• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Kamis, 25 April 2024

Ubudiyah

Kesunnahan Talqin dan Nasihat Kematian

Kesunnahan Talqin dan Nasihat Kematian
Kesunnahan Talqin dan Nasihat Kematian (Ilustrasi: Freepik)
Kesunnahan Talqin dan Nasihat Kematian (Ilustrasi: Freepik)

Sang maha pencipta tidak semata-mata menciptakan dunia dan segala isinya melainkan untuk beribadah kepadanya. Setiap makhluk mulai dari manusia, hewan dan tumbuhan Allah ciptakan tidak untuk hidup selamanya di dunia yang sementara. Juga tidak untuk sekedar makan, mempertahankan hidup, dan tenggelam dalam gemerlap kesenangan duniawi, melainkan memerintah untuk beribadah kepadanya dan untuk mempersiapkan bekal untuk kehidupan selanjutnya.


Kullu nafsin dzaiqotul maut, setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Karena kehidupan dunia ini sementara, maka semua makhluk akan merasakan kematian. Manusia setelah kematian akan berpindah alam yaitu alam kubur, alam kubur ini merupakan alam penantian sebelum dibangkitkan untuk diadili menuju akhirat.


Seseorang yang selalu berintrospeksi dan beramal untuk kehidupan setelah kematian dialah orang yang cerdas. Sedangkan orang yang lemah dan bodoh adalah orang yang menuruti hawa nafsunya sehingga melanggar larangan Allah ta’ala, melewati batas-batas-Nya dan melakukan perbuatan-perbuatan dosa, lalu ia berharap agar Allah mengangkat derajatnya dan memulaikannya.  

 

Kesunahan Talqin

Di antara hal yang bermanfaat bagi seorang mukmin menjelang kematiannya adalah talqin (menuntunnya untuk mengucapkan kalimat la ilaha illa Allah). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

 

  لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ (رواه مسلم)   

 

Maknanya: “Talqinlah orang yang hendak meninggal di antara kalian ucapan la ilaha illa Allah.” (HR Muslim)


Dalam riwayat ath-Thabarani terdapat tambahan:

 

“Seandainya la ilaha illa Allah diletakkan di satu piringan timbangan, dan langit dan bumi diletakkan di piringan lainnya, maka la ilaha illa Allah lebih berat daripada langit dan bumi” (HR ath-Thabarani).  
 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

 

   لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ، فَإِنَّهُ مَنْ كَانَ ءَاخِرُ كَلِمَتِهِ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ عِنْدَ الْمَوْتِ دَخَلَ الْجَنَّةَ يَوْمًا مِنَ الدَّهْرِ وَإِنْ أَصَابَهُ قَبْلَ ذٰلِكَ مَا أَصَابَهُ (رواه ابن حبّان)  

 

Maknanya: “Talqinlah (tuntunlah) orang yang akan meninggal di antara kalian ucapan la ilaha illa Allah. Karena barang siapa yang akhir ucapannya menjelang kematian adalah la ilaha illa Allah, maka ia pasti akan masuk surga suatu hari nanti, meski sebelumnya terkena siksa yang mengenainya” (HR Ibnu Hibban).


Diriwayatkan bahwa Sayyidina ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu berkata, “Jika seseorang sedang sekarat maka talqinlah ia ucapan la ilaha illa Allah. Karena setiap hamba yang usianya ditutup dengan ucapan itu, maka ucapan itu akan menjadi bekalnya menuju surga” (HR Ibnu Abi ad-Dun-ya).   

