• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Kamis, 18 April 2024

Hikmah

Cangkaruk Maulid

Cangkaruk Maulid
Ilustrasi: NUO
Ilustrasi: NUO

Oleh: KH Awan Sanusi
Cangkaruk Mulud adalah makanan sisa (nasi), atau segenggam nasi yang telah dibacakan padanya Barzanji, atau Deba, dan sholawat, serta do'a, pada peringatan Maulid Nabi, tanggal 12 Rabiul Awwal. Nasi tersebut dijemur, dikeringkan, kemudian disimpan untuk digunakan sebagai penangkal bencana angin ribut atau hujan angin. Cangkaruk tersebut ditaburkan, dengan harapan agar bencana dimaksud segera berakhir dan tidak menimbulkan malapetaka. Begitulah fungsi cangkaruk mulud, sebagai doa Tafa'ul melalui barang atau benda sebagaimana diajarkan oleh Nabi saw.

Hal tersebut merujuk pada hal-hal sebagai berikut:

Pertama, pendapat seorang ulama Sufi, waliyullooh Syekh Ma'rufilkarhi:"Jika maulid nabi dibacakan pada sesuatu benda, barang, maka barang tersebut akan diberkahi Allah swt".

Kedua, saat Rasulullah SAW lahir, api sembahan orang Majusi yang selamanya menyala, mendadak padam.

Ketiga, tahun kelahiran Nabi disebut Tahun Gajah (Fiil), karena saat itu pasukan bergajah Raja Abrohah dari Yaman sengaja datang ke Mekkah untuk menghancurkan Ka'bah, sesampainya di Muzdalifah mereka dilempari dengan batu oleh burung Ababil hingga hancur (QS:Alfiil).

Keempat, Nabi diutus oleh Allooh semata-mata rahmat Allah bagi semesta alam. Jadi kelahiran Rosuulullooh saw diutus oleh Allooh swt, selain untuk menegakkan kebenaran (hak) dan menghancurkan kebatilan, juga sebagai Rohmat (kasih sayang) Allooh bagi alam semesta.

Adapun arti Cangkaruk Mulud secara spiritual adalah mengukuhkan, memperkokoh, mempertebal rasa cinta seorang muslim terhadap Rasul pilihan Allah, dengan cara: "Beriman kepada Rosul, mengagungkan (menghormati, memuliakannya), membela, dan mengikuti wahyu yang diturunkan menyertainya, agar menjadi orang yang berbahagia di dunia maupun akhirat" (QS : Al-a'rof, 157).

Awal mula peringatan Maulid Nabi adalah peristiwa Perang Salib yang bersejarah, ketika para prajurit muslim kehilangan ruuhul jihad, yang mengakibatkan hilang semangat dalam menghadapi musuh hingga terdesak. Atas dasar itulah Syekh Sholahuddiin Al-Ayyubi, seorang Ulama Sufi, waliyullah, beliau juga sebagai gubernur dan panglima perang, berusaha segera mengatasi masalah tersebut dengan jalan menyelenggarakan perlombaan menciptakan syair-syair pujian terhadap Rasul, sholawat, sekaligus sejarah tentangnya. Hal ini dimaksudkan untuk menggelorakan semangat cinta Rasul di hati sanubari para prajurit. Maka lahirlah pemenang lomba tersebut, hasil karangan Syekh Albarjanzi, yang dikenal dengan Barzanji.

Maka bergemalah Barjanzi dan sholawat di setiap kemah prajurit, menggetarkan jiwa dan semangat juang para tentara untuk berperang, berjuang menegakkan kalimah Allah, dengan berangkat dari cinta nabi. Hal ini sebagaimana dilakukan para sahabat Rosuululooh ketika diumumkan perang, semua menyambut penuh semangat, mereka sangat rindu untuk mati syahid di medan perang.

Sejak itulah, peringatan Maulid Nabi bergema di seluruh dunia dengan membacakan syair-syair pujian kepada nabi, terlebih di Nusantara, baik dengan Banjanzi ataupun Deba'.

Adapun isi Cangkaruk Mulud hakekatnya adalah Risalah kerasulan Muhammad SAW, yang meliputi iman, aqidah, keyakinan untuk memaha Esakan Yang Esa (Tauhid), dan mengimani pada yang diperintahkan untuk mengimaninya. Islam sebagai interpretasi dari keyakinan (Iman), maka lahirlah kepasrahan untuk mengabdi sepenuh hati, menyembah Sang Maha Esa (Allooh), atau taqwa. Islam berkenaan dengan syariah, yang meliputi: Rub'ul Ibadah, Rub'ul Muammalah, Rub'ul Munakahah, dan Rub'ul Jinayah.

Ihsan, adalah kepasrahan hati dalam melakukan segala amal kebaikan, semata-mata karena Allah.
Iman, Islam, dan Ihsan adalah Pokok Agama (Ushuluddiin); Aqidah, Syari'ah, dan Tashawwuf.

Adapun dalam melaksanakan dan menyampaikan Risalah, Rasulullah SAW berperan sebagai Uswatun Hasanah (Suri teladan yang baik) dengan mengedepankan Akhlak Mulia (Makaarimal akhlaq). Risalah tersebut untuk memberikan petunjuk jalan menuju kehidupan yang bahagia dan sejahtera di dunia, bahagia hidup di akhirat kelak, terhindar dari api neraka, "fiddunya hasanah wa fil aakhiroti hasanah wa qinaa 'adzaabannaar"

Mari kita gelorakan semangat cinta Rasul melalui Peringatan Maulid Nabi. Semoga kita tergolong ummat Rasul, di akhir hayat husnul khotimah, dan menjadi penghuni sorga bersama Rasulullah SAW.
Aamiin,,,aamiin,,,aamiin, yaa robbal 'aalamiin, yaa arhamarroohimiin,,,!

Penulis merupakan salah seorang Wakil Ketua PWNU Jawa Barat


Hikmah Terbaru