• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 26 April 2024

Hikmah

Konsep Ummah dalam Al-Qur’an

Konsep Ummah dalam Al-Qur’an
(Ilustrasi: NUO).
(Ilustrasi: NUO).

Oleh: Rudi Sirojudin Abas
Jika kita mendengar dan mengucap kata ‘umat’ (ummah), maka yang tergambar pasti akan merujuk pada suatu hal yang berhubungan dengan pemeluk atau penganut suatu agama atau pengikut seorang nabi atau rasul. Sebagai contoh misalnya, seseorang atau sekelompok masyarakat yang memeluk agama Islam akan disebut dengan umat Islam. Sementara,  bagi orang atau sekelompok masyarakat yang memeluk agama selain Islam akan disebut umat sesuai dengan agama yang dianutnya. Misalnya, penganut agama Kristen akan disebut umat Kristen (umat Nasrani). Pemeluk agama Hindu akan disebut sebagai umat Hindu.

Pemeluk agama Budha akan disebut sebagai umat Budha. Begitu pun bagi pemeluk agama-agama yang lainnya akan disebut sebagai umat yang sesuai dengan agama yang dianutnya.

Kata ‘umat’ juga sering dipakai untuk menyebut seseorang atau sekelompok masyarakat (bangsa) sebagai pengikut para nabi dan rasul. Misalnya, orang atau sekelompok masyarakat pengikut Nabi Muhammad akan disebut dengan umat Nabi Muhammad. Begitu pula bagi seseorang atau sekelompok masyarakat yang mengikuti nabi dan rasul tertentu akan disebut umat sesuai dengan nama nabi dan rasul yang diikutinya. Misalnya, umat Nabi Nuh, umat Nabi Musa, umat Nabi Ibrahim, dan umat nabi-nabi yang lainnya.
Namun, penyebutan ‘umat’ itu tidak terpaku pada dua hal seperti yang telah disebutkan di atas. Kata ‘umat’ dalam Al-Qur’an disebut sebanyak 61 kali. Dari kesemuanya itu, paling tidak ada beberapa hal yang dapat diambil kesimpulan berkaitan dengan konsep (pengertian) ‘umat’ (ummah) itu sendiri. 

Pertama, pengertian ‘umat’ yang merujuk pada semua manusia sebagai makhluk ciptaan Allah yang berasal dari satu keturunan dari Nabi Adam AS. Definisi ‘umat’ ini  mempunyai arti sebagai umat yang kedudukan, derajat, dan martabat di hadapan Allah adalah sama. Hanya ketakwaan (keimanan) lah yang jadi pembedanya. Pengertian ‘umat’ seperti ini terdapat dalam QS al-Hujurat ayat 13.
Allah SWT berfirman:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ.

Artinya: “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.” (QS al-Hujurat [49]: 13).

Dalam pengertian di atas, yang dinamakan ‘umat’ berarti komunitas manusia secara keseluruhan. Baik sekumpulan suku-suku yang jumlahnya besar seperti Asy-syu’ub, maupun suku-suku terkecil yang dinamakan qabail, yaitu komunitas suku-suku di bawah Asy-syu’ub.

Kedua, pengertian ‘umat’ yang merujuk kepada kaum Muslimin saja. Pengertian ‘umat’ seperti ini dapat dilihat dalam QS al-Baqarah ayat 143 dan QS ali-Imran ayat 110, Allah SWT berfirman: 

وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا ۗ 

Artinya: “Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) ”umat pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.” (QS al-Baqarah [2]: 143).

كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ ۗ 

Artinya: “Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” (QS ali-Imran [3]: 110).

Ketiga, pengertian ‘umat’ yang merujuk pada satu umat yang beriman mengesakan Allah SWT. Dalam pengertian ini, Allah SWT berfirman dalam QS  al-Baqarah ayat 213, QS Yunus ayat 19, QS al-Anbiya ayat 92, dan QS al-Mu’minun ayat 52. Allah SWT berfirman:

كَانَ النَّاسُ اُمَّةً وَّاحِدَةً ۗ فَبَعَثَ اللّٰهُ النَّبِيّٖنَ مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ ۖ وَاَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيْمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ ۗ 

Artinya: “Manusia itu (dahulunya) satu umat penganut agama yang satu (tauhid). Lalu Allah mengutus para nabi (untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan. Dan diturunkan-Nya bersama mereka Kitab yang mengandung kebenaran, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan.” (QS al-Baqarah [2]: 213). Allah SWT berfirman:

وَمَا كَانَ النَّاسُ اِلَّآ اُمَّةً وَّاحِدَةً فَاخْتَلَفُوْاۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ فِيْمَا فِيْهِ يَخْتَلِفُوْنَ.

Artinya: “Dan manusia itu dahulunya hanyalah satu umat, kemudian mereka berselisih. Kalau tidak karena suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu, pastilah telah diberi keputusan (di dunia) di antara mereka, tentang apa yang mereka perselisihkan itu.” (QS Yunus [10]: 19).

اِنَّ هٰذِهٖٓ اُمَّتُكُمْ اُمَّةً وَّاحِدَةًۖ وَّاَنَا۠ رَبُّكُمْ فَاعْبُدُوْنِ

Artinya: “Sungguh, (agama tauhid) inilah agama kamu, agama (umat) yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku.” (QS al-Anbiya [21]: 92).

وَاِنَّ هٰذِهٖٓ اُمَّتُكُمْ اُمَّةً وَّاحِدَةً وَّاَنَا۠ رَبُّكُمْ فَاتَّقُوْنِ.

