Allah semata. Namun penyerahan tersebut harus didahului dengan usaha manusia.


Jelas sekali Islam memerintahkan agar kita berusaha semaksimal mungkin dalam mengusahakan sesuatu, baru kemudian bertawakal kepada Allah swt. Usaha dan tawakal merupakan satu paket sifat yang harus dimiliki oleh Muslim. Keduanya tidak berdiri sendiri.


Keislaman Terbaru