• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Kamis, 25 April 2024

Hikmah

KOLOM KH ABUN BUNYAMIN

Menyambut Lailatul Qadar

Menyambut Lailatul Qadar
Ilustrasi: NUO
Ilustrasi: NUO

﴿ اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ ١ وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِۗ ٢ لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ ٣ تَنَزَّلُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِاِذْنِ رَبِّهِمْۚ مِنْ كُلِّ اَمْرٍۛ ٤ سَلٰمٌ ۛهِيَ حَتّٰى مَطْلَعِ الْفَجْرِ ࣖ ٥ ﴾ ( القدر/97: 1-5)


(1)  Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada Lailatulqadar. (2)  Tahukah kamu apakah Lailatulqadar itu? (3)  Lailatulqadar itu lebih baik daripada seribu bulan. (4)  Pada malam itu turun para malaikat dan Rūḥ (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. (5)  Sejahteralah (malam) itu sampai terbit fajar. (Al-Qadr/97:1-5)


Bulan Ramadhan adalan bulan agung dan mulia, diantara bentuk keagungan dan kemuliaannya adalah bulan diturunkannya Al-Qur’an dan terdapat Lailatul Qadar, sebagaimana firman Allah Swt.


﴿ شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ ........١٨٥ ﴾ ( البقرة/2: 185)


Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil).…… (Al-Baqarah/2:185).


Serta sabda Nabi Saw.:


عَنْ أَبِي هُريرة قَالَ: لَمَّا حَضَرَ رَمَضَانُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "قد جَاءَكُمْ شَهْرُ رَمَضَانَ، شَهَرٌ مُبَارَكٌ، افْتَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ، تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ، وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ، وَتُغَلُّ فِيهِ الشَّيَاطِينُ، فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، مَنْ حُرم خَيرَها فَقَدْ حُرم".


Dari Abu Hurairah ra. Beliau berkata: Ketika Ramadhan tiba, Rasulullah Saw. bersabda: “Telah datang kepadamu bulan Ramadan, bulan yang diberkati, Allah telah memfardukan bagimu melakukan puasa padanya. Di dalamnya dibukakan semua pintu surga dan ditutup rapat-rapat semua pintu neraka, dan setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat suatu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Barang siapa yang terhalang dari kebaikannya, berarti dia telah terhalang (dari semua kebaikan).”


Apa Itu Lailatul Qadr?


Dinamai dengan lailatul qadr karena agung nilainya, karena pada malam tersebut Allah menentukan, mengatur dan menetapkan perjalanan hidup manusia sesuai dengan iradah-Nya. Sebagiamana firman Allah:


﴿ فِيْهَا يُفْرَقُ كُلُّ اَمْرٍ حَكِيْمٍۙ ٤ ﴾ ( الدخان/44: 4)


Pada (malam itu) dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah. (Ad-Dukhan/44:4)


Yang dimaksud dengan segala urusan yang penuh hikmah adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan makhluk, seperti hidup, mati, rezeki, nasib baik, dan nasib buruk.


Serta firman Allah:


﴿ تَنَزَّلُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِاِذْنِ رَبِّهِمْۚ مِنْ كُلِّ اَمْرٍۛ ٤ ﴾ ( القدر/97: 4)


Pada malam itu turun para malaikat dan Rūḥ (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. (Al-Qadr/97:4)


Keistimewaan Lailatul Qadr


Lailatul qadr adalah malam yang istimewa yang hanya diberikan untuk ummat Nabi Muhammad saja. Diantara keistimewaannya yaitu:
 

 
  1. Malam diturunkannya Al-Qur’an secara keseluruhan dari lauh mahfudz ke Baitul ‘Izzah
  2. Ibadah pada malam tersebut lebih baik dibanding seribu bulan yang tidak terdapat lailatul qadr
  3. Malam ditetapkannya semua urusan
  4. Malam diijabahnya do’a
  5. Tersingkapnya keajabian-keajaiban alam malakut bagi orang yang diberi izin Allah untuk dapat melihatnya.
  6. Turunnya para malaikat dari Sidratul Muntaha dipimpin oleh Malaikat Jibril As.
  7. Ibadah pada malam tersebut menghapus dosa-dosa yang telah dilakukan
  8. Sperma orang kafir tidak dapat menjadi janin jika dia berhubungan badan tepat pada malam tersebut. 


Kapankah Lailatul Qadar itu?


Ulama berbeda pendapat hingga terdapat 40 pendapat perihal malam pasti lailatul qadr ini. Imam syafii sendiri lebih condong pada malam 21 atau 23, mayoritas ulama berpendapat pada malam ke 27, dan sebagian ulama memilih pendapat 10 malam terakhir dan terdapat pada malam-malam ganjil. Sebagaimana sabda Nabi Saw.


تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ 


“Carilah Lailatul Qadar itu pada sepuluh hari terakhir Ramadhan.”


كَانَ رَسُوْلُ اللّٰهِ يَجْتَهِدُ فِيْ العَشْرِ الأَوَاخِرِ مَالاَ يَجْتَهِدُ فِيْ غَيْرِهِ 


“Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersungguh-sungguh dalam sepuluh hari akhir bulan Ramadhan, hal yang tidak beliau lakukan pada bulan lainnya.”


الْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ فِي تَاسِعَةٍ تَبْقَى فِي سَابِعَةٍ تَبْقَى فِي خَامِسَةٍ تَبْقَى


“Carilah malam kemuliaan di malam-malam sepuluh terakhir dari bulan Ramadan, yaitu bila tinggal sembilan malam lagi atau bila tinggal tujuh malam lagi, atau bila tinggal lima malam lagi.”


مَنْ كَانَ اعْتَكَفَ مَعِي فَلْيَرْجِعْ فَإِنِّي رَأَيْتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ وَإِنِّي أُنْسِيتُهَا وَإِنَّهَا فِي الْعَشْرِ الأواخر في وِتْرٍ وَإِنِّي رَأَيْتُ كَأَنِّي أَسْجُدُ فِي طِينٍ وَمَاءٍ


Barang siapa yang telah melakukan i'tikaf bersamaku, hendaklah ia pulang, karena sesungguhnya aku telah melihat malam kemuliaan itu. Dan sesungguhnya aku telah dibuat lupa terhadapnya, sesungguhnya malam kemuliaan itu berada di sepuluh terakhir bulan Ramadan pada malam-malam ganjilnya, dan sesungguhnya aku telah bermimpi seakan-akan diriku sedang sujud di tanah dan air (karena terjadi hujan).


Sebagai salah satu acuan, Imam al-Ghazali menetapkan kaidah tentang malam lailatul qadr berdasarkan waktu pertama dimulainya puasa sebagaimana terdapat dalam kitab I’anatuth thalibin, berikut kaidahnya:


قَالَ الْغَزَالِي وَغَيْرُهُ إِنَّهَا تُعْلَمُ فِيْهِ بِالْيَوْمِ الْأَوَّلِ مِنَ الشَّهْرِ.  فَإِنْ كَانَ أَوَّلُهُ يَوْمَ الْأَحَدِ أَوْ يَوْمَ الْأَرْبِعَاءِ فَهِيَ لَيْلَةُ تِسْعٍ وَعِشْرِيْنَ أَوْ يَوْمَ الْاِثْنَيْنِ فَهِيَ لَيْلَةُ إِحْدَى وَعِشْرِيْنَ أَوْ يَوْمَ الثُّلَاثَاءِ أَوِ الْجُمُعَةِ فَهِيَ لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ أَوِ الْخَمِيْسِ فَهِيَ لَيْلَةُ خَمْسٍ وَعِشْرِيْنَ أَوْ يَوْمَ السَّبْتِ فَهِيَ لَيْلَةُ ثَلَاثٍ وَعِشْرِيْنَ. قَالَ الشَّيْخُ أَبُو الْحَسَنِ وَمُنْذُ بَلَغْتُ سِنَّ الرِّجَالِ مَا فَاتَتْنِيْ لَيْلَةُ الْقَدَرِ بِهَذِهِ الْقَاعِدَةِ الْمَذْكُوْرَةِ 

 
  1. Jika awalnya jatuh pada hari Ahad atau Rabu, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-29 
  2. Jika awalnya jatuh pada hari Senin maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-21 
  3. Jika awalnya jatuh pada hari Selasa atau Jum'at maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-27 
  4. Jika awalnya jatuh pada hari Kamis maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-25 
  5. Jika awalnya jatuh pada hari Sabtu maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-23.


Syekh Abul Hasan As-Syadzili berkata: “Semenjak saya menginjak usia dewasa Lailatul Qadar tidak pernah meleset dari jadwal atau kaidah tersebut."
 

 
No Hari Awal Puasa Prediksi Lailatul Qadar
1 Ahad atau Rabu 29
2 Senin 21
3 Selasa atau Jumat 27
4 Kamis 25
5 Sabtu 23
 

Tanda-Tanda Lailatul Qadr


Diantara tanda-tanda malam lailatul qadr adalah dengan memperhatikan kondisi dan cuaca alam sekitar, seperti:

 
  • Pada hari itu matahari bersinar tidak terlalu panas dengan cuaca sangat sejuk, sebagaimana sabda Nabi:


أَخْبَرَنَا رَسُوْلُ اللّٰهِ  صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَنَّهَا تَطْلُعُ يَوْمَئِذٍ لاَ شُعَاعَ لَهَا 


Rasulullah kabarkan kepada kami, yaitu (matahari) terbit (pada pagi harinya) tanpa sinar (yang terik).

 
  • Pada malam harinya langit nampak bersih, tidak nampak awan sedikit pun, suasana tenang dan sunyi, tidak dingin dan tidak panas. sebagaimana sabda Nabi: 


أَنَّ رَسُوْلَ اللّٰهِ  صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ: لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلْقَةٌ لاَ حَارَّةَ وَلاَ بَارِدَةَ، تُصْبِحُ شَمْسُهَا صَبِيْحَتُهَا صَفِيْقَةً حَمْرَاءَ 


“Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda tentang (tanda-tanda) Lailatul Qadr: “Malam yang mudah, indah, tidak (berudara) panas maupun dingin, matahari terbit (di pagi harinya) dengan cahaya kemerah-merahan (tidak terik)


قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ  صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنِّيْ كُنْتُ أُرِيْتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ، ثُمَّ نُسِّيْتُهِا، وَهِيَ فِيْ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ لَيْلَتِهَا، وَهِيَ لَيْلَةٌ طَلْقَةٌ بَلْجَةٌ لاَ حَارَّةَ وَلاَ بَارِدَةَ. 


“Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya aku pernah diperlihatkan Lailatul Qadr. Kemudian aku dibuat lupa, dan malam itu pada sepuluh malam terakhir. Malam itu malam yang indah, tidak (berudara) panas maupun dingin.”


Dalam Mu'jam at- Thabari al-Kabir disebutkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda: "Malam Lailatul Qadar itu langit bersih, udara tidak dingin atau panas, langit tidak berawan, tidak ada hujan, bintang tidak nampak dan pada siang harinya matahari bersinar tidak begitu panas."

 
  • Tidak ada anjing yang menggonggong


Amalan Ketika Mendapati Lailatul Qadr


Disunnatkan bagi orang yang melihat lailatul qadr untuk merahasiakannya dan dianjurkan untuk menghidupkan malam dan siangnya dengan ibadah. Ibadah terendah dengan salat isya secara berjamaah dan bertekad kuat akan salat subuh dengan berjamaah. Ibadah pertengahan yaitu dengan menghidupkan sebagian besar malam dengan ibadah, dan ibadah tertinggi yaitu dengan:


1.   Menjaga salat fardhu lima waktu secara berjama'ah. 
2.   Mendirikan salat-salat sunat malam seperti salat tarawih, witir, tahajud, tasbih, dll. 
3.   Memperbanyak membaca Al-Qur'an dengan tartil. 
4.   Memperbanyak dzikir, sholawat, istighfar dan berdoa. 
5.   Memperbanyak membaca: 


اَللّٰهُمَّ إنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيْمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فاَعْفُ عَنَّا يَا كَرِيْمُ


Ya Allah, Sesungguhnya Engkau Dzat Maha Pengampun lagi Maha Pemurah, senang mengampuni, maka ampunilah kami, wahai Dzat yang Maha Pemurah.


6.   Melakukan I’tikaf, sebagaimana yang biasa Nabi Saw. kerjakan.
7.   Muhasabah
8.   Tafakur
9.   Silaturahmi (saling meminta maaf, berbagi rizki dan saling mendoakan)


(Tatimmah) Sunnat-Sunnat Puasa


1.   Menyegerakan berbuka
2.   Makan sahur meskipun seteguk air, waktunya dimulai tengah malam
3.   Mengakhirkan sahur dan berhenti makan 15 menit sebelum adzan subuh.
4.   Berbuka dengan kurma dengan jumlah ganjil (1,3,5 dst…), jika tidak ada maka dengan air zamzam, lalu air putih tawar, lalu makanan yang tak dimasak api (hulwun) lalu makanan yang dimasak api (halwa).
5.   Membaca do’a berbuka, yaitu:


اَللّٰهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ


Allahumma laka shumtu wa bika amantu wa'ala rizqika afthartu. Birrahmatika yaa arhamar roohimin.


Ya Allah, untukMu aku berpuasa, dan kepadaMu aku beriman, dan dengan rezekiMu aku berbuka. Dengan rahmatMu wahai yang Maha Pengasih dan Penyayang."


ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ، وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللّٰهُ


Dzahabaz zhama'u wabtallatil 'uruqu wa tsabatal ajru, insyaallah.


"Telah hilang rasa haus, dan urat-urat telah basah serta pahala telah tetap, insya Allah."


يا وَاسِعَ الفَضْلِ اِغْفِرْ لِي اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي هَدَانِي فَصُمْتُ، وَرَزَقَنِيْ فَأَفْطَرْتُ


Wahai Dzat Yang Luas Karunia, ampuni aku. Segala puji bagi Tuhan yang memberi petunjuk padaku, lalu aku berpuasa. Dan segala puji Tuhan yang memberiku rezeki, lalu aku berbuka.


6.   Memberi makan orang puasa


مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا


“Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun.” 


7.    Mandi junub sebelum subuh
8.    Mandi setelah magrib setiap malam agar semangat ibadah
9.    Menjaga salat tarawih dari malam pertama hingga terakhir
10.  Menjaga salat witir
11.  Memperbanyak membaca Al-Qur’an dengan tadabur makna
12.  Memperbanyak salat-salat sunat
13.  Memperbanyak amal salih, seperti sedekah, silaturahim, menghadiri majelis ilmu, berdzikir, berdo’a, i’tikaf dan lain-lain.
14.  Berupaya mendapatkan malam lailatul qadar di 10 malam terakhir
15.  Berbuka dengan makanan halal
16.  Meluaskan nafkah untuk keluarga
17.  Meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat


Dr. KH. Abun Bunyamin, MA, Rais Syuriah PWNU Jawa Barat


Hikmah Terbaru