• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Senin, 29 April 2024

Hikmah

Catatan dari Tarim: Saat Habib Umar mengenang Guru Besarnya Habib Muhammad Al Haddar

Catatan dari Tarim: Saat Habib Umar mengenang Guru Besarnya Habib Muhammad Al Haddar
Habib Umar. (Foto: Instagram/habibomarcom)
Habib Umar. (Foto: Instagram/habibomarcom)

Di sela-sela ziarah kubro Nabi Hud As, kami mengaji kitab Ihya' Ulumuddin kepada guru kami Al Habib Umar Bin Hafidz. Kebetulan Bab yang sedang dikaji adalah Bab Akhlak-Akhlak Rasulullah Saw, Bab ini sepertinya membuat Habib teringat akan salah satu sosok Guru Besarnya.


Ia adalah Habib Muhammad Al Haddar dari kota Baidho',Yaman Utara,Guru yang juga mertua Habib Umar. Beliau lantas menceritakan keindahan akhlak gurunya tersebut:


Dulu ada salah satu murid Habib Muhammad Al Haddar yang tinggal di Jeddah, setiap hari ia selalu mendapat perlakuan tak menyenangkan dari seseorang. Bertahun-tahun ia disakiti, didzholimi, ia tetap berusaha bersabar.


Lama-kelamaan kesabarannya habis juga, hari itu ia benar benar kesal, ia memutuskan untuk membalas perbuatan orang tersebut, bukan dengan kekerasan fisik, tapi dengan mendoakan buruk atasnya. Bukankah doa orang yang terdzolimi sangatlah mustajab? Ia memutuskan berdoa agar orang tersebut celaka dunia-akhirat.


Dan demi itu, ia hendak pergi ke Pemakaman Baqi' agar bisa bertawassul kepada Sayyidah Fatimah di sana, ia bersiap-siap berangkat, tiba-tiba...


“KRINGG”


Suara telepon rumahnya berdering, ia bergegas mengangkatnya.


"Assalamualaikum wr wb"


Ia tahu betul suara itu, suara Sang Guru,Habib Muhammad Al Haddar, tidak seperti biasanya beliau menelepon lebih dahulu.


"Wa'alaikum salam wr wb Habib.. "


Setelah menanyakan kabar, Habib Muhammad berkata:


"Dengar baik-baik ya..guru-guru kita pernah berkata: Seorang wali adalah ia yang berhasil menarik orng yang menyakitinya untuk masuk surga bersamanya, bukan malah menjerumuskannya ke dalam neraka," Beliau lalu menutup teleponnya.


"Astagfirullahaladhzim" gumam si murid dalam hati. Ia menyadari kesalahannya, ia yakin pesan beliau itu ditujukan khusus untuknya, tapi ia masih bertanya-tanya, dari mana Beliau tahu Bahwa ia akan mendoakan orang dzolim itu? Padahal ia tak pernah mengutarakan niatnya itu kepada satu orang pun!


Kisah ini diceritakan oleh Ustadz Ismael Al Kholilie, keturunan kelima dari sang Maha Guru Syaikhona Kholil Bangkalan.


Hikmah Terbaru