• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Senin, 29 April 2024

Garut

Hadiri Haul Sesepuh Ponpes Al-Huda Garut, KH Munandar Ma'mun El-Fadhil Ungkap 4 Hikmah Peringati Haul

Hadiri Haul Sesepuh Ponpes Al-Huda Garut, KH Munandar Ma'mun El-Fadhil Ungkap 4 Hikmah Peringati Haul
Hadiri Haul Sesepuh Ponpes Al-Huda Garut, KH Munawar Ma'mun El-Fadhil Ungkap 4 Hikmah Peringati Haul
Hadiri Haul Sesepuh Ponpes Al-Huda Garut, KH Munawar Ma'mun El-Fadhil Ungkap 4 Hikmah Peringati Haul

Garut, NU Online Jabar
Pengasuh Ponpes Darurrohman Jakarta KH Munandar Ma'mun El-Fadhil mengungkapkan ada empat hikmah yang dapat diambil dari peringatan haul kematian seseorang. Hikmah yang pertama adalah lil istigfar yakni sebagai permintaan ampunan bagi seseorang yang mati. Kedua, dzikran lil maut yang artinya sebagai pengingat atas kematian. Ketiga lil istijma yakni harapan akan dikumpulkan bersama orang-orang saleh. Keempat adalah lil istidkar yang artinya sebagai pengingat atas perjuangan dan pengabdian orang-orang yang sudah mati.


Terkait dengan memintakan ampunan bagi orang yang telah meninggal dunia, sambil mengutip pendapat Imam Nawawi dalam kitab al-Adzkar, Kiai Munandar menegaskan bahwa para ulama sepakat akan sampainya doa kepada yang telah meninggal dunia. 


"Di dalam kitab al-Adzkar an-Nawawi dijelaskan, para ulama sepakat bahwasanya doa yang dibacakan dan dipanjatkan untuk orang yang sudah meninggal dunia, anfa'uhum ada manfaatnya dan berguna bagi orang yang sudah meninggal. Bukan hanya itu saja, juga yasilu ilaihim tsawabuhu, sehingga pahalanya akan sampai kepada mereka. Makanya jika kita berdoa dan memintakan ampun untuk orang yang sudah wafat, insya Allah dosa perdosanya akan terampuni, "ucap Kiai Munandar saat tausiah pada acara haul al-magfurlah KH Ulumuddin Banani ke-14 dan KH Irfan Hadian Banani ke-1 di Ponpes Al-Huda Tarogong-Garut, Ahad (23/07/2023) lalu.


Kiai Munandar menegaskan, satu hal yang diinginkan oleh orang yang sudah meninggal dunia ketika dimasukkan ke liang kubur adalah pertolongan dari orang yang masih hidup.


Ia mengutip salah satu hadis Nabi SAW: 


ما الْمَيّتُ في القَبْرِ إلاّ كالْغَرِيْق الْمُتَغَوِّثِ يَنتَظِرُ دَعْوَةً تَلحَقُه مِن أبٍ أوْ أُمٍّ أوْ أخٍ أوْ صَدِيقٍ فإذا لَحِقَتْه كانَتْ أحَبَّ إليه مِن الدُّنيا ومَا فيها وإنَّ اللهَ عزّ وجلّ لَيُدخِلُ على أهْلِ القُبُورِ مِن دُعاءِ أهْلِ الأَرْضِ أمْثَالَ الجِبالِ وإنَّ هَديَّةَ الأَحْيَاءِ إلى الأَمْوَاتِ الاِسْتِغفارُ لهم


Artinya: "Seorang mayat dalam kuburnya seperti orang tenggelam yang sedang meminta pertolongan. Dia menanti-nanti doa ayah, ibu, anak, dan kawan yang tepercaya. Apabila doa itu sampai kepadanya, maka itu lebih ia sukai daripada dunia berikut segala isinya. Dan sesungguhnya Allah menyampaikan doa penghuni dunia untuk ahli kubur sebesar gunung. Adapun hadiah orang-orang yang hidup kepada orang-orang mati ialah memohon istighfar kepada Allah SWT untuk mereka dan bersedekah atas nama mereka." (HR Ad-Dailami). 


"Itu artinya, bagi orang yang mati, doa dari orang yang hidup kepadanya seolah melebihi kenikmatan dunia beserta isinya," tegas Kiai Munandar. 


Lebih lanjut Kiai Munandar mengutip pesan Nabi SAW kepada Ali bin Abu Thalib terkait dengan pentingnya bersedekah yang diniatkan untuk ahli kubur. 


يَا عَلِيُّ، تَصَدَّقْ عَلَى مَوْتَاكَ فَإِنَّ اللهَ تَعَالَى قَدْ وَكَّلَ مَلَائِكَةً يَحْمِلُوْنَ صَدَقَاتِ الْأَحْيَاءِ إِلَيْهِمْ 


Artinya: "Wahai Ali, bersedekah lah engkau untuk orang-orang yang telah mati. Maka sesungguhnya Allah SWT memerintahkan para malaikat untuk menyampaikan sedekahnya orang yang hidup kepada orang-orang yang telah mati." 


"Itu artinya, keterangan di atas menjadi dalil tentang sampainya doa dan sedekah dari orang yang masih hidup kepada yang telah meninggal dunia," ucap Kiai Munandar. 


