• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 27 April 2024

Hikmah

KOLOM BUYA HUSEIN

Syekh Bahauddin Walad: Tempat Ulama itu di Madrasah 

Syekh Bahauddin Walad: Tempat Ulama itu di Madrasah 
Syekh Bahauddin Walad: Tempat Ulama itu di Madrasah 
Syekh Bahauddin Walad: Tempat Ulama itu di Madrasah 

Karena situasi sosial politik di Balkh, Afganistan, tidak aman, akibat serbuan tentara Mongol, maka Syekh Bahauddin Walad, ayah maulana Jalaluddin Rumi harus migrasi ke wilayah lain. Bersama keluarga dan para pengikutnya beliau berangkat menuju Baghdad untuk selanjutnya ke Konya. Anatolia. Turki.


Manakala sampai di Nisapur, Iran, Syekh Baha bertemu penyair dan sufi besar, Fariduddin Attar. Dalam perbincangan yang hangat antar kedua sufi paling terkemuka pada masanya itu, Syekh Attar memandangi putra Syekh Baha, Jalaluddin Rumi yang saat itu berusia 8 tahun. Lalu mengatakan kepada Syekh Baha: 


ان ابنك سيضرم النار سريعا فی هشيم العالم


"ۨAnakmu ini akan segera menyalakan api yang menghanguskan dunia".


Apa yang dimaksud oleh penyair besar itu adalah bahwa maulana Rumi kelak akan menjadi tokoh spiritual besar. Ia bagai api yang menyala dan membakar kotoran dunia.


Ramalan syekh Attar itu beberapa tahun kemudian terbukti.


Ketika kemudian Syekh Baha hendak tiba di Baghdad, Khalifah mendengar kedatangan Syekh Bahauddin Walad di pusat pemerintahan dinasti Abasiyah itu ia meminta Suhrawardi mengundang Syekh Baha ke istananya yang megah dan berharap bisa menginap di sana. Suhrawardi pun menjemputnya dan menyampaikan keinginan khalifah. Tetapi Syeikh Baha menolak dan meminta Sufi Suhrawardi menunjukkan Madrasah. "Tempatku bukan di istana, tapi di Madrasah", katanya.


Yang dimaksud Madrasah adalah zawiyah, khanaqah, padepokan sufi atau semacam pondok pesantren.


Khalifah memahami lalu mengirimi hadiah puluhan kuda, perhiasan emas dan perak untuk Syeikh Bahauddin Walad. Syeikh Baha menjawab: "Bersyukurlah kita kepada Allah karena kita diberikan nikmat sehat. Orang sehat tak patut menerima derma. Menerima derma ini akan menghalangi kita untuk beribadah kepada Allah. Tidak ada yang bisa membuat Allah berubah "pikiran" atau mencegah-Nya untuk mewujudkan kehendak-Nya".


Katanya lagi : "Orang yang menghamburkan kekayaan dan bersukacita dalam kemewahan ketika begitu banyak rakyatnya hidup dalam penderitaan, kemiskinan dan kepapaan, tak patut ditemui"


Pernyataan ini merupakan kritik tajam syekh Baha kepada kekuasaan saat itu.


KH Husein Muhammadsalah seorang Mustasyar PBNU


Hikmah Terbaru