 

Juga diriwayatkan dari Sayyidina ‘Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu bahwa ia berkata, “Datangilah orang-orang yang sekarat di antara kalian dan ingatkanlah mereka, karena mereka melihat apa yang tidak kalian lihat. Dan talqinlah mereka ucapan la ilaha illa Allah.” (HR Ibnu Abi ad-Dun-ya)

 

Sunah Talqin setelah dimakamkan

Di antara hal yang disunnahkan setelah seorang mukmin dimakamkan adalah membacakan talqin untuknya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:   

 

“Jika salah seorang di antara kalian meninggal dan telah kalian tutup kuburnya dengan tanah, hendaklah salah seorang di antara kalian berdiri di posisi kepala kuburannya kemudian mengatakan kepadanya, (يَا عَبْدَ اللهِ ابْنَ أَمَةِ اللهِ) ‘Wahai hamba lelaki Allah putra hamba perempuan Allah.’ Maka sesungguhnya mayit (orang meninggal) itu mendengar dan tidak mampu menjawab. Kemudian hendaklah ia mengucapkannya kedua kali maka sesungguhnya mayit itu tegap duduk. Kemudian hendaklah ia mengucapkannya ketiga kali maka sesungguhnya mayit itu mengatakan, ‘Bimbinglah kami, semoga Allah merahmatimu.’ Akan tetapi kalian tidak mendengar ucapannya.”   

 

Dalam suatu lafaz hadits, hendaklah ia mengatakan kepada mayit:


اذْكُرِ الْعَهْدَ الَّذِي خَرَجْتَ عَلَيْهِ مِنَ الدُّنْيَا شَهَادَةَ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ وَأَنَّكَ رَضِيتَ بِاللهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم  نَبِيًّا وَبِالْقُرْءَانِ إِمَامَا    

 

Ingatlah janji yang engkau bawa mati, yaitu bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah dan bahwa engkau ridha Allah sebagai Tuhanmu, Islam sebagai agamamu, Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai nabimu dan Al-Qur’an sebagai imammu.” (al Hafizh al-‘Asqalani mengatakan, hadits ini dinilai kuat oleh adl-Dliya’ dalam Ahkam-Nya)


Nasihat Kematian
Tiga perkara yang mengikuti orang meninggal, janganlah tertipu oleh banyaknya harta dan keluarga. Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:


يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلَاثَةٌ فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى مَعَهُ وَاحِدٌ، يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ، فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَيَبْقَى عَمَلُهُ (رواه البخاريّ ومسلم)   

 

Artinya: “Orang yang meninggal diikuti oleh tiga perkara, dua akan kembali dan satu lainnya akan tetap bersamanya. Ia diikuti oleh keluarganya, hartanya dan amal perbuatannya. Maka keluarga dan hartanya akan kembali (ke rumahnya) sedangkan amal perbuatannya tetap bersamanya” (HR al-Bukhari dan Muslim).


Karenanya hendaklah kita arahkan fokus dan pusat perhatian kita kepada amal kita. Sebab jika amal kita baik, maka kita akan mendapatkan balasan baik atasnya. Dan jika perbuatan kita buruk, maka kita telah menghadapkan diri kita pada murka dan siksa Allah. Karena itulah, disunnahkan mempercepat dan menyegerakan proses pemakaman orang yang meninggal. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

 

   أَسْرِعُوا بِالْجِنَازَةِ، فَإِنْ تَكُ صَالِحَةً فَخَيْرٌ تُقَدِّمُونَهَا، وَإِنْ يَكُ سِوَى ذَلِكَ فَشَرٌّ تَضَعُونَهُ عَنْ رِقَابِكُمْ (رواه البخاريّ)   

 

Artinya: “Bercepat-cepatlah membawa jenazah. Jika jenazah itu adalah orang shalih, berarti kalian telah mempercepat kebaikan untuknya. Dan jika tidak, berarti kalian telah menyingkirkan kejelekan dari pundak kalian” (HR al-Bukhari).   

 

Jika seseorang meninggal dunia dan dipikul di atas keranda untuk dikuburkan, maka rohnya berada di atas keranda. Roh seorang mukmin yang bertakwa, karena begitu berbahagia dan merindukan nikmat kubur yang telah diketahui dan diimaninya ketika di dunia, ia pun berkata, “Segerakanlah aku, bawalah aku segera.” Sedangkan roh orang kafir akan berkata, “Tundalah aku, ulurlah waktu untukku.”


Editor: Abdul Manap
Sumber: NU Online


Ubudiyah Terbaru