Artinya: “Dan sungguh, (agama tauhid) inilah agama kamu, agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku.” (QS al-Mu’minun [23]: 52).

Keempat, pengertian umat yang merujuk pada ragam pemeluk agama. Dalam pengertian ini, Allah SWT berfirman dalam QS al-Maidah ayat 48, QS Hud ayat 118, QS an-Nahl ayat 93,  dan QS asy-Syura ayat 8. Allah SWT berfirman:

وَلَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ لَجَعَلَكُمْ اُمَّةً وَّاحِدَةً وَّلٰكِنْ لِّيَبْلُوَكُمْ فِيْ مَآ اٰتٰىكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرٰتِۗ اِلَى اللّٰهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيْعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيْهِ تَخْتَلِفُوْنَۙ.

Artinya: “Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan.” (QS al-Maidah [5]: 48).

وَلَوْ شَاۤءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ اُمَّةً وَّاحِدَةً وَّلَا يَزَالُوْنَ مُخْتَلِفِيْنَۙ

Artinya: “Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia jadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih (pendapat).” (QS Hud [11]: 118).

وَلَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ لَجَعَلَكُمْ اُمَّةً وَّاحِدَةً وَّلٰكِنْ يُّضِلُّ مَنْ يَّشَاۤءُ وَيَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُۗ وَلَتُسْـَٔلُنَّ عَمَّا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ.

Artinya: “Dan jika Allah menghendaki niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Dia menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Tetapi kamu pasti akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan.” (QS an-Nahl [16]: 93).

وَلَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ لَجَعَلَهُمْ اُمَّةً وَّاحِدَةً وَّلٰكِنْ يُّدْخِلُ مَنْ يَّشَاۤءُ فِيْ رَحْمَتِهٖۗ وَالظّٰلِمُوْنَ مَا لَهُمْ مِّنْ وَّلِيٍّ وَّلَا نَصِيْرٍ.

Artinya: “Dan sekiranya Allah menghendaki niscaya Dia jadikan mereka satu umat, tetapi Dia memasukkan orang-orang yang Dia kehendaki ke dalam rahmat-Nya. Dan orang-orang yang zalim tidak ada bagi mereka pelindung dan penolong.” (QS asy-Syura [42]: 8).

Definisi ‘umat’ pada keempat surat di atas berkaitan dengan sunatullah keragamaan agama. Allah SWT tidak menghendaki seluruh umat manusia untuk berada pada agama yang satu. Namun, agama atau keyakinan itu harus sesuai dengan pilihannya masing-masing sesuai konsekuensinya. Jika agamanya benar, maka akan selamat. Namun, jika agama yang dipilihnya salah maka akan celaka. Dan itu semua nanti akan diminta pertanggung jawaban di hadapan Allah atas apa yang diperselisihkan oleh umat manusia.

Kelima, pengertian ‘umat’ yang merujuk pada satu orang (manusia) saja. Dalam hal ini Allah SWT berfirman:

اِنَّ اِبْرٰهِيْمَ كَانَ اُمَّةً قَانِتًا لِّلّٰهِ حَنِيْفًاۗ وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَۙ

Artinya: “Sungguh, Ibrahim adalah seorang imam (yang dapat dijadikan teladan), patuh kepada Allah dan hanif. Dan dia bukanlah termasuk orang musyrik (yang mempersekutukan Allah).” (QS an-Nahl [16]: 120).

Definisi umat di atas merujuk pada diri satu manusia yaitu Nabi Ibrahim AS. Sesungguhnya Nabi Ibrahim AS adalah seorang yang sangat baik, mengetahui syariat, dan sebagai pemimpin umat (imam) karena sifat-sifat dan karakteristiknya yang ideal. Dia adalah orang yang taat kepada Allah yang selalu menjalankan perintah-Nya. Diri Nabi Ibrahim dipenuhi ketakutan kepada Allah, berpaling dari agama yang batil ke agama yang benar, beriman kepada Allah dan dia (Ibrahim) sekali-kali bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik. (Tafsir dari Kitab Al-Mu’jam al-Mufahras li Ma’ani Al-Quranul Azim: Wahbah Zuhaili dkk, hal 282, Darul Fikr Damaskus, 1416 H).

Keenam, pengertian ‘umat’ yang cakupannya sangat luas. Yakni merujuk kepada seluruh makhluk yang ada di muka bumi ini. Berkenaan dengan ini, Allah SWT berfirman dalam QS al-An’am ayat 16.
Allah SWT berfirman:

وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا طٰۤىِٕرٍ يَّطِيْرُ بِجَنَاحَيْهِ اِلَّآ اُمَمٌ اَمْثَالُكُمْ ۗمَا فَرَّطْنَا فِى الْكِتٰبِ مِنْ شَيْءٍ ثُمَّ اِلٰى رَبِّهِمْ يُحْشَرُوْنَ.

Artinya: “Dan tidak ada seekor binatang pun yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan semuanya merupakan umat-umat (juga) seperti kamu. Tidak ada sesuatu pun yang Kami luputkan di dalam Kitab, kemudian kepada Tuhan mereka dikumpulkan.” (QS al-An’am [6]: 38).

Dengan demikian, kesimpulan dari konsep (pengertian) ‘umat’ adalah suatu thaifah atau golongan tertentu yang terdiri dari golongan seluruh umat manusia, umat satu agama (Islam), pemimpin umat (imam), makhluk hidup, pemeluk agama-agama, dan yang lainnya.

Wallahua'lam

Penulis adalah seorang peneliti kelahiran Garut.


Hikmah Terbaru