Santri Asal Indramayu Hadiri Reuni Tammatan Tibran '98 Pesantren Lirboyo Kediri
Kediri, NU Online Jabar
Sejumlah Kader dan Kiai Muda NU asal Indramayu yang merupakan Alumni Santri Lirboyo Kediri angkatan 1998 menghadiri acara reuni alumni Pondok Pesantren Lirboyo Kediri.
Reuni tersebut digelar selama dua hari, Sabtu-Ahad 25-26 Juni 2022, di pesantren Unit Daarussadah Lirboyo, di bawah asuhan KH Khaerul Umam. Adapun rangkaian acara pada reuni tersebut yaitu Kopdar dan Temu Santai, Panggung Gembira, Penyusunan Pengurus Tibran Pusat, penyusunan program kerja jangka pendek maupun jangka panjang, ziarah ke Maqbaroh Pendiri/pengasuh pondok pesantren Lirboyo Kediri yang diimami langsung oleh Pengasuh KH M Anwar Mashur.
Pesantren Lirboyo sendiri merupakan salah satu pesantren NU terbesar di Jawa Timur yang saat ini jumlah santrinya hampir mencapai 39.000 santri yang berasal dari berbagai provinsi dan bahkan sebagian diantaranya ada yang dari luar negeri.
Wakili alumni dari Jawa Barat, H Abdul Rofi Afandi yang didaulat oleh panitia penyelenggara untuk sambutan, menjelaskan kenapa tammatan Lirboyo angkatan 1998 dinamakan Tibran.
“Tibran adalah merupakan bahasa Arab klasik kitab kuning yg diindonesiakan, yang berasal dari kata Tibrun yang berarti mas batangan,” katanya.
Maksud dari emas batangan tersebut yaitu diharapkan santri yang sudah menjadi alumni punya nilai tinggi sebagaimana harga emas itu sendiri.
“Dengan harapan bahwa Tammatan santri Lirboyo tahun 1998 ketika pulang ke kampung halaman masing-masing ibarat mas batangan yg punya nilai jual tinggi, dan bisa dicetak jadi apa saja. Jadi kalung, liontin, gelang atau perhiasan lain,” terangnya.
“Alumni pesantren Lirboyo angkatan Tibran 1998 ketika terjun ke masyarakat mau jadi apapun harus siap sesuai tuntunan zaman, profesi dan lingkungan, jadi Kiai, Dukun, politisi atau lainya,” imbuhnya.
Sementara itu, Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo Kediri KH Abdulloh Kafa Bihi Makrus dalam mauidzhohnya berpesan setiap alumni Ponpes Lirboyo diharuskan anak-anaknya juga kembali mondok pesantren.
“Kalau bapaknya tamatan pesantren salaf harusnya anaknya juga harus di pondokkan, di pesantren salaf, karena pendidikan pesantren salaf mayoritas santri/alumninya bisa baca kitab kuning kosongan," pesannya.
Salah satu alumni perwakilan dari Betawi KH Daud Hendi Ismail dalam sambutannya menyampaikan usulan, bahwa acara reuni seperti ini hendaknya dilaksanakan maksimal 5 tahun sekali
"Karena dengan reuni seperti ini kita bisa kumpul bareng teman-teman mengenang masa lalu, walau usia saya sudah tua dan sebentar lagi punya cucu tapi saat kumpul bareng teman-teman terasa muda kembali seperti saat masih usia 25 tahun," ucapnya sambil tertawa lepas.
Ditempat terpisah salah satu Panitia Reuni Tibran 1998 KH Ahmad Ibnu Aqil, yang berasal dari Kabupaten Nganjuk mengatakan bahwa acara reuni bukan hanya sekedar melepas kangen sama teman, “Namun lebih dari itu, reuni Tibran sebagai momentum penting dalam menggiatkan kembali ilmu dan amalan ijazah do'a-do'a yang dulu didapatkan dari para guru dan Masyayikh Pesantren Lirboyo Kediri, " tuturnya.
Perlu diketahui, Hal yang paling terkesan kata alumni dalam acara reuni Tibran '98 kali ini yaitu acara "lalaran bareng" pelajaran Qowaidussorfiyah dan Tasrifan dengan diiringi musik dari ember, piring dan alat musik tradisional lainya, para peserta kelihatan begitu antusias melantunkan nadzom demi nadzom hingga selsai, mereka larut dalam suasana suka/cita mengenang masa-masa indah 35 tahun yg silam disaat masih sekolah di MHM Lirboyo Kediri.
Editor: Abdul Manap