• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 29 Maret 2024

Hikmah

Dosa Besar yang Tersembunyi

Dosa Besar yang Tersembunyi
Ilustrasi: NUO
Ilustrasi: NUO

Oleh: KH Zakky Mubarak
Ada satu dosa terbesar yang tidak terampuni, kecuali bila ia meninggalkannya, yaitu dosa syirik kepada Allah SWT atau menyekutukan-Nya. Perbuatan dosa atau keburukan bisa dikenali dengan dua jenis, yaitu dosa yang kasar dan halus, yang terang-terangan dan tersembunyi. Mencuri dan merampas hak orang lain, bisa dilakukan dengan dua macam cara seperti yang disebutkan di atas. Merampas harta orang lain dengan cara yang kasar dilakukan dengan kekerasan dan dengan alat-alat yang menakutkan, seperti clurit, senjata tajam dan sebagainya. Ada juga yang dilakukan dengan cara yang halus, dengan alat yang halus pula. Perbuatan seperti ini cukup dilakukan dengan menggunakan pulpen dengan jalan mengubah angka-angka.

Kejahatan pembunuhan juga ada dua cara, pembunuhan secara kasar dan secara halus. Pembunuhan secara kasar, maka pembunuhnya akan dihukum sesuai dengan kejahatannya, tetapi pembunuhan secara halus, pembunuhnya tidak bisa ditangkap. Pembunuhan dalam bentuk seperti ini bisa dilakukan dengan jalan mematikan kehidupan ekonomi seseorang. Bisa juga dengan jalan memutuskan harapan seseorang, mematikan rizkinya, membelenggu ideologinya atau menteror mentalnya. Pembunuhan secara halus sulit dibuktikan kesalahannya, karena selalu terlepas dari jeratan hukum.

Demikian beratnya pembunuhan dengan cara halus, sehingga mereka yang teraniaya sulit untuk membalasnya. Wajarlah kalau ada seorang penyair yang mengungkapkan, bahwa kejahatan cara ini, merupakan suatu perbuatan yang amat berbahaya, dikatakan dalam syair itu:

وَقَاتِــــــلُ النَّفْـــــسِ مَقْـــــــــــتُوْلٌ بِقِـــــــــتْلَتِهِ     وَقَاتِـــــــــــــلُ الـــــــــرُّوْحِ لَمْ يَجْــــــــرِ بِهِ الْبَصَرُ

“Pembunuh jiwa yang dilakukan secara terang-terangan, akan dihukum sesuai dengan kejahatannya. Sedang pembunuh jiwa dengan cara halus tidak dapat ditangkap oleh pandangan mata.”

Syirik sebagai dosa terbesar yang akan menjerumuskan manusia pada kehancuran lahir dan batin, seperti juga dosa-dosa yang disebutkan di atas dapat dikenal dalam dua bentuk, yaitu kasar dan halus, syirik yang terang-terangan dan tersembunyi. Perbuatan syirik atau menyekutukan Tuhan yang terang-terangan yang sudah jarang dilakukan orang. Siapa sih pada masa sekarang ini  yang masih menyembah patung, menyembah pohon, batu dan sebagainya, tentu tidak kita jumpai lagi, itu merupakan kegiatan yang langka. Akan tetapi syirik yang tersembunyi sering menyelinap secara akrab dalam segala aktivitas dari kehidupan manusia. Syirik seperti itu terkadang merambah mereka yang tergolong ahli ibadah dan ahli amal baik.

Pelakunya sering tidak menyadari dosa yang dilakukannya, sehingga terus dikerjakan.
Salah satu dosa yang tergolong syirik yang halus dan tersembunyi adalah “Riya”. Sikap riya merupakan penyakit rohani yang terus menggerogoti iman setiap orang muslim. Penyakit itu amat berbahaya, sehingga Rasulullah SAW sering memperingatkan sahabatnya dengan sabdanya:

إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ قَالَ الرِّيَاءُ (رواه أحمد)

“Ada satu hal yang sangat aku kawatiri padamu, yaitu seandainya kamu terjerumus dalam syirik kecil (syirik yang tersembunyi)”, sahabat bertanya: “Apakah yang dimaksud dengan syirik kecil itu?” Nabi menjawab: “yaitu Riya’” (HR. Ahmad, No: 23680).

Term riya berasal dari kata ru’yah yang artinya penglihatan. Yang dimaksudkan dari perkataan itu dalam istilah syara’ adalah memamerkan suatu amal kebajikan supaya dilihat orang lain dengan tujuan mengharapkan pujiannya atau pamrih lainnya. Riya merupakan penyakit jiwa yang amat buruk, sehingga al-Qur’an sering mencela sifat itu, antara lain disebutkan:

فَوَيۡلٞ لِّلۡمُصَلِّينَ ٱلَّذِينَ هُمۡ عَن صَلَاتِهِمۡ سَاهُونَ ٱلَّذِينَ هُمۡ يُرَآءُونَ وَيَمۡنَعُونَ ٱلۡمَاعُونَ  

“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,  orang-orang yang berbuat riya”. (QS. Al-Ma’un, 107: 4-7).

Dalam ayat lain disebutkan, bahwa sikap riya’ merupakan salah satu sifat orang-orang munafik  dan sifat dari mereka yang enggan mengingat Allah.

إِنَّ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ يُخَٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَهُوَ خَٰدِعُهُمۡ وَإِذَا قَامُوٓاْ إِلَى ٱلصَّلَوٰةِ قَامُواْ كُسَالَىٰ يُرَآءُونَ ٱلنَّاسَ وَلَا يَذۡكُرُونَ ٱللَّهَ إِلَّا قَلِيلٗا  

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk melakukan shalat, mereka lakukan dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali”. (QS. Al-Nisa’, 4: 142).

Imam Ali bin Abi Thalib mengidentifikasi tanda-tanda dari manusia yang terjangkit penyakit riya’ yaitu: (1) Ia malas beramal apabila sendirian. (2) Ia rajin beramal dan berbuat baik apabila berada di tengah-tengah orang banyak. (3) Ia semakin rajin mengerjakan ibadah dan amal saleh bila mendapat pujian, sebaliknya bila dicela ia mengurangi amal dan ibadahnya.

Dosa-dosa yang halus dan berbahaya sering menyelinap dalam diri kita, karena itu kita harus terus melakukan self koreksi, agar dapat membersihkan diri kita dari dosa tersebut. Jangan sibukkan diri kita dengan mencari dan meneliti kesalahan orang lain, sementara kesalahan dan dosa melingkupi diri kita dan dibiarkan hidup dalam kesuburannya.

Penulis merupakan salah seorang Rais Syuriah PBNU


Hikmah Terbaru