• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 26 April 2024

Ubudiyah

Lafadz Sujud Sahwi dan Tata Cara Melakukannya

Lafadz Sujud Sahwi dan Tata Cara Melakukannya
Lafadz Sujud Sahwi dan Tata Cara Melakukannya. (Ilustrasi/freepik)
Lafadz Sujud Sahwi dan Tata Cara Melakukannya. (Ilustrasi/freepik)

Bandung, NU Online Jabar
Sujud sahwi merupakan sujud yang dilakukan jika seseorang melupakan sunnah ab’ad dalam shalat. Sujud sahwi ini letaknya sebelum salam dan dikerjakan dua kali sebagaimana sujud biasa. 

 

Adapun yang termasuk ke dalam sunnah ab’ad dalam shalat diantaranya membaca tasyahud awal, membaca shalawat pada tasyahud awal, membaca shalawat atas keluarga Nabi Saw pada tasyahud akhir, dan membaca qunut pada shalat Subuh serta shalat witir dalam pertengahan bulan Ramadhan hingga akhir bulan Ramadhan. 

 

Selain itu, sujud sahwi dilakukan apabila seseorang bimbang atau ragu-ragu tentang jumlah bilangan rakaat pada shalatnya, ia kemudian harus menetapkan yang paling sedikit dan hendaklah melakukan sujud sahwi.

 

Adapun berikut ini lafadz sujud sahwi:

 

سُبْحَانَ مَنْ لَا يَنَامُ وَلَا يَسْهُوْا 
 

Subhana man laa yanaamu walaa yashu.


Artinya, “Maha Suci Allah yang tidak tidur dan tidak lupa.”

 

Menyadur NU Online, mengenai hukum sujud sahwi ini secara lugas dijelaskan dalam kitab Hasyiyah al-Bujairami: 

 

‎وأسبابه خمسة ، أحدها ترك بعض .ثانيها : سهو ما يبطل عمده فقط . ثالثها : نقل قولي غير مبطل . رابعها : الشك في ترك بعض معين هل فعله أم لا ؟ خامسها : إيقاع الفعل مع التردد في زيادته 

 

“Sebab kesunnahan melakukan sujud sahwi ada lima. Yaitu meninggalkan sunnah ab’ad, lupa melakukan sesuatu yang akan batal jika dilakukan dengan sengaja, memindah rukun qauli (ucapan) yang tidak sampai membatalkan, ragu dalam meninggalkan sunnah ab’ad, apakah telah melakukan atau belum dan yang terakhir melakukan suatu perbuatan dengan adanya kemungkinan hal tersebut tergolong tambahan” (Syekh Sulaiman al-Bujairami, Hasyiyah al-Bujairami, juz 4, hal. 495). 


Lebih khusus, Rasulullah Saw menjelaskan hikmah dari pelaksanaan sujud sahwi dan penambahan rakaat pada permasalahan tersebut. 

 

‎إذا شك أحدكم فلم يدر أصلى ثلاثا أم أربعا فليلق الشك وليبن على اليقين وليسجد سجدتين قبل السلام ، فإن كانت صلاته تامة كانت الركعة ، والسجدتان نافلة له ، وإن كانت ناقصة كانت الركعة تماما للصلاة ، والسجدتان يرغمان أنف الشيطان 


“Ketika kalian ragu, tidak ingat apakah telah melakukan shalat tiga rakaat atau empat rakaat maka buanglah rasa ragu itu dan lanjutkanlah pada hal yang diyakini (hitungan tiga rakaat) dan hendaklah melakukan sujud dua kali sebelum salam. Jika shalat tersebut sempurna maka tambahan satu rakaat dihitung (pahala) baginya dan dua sujud merupakan kesunnahan baginya, jika ternyata shalatnya memang kurang satu, maka tambahan satu rakaat menyempurnakan shalatnya dan dua sujud itu untuk melawan kehendak syaitan.” (HR. Abu Daud)


Dijelaskan dalam buku Risalah Tuntunan Shalat Lengkap karya Drs Moh Rifai diterangkan hal-hal yang mungkin dilupakan dalam shalat diantaranya yakni lupa melaksanakan yang fardlu, lupa melaksanakan sunnah ab’ad, dan lupa melaksanakan sunnah hai’at. 

 

Jika yang dilupakannya tersebut adalah fardlu, maka tidak cukup diganti dengan sujud sahwi. Jika orang telah ingat ketika ia sedang shalat, haruslah cepat-cepat ia melaksanakannya; atau ingat setelah salam, sedang jarak waktunya masih sebentar, maka wajiblah ia menunaikannya apa yang terlupakan, lalu sujud sahwi (sujud sunat karena lupa).


Jika yang dilupakan itu sunat ab’ ad, maka tidak perlu diulangi, yakni kita meneruskan shalat itu hingga selesai, dan se­belum salam kita disunnahkan mengerjakan sujud sahwi.


Jika yang terlupakan itu sunnah hai'at, maka tidak perlu di­ulangi apa yang dilupakan itu, dan tidak perlu sujud sahwi.


Pewarta: Agung Gumelar


Ubudiyah Terbaru