Kabupaten Bandung

LPBINU Jabar bersama Safa Institut Selenggarakan Pelatihan Psikososial dan SPAB di Kabupaten Bandung

Senin, 16 Desember 2024 | 17:17 WIB

LPBINU Jabar bersama Safa Institut Selenggarakan Pelatihan Psikososial dan SPAB di Kabupaten Bandung

Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) Jawa Barat bekerja sama dengan Safa Institut menyelenggarakan Pelatihan Dukungan Psikososial dan Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) di Aula Pondok Pesantren Yayasan Manggala Putera Pacet, Kabupaten Bandung. (Foto: NU Online Jabar)

Kabupaten Bandung, NU Online Jabar
Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) Jawa Barat bekerja sama dengan Safa Institut menyelenggarakan Pelatihan Dukungan Psikososial dan Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) di Aula Pondok Pesantren Yayasan Manggala Putera Pacet, Kabupaten Bandung.


Kegiatan yang terselenggara atas dukungan Save the Children Indonesia ini berlangsung selama dua hari, pada 14-15 Desember 2024, dengan diikuti 68 peserta yang terdiri dari guru dan pengawas satuan pendidikan di Kecamatan Kertasari, Pangalengan, Pacet, dan Ciparay.


Pelatihan ini merupakan respons terhadap bencana gempa bumi berkekuatan M 5.0 yang mengguncang Kabupaten Bandung pada 18 September 2024. Salah satu wilayah terdampak parah adalah Kecamatan Kertasari, di mana 71 satuan pendidikan, termasuk 41 sekolah dasar (SD) dan 5 sekolah menengah pertama (SMP), mengalami kerusakan infrastruktur mulai dari ringan hingga berat.


Gempa tersebut tidak hanya mengganggu proses belajar-mengajar, tetapi juga meninggalkan dampak psikologis yang signifikan bagi siswa dan pendidik.


Hanifah Kartika Sari dari Safa Institut dan Muhammad Hiqal Fahrurozi, pelaksana kegiatan ini, menyampaikan bahwa anak-anak adalah kelompok yang paling rentan terhadap dampak psikologis akibat bencana alam.


"Trauma yang dialami anak-anak dapat berupa kecemasan, ketakutan, hingga stres pasca-trauma (PTSD) yang memengaruhi perkembangan kognitif dan emosional mereka. Guru juga sering kali menghadapi tekanan psikologis yang berdampak pada efektivitas pengajaran," ungkap Hanifah.


Pelatihan ini mencakup berbagai materi, di antaranya:

  1. Pertolongan Psikologis Dasar (Psychological First Aid).
  2. Merancang dan mempraktikkan dukungan psikososial (PSS) di sekolah dan lokasi pengungsian.
  3. Kajian risiko bencana di sekolah.
  4. Perencanaan simulasi dan implementasi SPAB.
  5. Sekolah Aman Bencana sebagai model keberlanjutan.


Fasilitator dan narasumber dalam kegiatan ini berasal dari Universitas Maranatha, Safa Institut, dan LPBINU Jawa Barat.


Ketua LPBINU Jawa Barat, Dadang Sudardja, menyatakan bahwa tujuan utama kegiatan ini adalah memperkuat kapasitas para pendidik dalam menerapkan SPAB di sekolah masing-masing. "Kami berharap sekolah yang mengikuti pelatihan ini dapat menjadi model Sekolah Aman Bencana dan mampu menyebarluaskan praktik baik ini ke sekolah-sekolah terdekat," ujar Dadang.


Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan satuan pendidikan yang terdampak bencana dapat segera bangkit, menciptakan lingkungan belajar yang aman, dan memberikan dukungan psikologis yang memadai bagi siswa dan pendidik.