• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Senin, 29 April 2024

Depok

Ajengan Mujib: Penanaman Aswaja pada Generasi Muda Tumbuhkan Sikap Toleran

Ajengan Mujib: Penanaman Aswaja pada Generasi Muda Tumbuhkan Sikap Toleran
pengajian Fatayat NU Kota Depok dalam peringatan Isra Mi’raj di Pesantren Assa’adah Bojong Pondok, Cipayung, Depok, Jumat (26/1/2024). (Foto: NU Online Jabar)
pengajian Fatayat NU Kota Depok dalam peringatan Isra Mi’raj di Pesantren Assa’adah Bojong Pondok, Cipayung, Depok, Jumat (26/1/2024). (Foto: NU Online Jabar)

Depok, NU Online Jabar
Pengasuh pondok Pesantren Assa’adah Bojong Pondok, Cipayung, Depok KH Muhammad Abdul Mujib atau Ajengan Mujib menyebut bahwa ajaran Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) pada generasi muda dapat menumbuhkan sikap toleran.


Ajengan Mujib mengatakan, penanaman aswaja pada generasi muda juga dapat menjauhkan mereka terjerumus dari ajaran agama yang radikal.


“Ibu-ibu muda Fatayat ini adalah generasi tengah yang masih produktif baik secara reproduksi maupun bekerja, sehingga ajaran Ahlussunnah wal Jamaah ini bisa disyia’arkan baik untuk anggota keluarga di rumah maupun di tempat kerja mereka masing-masing,” tutur Ajengan Mujib saat mengisi pengajian Fatayat NU Kota Depok dalam peringatan  Isra Mi’raj, Jumat (26/1/2024). 


Ajengan Mujib juga merekomendasikan agar seluruh bu nyai di Depok yang tergabung dalam keanggotaan Fatayat agar memiliki pesantren.


Kegiatan pengajian bulanan Fatayat NU Kota Depok ini diinisiasi Bidang Fordaf (Forum Da’iyah Fatayat) yang diketuai oleh  Nur Asiyah Sholihah Thomafi dan anggota Tim Fordaf sebagai panitia pelaksana.


Untuk pra acara diisi dengan pembacaan shalawat Nabi dan hadroh oleh santri Putra Assa’adah, Khataman dipimpin Ketua IHF (Ikatan Hafidzah fatayat) Kota Depok Naila Izzah dan Tahlilan dipimpin oleh nyai Mar’ah. 


Dilanjutkan acara pengajian dipandu oleh MC sahabat Fauziyah Muslimah dari Tim Medsos Fatayat. Pembacaan ayat suci Al-qur’an oleh muwalliyatuz Zahra dilanjut pentas seni santri Putri, sambutan-sambutan dan mauidhoh hasanah Cutra Sari Penyuluh Agama Kemenag Depok, juga penyaluran dana hibah modal usaha untuk pelaku UMKM Fatayat  NU Kota Depok.


“Kegiatan pengajian rutin ini harus konsisten dilaksanakan oleh PC Fatayat NU Kota Depok agar keberadaan Fatayat di Kota Depok semakin menyebar syi’arnya dan semakin banyak ibu-ibu muda yang tergabung dalam organisasi ini untuk meningkatkan kapasitas keilmuan keagamaan, khususnya ajaran Ahlussunnah wal Jamaah,” ungkap Ketua PC Fatayat NU Kota Depok Ade Rina Farida.


Ustadz Triono hadir mewakili Ketua PCNU KH. Ahmad Sholehan yang berhalangan hadir, dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan rutinan PC ini adalah momen konsolidasi antar PAC dan ada 11 PAC di Kota Depok ini. 


“Kegiatan seperti ini sangat positif agar Fatayat Depok semakin solid dan membawa perubahan baik dalam peningkatan pemahaman keagamaan yang berciri khas Ahlussunnah wal Jamaah maupun kegiatan sosial kemasyarakatan, serta selalu semangat berkhidmah di NU,” tambahnya.


Dalam mauidhohnya Cutra Sari menyampaikan pengalaman spiritualnya dalam ber-NU. Secara amaliah dari awal mengamalkan Qunut, Maulid Nabi, dan Tahlilan namun tidak tahu menahu bahwa dia ini NU, Muhammadiyah, atau Persis. 


“Hal ini saya alami sampai pada masa mau daftar S3 melalui beasiswa MUI. Dalam form pendaftaran ada pertanyaan apa organisasi keagamaannya, dari ritual amaliah yang dijalani adalah NU sehingga akhirnya menuliskan di form pendaftaran berasal dari organisasi NU atau Nahdliyin, sekelumit kisah saya,” jelasnya. 


“Hal seperti ini sangat mungkin terjadi pada masyarakat, bahwa secara amaliyah mengamalkan ajaran NU tetapi secara organisatoris tidak memahami apa itu NU. Untuk itu Fatayat harus terus bergerak di level-level grassroot dalam menyiarkan ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah beserta organisasinya,” kata dia.


Terlebih, kata dia, pada musim-musim politik seperti ini ajaran-ajaran Aswaja yang moderat serta toleran dalam menyikapi perbedaan pandangan politik harus terus digaungkan di masyarakat agar tidak terpicu perselisihan dan pertengkaran gara-gara berbeda pilihan politik. 


“Wasatiyatul Islam atau moderasi beragama menjadi ciri khas Nahdliyin dalam menyikapi perbedaan paham keagamaan dan pandangan hidup orang lain, sehingga dalam bersikap memiliki toleransi yang tinggi terhadap perbedaan,” tandasnya.


Pewarta: Binti Khoiriyah


Depok Terbaru