• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 3 Mei 2024

Garut

Idul Khotmi Nasional Attijani ke-231, Mustasyar PCNU Garut Ungkap Sejarah Perkembangan Tarekat Tijaniyah

Idul Khotmi Nasional Attijani ke-231, Mustasyar PCNU Garut Ungkap Sejarah Perkembangan Tarekat Tijaniyah
Idul Khotmi Nasional Attijani ke-231, Mustasyar PCNU Garut Ungkap Sejarah Perkembangan Tarekat Tijaniyah
Idul Khotmi Nasional Attijani ke-231, Mustasyar PCNU Garut Ungkap Sejarah Perkembangan Tarekat Tijaniyah

Garut, NU Online Jabar
Manusia yang baik adalah manusia yang mampu menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhirat. Begitupun bagi orang yang sudah mencapai maqam tertinggi dalam hal spiritual seperti misalnya para waliyullah tetap memiliki kewajiban untuk terlibat dan berperan aktif dalam kehidupan-kehidupan yang sifatnya sosial. 


Hal itu disampaikan salah seorang Mustasyar Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Garut yang juga sebagai Muqaddam Tarekat Tijaniyah Indonesia KH Ikyan Badruzzaman saat mengisi kegiatan Khalwat dan Istighatsah Idul Khotmi Nasional Attijani ke-231 di Ponpes Az-Zawiyah Tanjung Anom Samarang Garut, Sabtu (2/9/2023). 


"Mengambil hikmah dari apa yang disabdakan Nabi Muhammad SAW kepada Syaikh Attijani, para sufi atau waliyullah itu jangan sampai mengabaikan perannya di masyarakat. Dan jangan juga menyepi, menjauhkan diri dari masyarakat sehingga peran sosialnya tidak dirasakan," ucap Kiai Ikyan. 


Ia mengutip pesan Nabi SAW kepada Syaikh Attijani. "Berpegang teguhlah pada tarekat ini melalui bacaan istighfar, shalawat, dan laa ilaha illallah tanpa menyepi, menyendiri, dan menjauh dari makhluk,".


Kiai Ikyan menjelaskan, atas dasar itulah bahwa KH Badruzzaman selain sebagai ahli fikih, murysid, dan waliyullah, ia juga bergerak dalam kegiatan-kegiatan sosial seperti mengasuh sebuah pondok pesantren, mengembangkan tarekat Tijaniyah dan menjadi tokoh pergerakan termasuk di dalamnya pergerakan dalam merebut kemerdekaan bangsa Indonesia melalui pasukan Hizbullahnya. 


Perkembangan Tarekat Tijaniyah


Kiai yang juga sebagai Pimpinan Ponpes Az-Zawiyah menyampaikan tarekat Tijaniyah awal mula ada di Jawa Barat yaitu sekitar tahun 1928-an yang saat itu dibawa oleh KH Damiri Cimahi dan KH Anas Buntet Cirebon. Sementara tarekat Tijaniyah di Garut digagas oleh KH Badruzzaman yang dikembangkannya sejak tahun 1933-an. "Kini, berkat sanad KH Badruzzaman, tarekat Tijaniyah tidak hanya berkembang di Jawa Barat saja, tetapi berkembang hingga wilayah Jambi, Aceh, luar pulau Jawa, bahkan sampai Malaysia, Thailand, dan sekitarnya," tutur Kiai Ikyan. 


Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa Idul Khotmi merupakan kegiatan dalam rangka merayakan  Syaikh Attijani ketika ia diangkat menjadi waliyullah. Ia menilai dalam dunia kewalian ada yang disebut pemimpin para wali setiap satu zaman, ada juga yang disebut pemimpin para wali dari semua zaman.


"Ada yang dinamakan khotmul wilayah al muhammadiyyah, yaitu wali yang hanya satu, huwa wahidun fil'alam laa fikulli zaman, hanya wali satu orang dan tidak di setiap zaman. Dan yang dimaksud itu adalah Syaikh Attijani," tuturnya. 


Keunikan dari tarekat Tijaniah adalah adanya kesamaan terkait dengan perayaan kegiatannya yang berbeda dengan kegiatan pada tarekat-tarekat lain. Kia Ikyan menjelaskan, bahwa dalam sebuah kegiatan tarekat biasanya bermuara pada seorang mursyid sesuai dengan jenis tarekatnya, sementara dalam tarekat Tijaniyah langsung bermursyid kepada Syaikh Attijani melalui bimbingan para Muqaddam. "Karena itulah dalam kegiatan tarekat Tijaniyah ada yang dinamakan idul khotmi nasional," jelas Kiai Ikyan. 


Ia menambahkan bahwa dalam amalan tarekat Tijaniah ada ketentuan yang ketat yang dinamakan dengan wirid lazimah, wadzifah, dan haylalah. "Karena jenis wirid itu tarekat Tijaniyah dapat melaksanakan kegiatan dalam skala nasional bahkan internasional," tambahnya. 


Kiai Ikyan menilai bahwa kegiatan Idul Khotmi Nasional Attijani ke-231 yang diikuti ratusan ribu  orang pengamal tarekat Tijaniyah di seluruh Indonesia menjadi sebuah keberkahan tersendiri. "Saya yakin kedatangan para jemaah pada Idul Khotmi ini didasarkan pada kecintaan kepada Syaikh Attijani saja. Kenyataan inilah yang menjadi salah satu kualitas tarekat Tijaniyah yang dapat menyatukan semua jemaahnya tanpa mengenal identitas, tempat, dan jarak," tandasnya.


Sebagai informasi, kegiatan Idul Khotmi Nasional Attijani ke-231 juga disiarkan live melalui Chanel Youtube Pemuda Birrul Walidain.


Pewarta: Rudi Sirojudin Abas


Garut Terbaru