Bahkan tidak hanya itu, menurut Kiai Munandar, orang yang dikirimi doa  oleh orang yang hidup pada saat yang sama juga orang yang sudah wafat akan mendoakan kebaikan kepada yang memberikan doa itu. 


فَيَفْرَحُوْنَ بِهَا أَشَدَّ مَا كَانُوْا يَفْرَحُوْنَ فِي الدُّنْيَا وَيَقُوْلُوْنَ اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِمَنْ نَوَّرَ قَبْرَنَا وَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ كَمَا بَشَّرَنَا بِهَا


Artinya: "Sehingga orang-orang yang telah mati itu bahagia, bahkan lebih bahagia  daripada ketika di dunia. Dan orang-orang yang mati itu bedoa: Ya Allah ampunilah untuk orang yang menerangi kubur kami. Dan berikanlah kebahagiaan padanya dengan surga seperti dia telah membahagiakan kami dengan sedekahnya.”


"Jadi apabila kita mendoakan orang yang mati, maka mereka pun akan mendoakan kita" ucap Kiai Munandar.  


Sementara hikmah kedua dari peringatan haul  adalah dzikraan lil maut yakni untuk mengingat kematian. Kiai Munandar menegaskan peringatan haul menjadi bahan pengingat akan kematian. Ia menilai bahwa kemulian seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh sejauh mana orang itu mampu mengingat kematian. 


Kiai Munandar mengutip salah satu hadis Nabi SAW: 


عَنِ ابْنِ عُمَرَ، أَنَّهُ قَالَ: كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَجَاءَهُ رَجُلٌ مِنَ الْأَنْصَارِ، فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ؟ قَالَ: «أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا» ، قَالَ: فَأَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ؟ قَالَ: «أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا، وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا، أُولَئِكَ الْأَكْيَاسُ»


Artinya: "Dari sahabat Ibnu Umar bahwasannya ia berkata: Dahulu aku bersama Rasulullah maka seseorang dari kaum anshor mendatangi beliau dan mengucapkan salam. Kemudian berkata: ‘Yaa Rasulullah! Mukmin mana yang paling afdal?’ Rasulullah bersabda: “Yang paling baik akhlaknya.” Dia berkata lagi, ‘Mukmin mana yang paling cerdas?’ Rasulullah bersaba: “Yang paling banyak mengingat kematian, dan yang paling baik mempersiapkan untuk setelah kematian, mereka itulah yang paling cerdas.” (HR. Ibnu Majah). 


"Dari hadis di atas disebutkan bahwa salahsatu kategori mukmin yang cerdas adalah mukmin yang paling banyak mengingat kematian, dan yang paling baik mempersiapkan untuk setelah kematian. Oleh karena itu salahsatu cara agar kita sering mengingat mati, maka sering-seringlah kita hadir dan bertakjiah kepada saudara kita yang  sedang terkena musibah, dan juga sering-seringlah berziarah kubur" tegas Kiai Munandar. 


Kemudian, ia mengutip hadis Nabi SAW terkait ziarah kubur: 


كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ أَلَا فَزُورُوهَا، فَإِنَّهُ يُرِقُّ الْقَلْبَ، وَتُدْمِعُ الْعَيْنَ، وَتُذَكِّرُ الْآخِرَةَ، وَلَا تَقُولُوا هُجْرً


Artinya: "Dahulu saya melarang kalian berziarah kubur, tapi (sekarang) berziarahlah kalian, sesungguhnya ziarah kubur dapat melunakkan hati, menitikkan (air) mata, mengingatkan pada akhirat, dan janganlah kalian berkata buruk (pada saat ziarah)." (HR Hakim).   


"Pada dasarnya apabila kita sering berziarah kubur, maka suatu saat apabila kita sudah mati maka akan diziarahi pula. Inilah artinya bahwa dalam ziarah kubur itu ada nasihat, ada pelajaran bahwa kita semua akan mati," ucap Kiai Munandar.  


Sementara itu, hikmah peringatan haul yang ketiga adalah lil istijma yakni harapan agar dapat dikumpulkan bersama orang-orang saleh seperti yang digambarkan Allah dalam QS an-Nisa ayat 69. 


وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ فَاُولٰۤىِٕكَ مَعَ الَّذِيْنَ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ مِّنَ النَّبِيّٖنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاۤءِ وَالصّٰلِحِيْنَ ۚ وَحَسُنَ اُولٰۤىِٕكَ رَفِيْقًا


Artinya: "Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul (Muhammad), maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pencinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya." (QS an-Nisa [4]: 69). 


Adapun hikmah peringatan haul yang keempat adalah lil istidkar yang artinya untuk mengingat perjuangan dan pengabdian orang yang sudah mati ketika mereka hidup. 


Menurut Kiai Munandar salahsatu upaya dalam rangka memuliakan orang yang sudah meninggal yakni dengan mengingat atau menceritakan kebaikan-kebaikannya. Ia menilai, kebaikan-kebaikan orang yang meninggal perlu diceritakan sebagai bagian meneladaninya. 


"Ketika ingin menjadi kia hebat, ulama besar, maka pelajarilah sejarah bagaimana ulama-ulama itu bisa hebat dan besar. Oleh karena itulah maka contohlah apa-apa yang diperbuat semasa hidupnya. Inilah sejatinya perlunya kita memperingati haul," tegasnya.


Pewarta: Rudi Sirojudin Abas


Garut Terbaru