• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 26 April 2024

Hikmah

Lima Belas Penyebab Turunnya Bencana (Bagian 1)

Lima Belas Penyebab Turunnya Bencana (Bagian 1)
Tidaklah ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah”. (Q.S At-Taghabun: 11
Tidaklah ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah”. (Q.S At-Taghabun: 11

Oleh Ustadz Asep Purnawan 

عن علي رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا فعلت أمتى خمس عشرة خصلة حل بها البلاء : إذا كان المَغْنَمُ دُولًا، والأمانة مغنمًا، ، والزكاة مغرمًا، وأطاع الرجلُ زوجته، وعقَّ أمه، وبرَّ صديقه، وجفا أباه، وارتفعت الأصوات في المساجد، وكان زعيمُ القوم أرذلَهم، وأُكرم الرجل مخافة شره، وشُربت الخمور، ولُبس الحرير، واتخذت القَيْنات والمعازف، ولعن آخرُ هذه الأمة أولها، فليرتقبوا عند ذلك ريحًا حمراء، او خسفً اومسخًا

Ali bin Abi Thalib berkata Ra, berkata Rasulallah Saw, Bersabda: Jika umatku melakukan lima belas perangai (kebiasaan), wajiblah turun bala bencana itu: Bila harta negara hanya beredar ditangan orang-orang kaya, amanah dikhianati, zakat tidak ditunaikan, seseorang patuh kepada istrinya, durhaka kepada ibu, mengikuti kemauan kawan, menentang ayah, hiruk pikuk dalam masjid, yang memimpin kaum adalah orang yang paling jahat, seseorang dimuliakan karena ditakuti kejahatanya, minuman keras merajalela, memakai pakaian sutra, wanita hanya dijadikan sebagai penghibur, orang suka melaknat orang-orang terdahulu, ketika itu hati-hatilah ketika datangnya angin merah, atau penyakit merobah muka atau gempa bumi.” (HR. At-Tirmizi)

Pada hakikatnya, musibah yang menimpa seseorang atau suatu umat adalah atas izin Allah sebagaimana firman-Nya:


ماَاَصَاب ِمن مُصِيبَةِ اِلَّا بِاِذنِاللهَ

Tidaklah ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah”. (Q.S At-Taghabun: 11)

Namun demikian, kalaupun Allah menurunkan musibah atau bala bencana terhadap hamba-Nya, itu tentu ada sebab sebabnya dan biasanya sebab-sebab itu datang dari hamba-Nya juga atau tingkah laku mereka.

Demikianlah hadits ini menjelaskan bila umat melakukan lima belas macam perangai atau tingkah laku, mestilah mereka menerima bala.

1. Harta Negara Hanya Beredar di Tangan Orang Kaya

Harta Negara yang harusnya digunakan untuk kemaslahatan rakyat yang memang berhak menerimanya terutama orang-orang lemah, fuqara, yatim piatu, dan lain-lain. Sebab rakyat juga punya andil untuk mendapatkan harta ini. Tapi terkadang harta ini dikuasai dan dinikmati oleh orang-orang kaya, punya pangkat dan kedudukan, dengan cara menipu, merampas, kolusi dan sebagainya. Hal ini berakibat rakyat tetap kelihatan miskin walaupun sebenarnya harta kekayaan negara itu banyak. Rakyat tidak mendapatkan dan menikmati haknya karena karena dirampas oleh orang-orang yang amoral dan berakhlak bejat.

2. Amanah Dikhianati

Amanah merupakan kewajiban yang harus menurut ketentuannya dan menyalahgunakan amanat merupakan dosa besar dan dicap penghianat. Namun banyak orang yang menganggap amanah ini merupakan sumber kekayaan yang sangat rugi bila tidak dimanfaatkan dan amanah ini juga merupakan “ Aji Mumpung “. Dan orang menyelewengkan amanah ini untuk mencari kekayaan serta keuntungan lainnya dan inilah sumber malapetaka.

3. Zakat Tidak Ditunaikan

Banyak kaum Muslimin yang punya harta dan sudah berkewajiban menunaikan zakat, tetapi mereka tidak melaksanakannya. Mereka merasa keberatan karena menganggap zakat itu denda yang ditimpakan kepada mereka. Padahal hakikatnya harta zakat itu adalah hak fakir miskin dan lainnya yang wajib diserahkan kepada mereka. Jika ini tidak dilaksanakan, maka tetaplah harta itu hanya menumpuk di tangan orang kaya sedangkan para fakir miskin terus tambah melarat tidak punya kesempatan untuk menikmati harta zakat, padahal itu adalah haknya. Dan berikutnya terjadilah perbedaan yang sangat menyolok antara si kaya dan si miskin yang akhirnya menimbulkan kecemburuan serta dendam terhadap orang kaya yang bisa menimbulkan mala petaka.

4. Patuh pada Istri

Seorang suami menuruti kemauan istrinya dalam batas kewajaran bisa dibenarkan. Tapi apabila suami terlalu menuruti semua kemauan istrinya tanpa batas dan patuh pada istrinya, ini merupakan perbuatan tercela. Hal ini bisa membuat suami kehilangan harga diri sebagai seorang lelaki dan membuat dia mudah saja melakukan hal-hal yang tercela dalam agama seperti merampas hak seseorang, berbuat zalim dan kejahatan lainnya. (Bersambung)

Penulis Ketua Ranting Kelurahan Cibadak, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi


Hikmah Terbaru