• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Selasa, 23 April 2024

Ubudiyah

Adab Buang Air di Tempat Terbuka (Bukan di Toilet)

Adab Buang Air di Tempat Terbuka (Bukan di Toilet)
Adab Buang Air di Tempat Terbuka (Bukan di Toilet) (Foto/freepik)
Adab Buang Air di Tempat Terbuka (Bukan di Toilet) (Foto/freepik)

Islam mengajarkan manusia bagaimana menjalani kehidupannya dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam hal bersuci. Berikut ini adab ketika hendak buang air/hajat di tempat terbuka menurut Imam Al-Ghazali:

  1. Memilih tempat yang jauh dari keramaian dan menghindari sebisa mungkin dari kemungkinan dilihat orang. Gunakan penutup/pelindung yang aman. 
  2. Menutupi aurat ketika sedang buang air. 
  3. Jangan menghadap matahari maupun bulan dan juga membelakangi keduanya.
  4. Tidak menghadap kiblat saat buang air dan juga tidak membelakanginya.  
  5. Jangan berbicara ketika sedang buang air. 
  6. Tidak buang air di tempat-tempat sebagai berikut: air yang menggenang (diam, tidak mengalir), di bawah pohon yang berbuah, pada batu, tanah yang basah, tempat di mana angin bertiup kencang.
  7. Tidak boleh kencing dengan berdiri kecuali dalam kondisi darurat. 
  8. Menggunakan batu atau tisu yang disusul kemudian dengan air dalam beristinja (cebok). Jika harus memilih maka pilihlah air sebagai alat istinja. Namun jikalau memilih batu atau tisu sebagai alat pembersih maka pakailah batu atau tisu dengan agak banyak. 
  9. Gunakanlah tangan kiri saat membersihkan kemaluan dari kotoran. 
     


Sementara itu, berikut ini adab ketika selesai buang air (baik di toilet maupun tidak) 

Pertama, membaca doa sebagaimana berikut:


 أَللهُمَّ طَهِّرْ قَلْبِى مِنَ النِّفَاقِ وَحَصِّنْ فَرْجِى مِنَ الْفَوَخِشِ. 


"Ya Allah bersihkanlah hatiku dari sifat munafik dan jagalah kemaulanku dari berbagai kejelekan."


Kedua, mengusapkan tangan kiri yang dipakai membersihkan kemaluan dari kotoran pada tanah. Di masa itu mungkin sabun belum ditemukan. Namun saat ini karena sudah ada sabun bisa dipakai untuk menggantikan pengusapan tangan pada tanah.


Penulis: Ahmad Nur Kholis
Editor: Agung Gumelar
Sumber: islam.nu.or.id


Editor:

Ubudiyah Terbaru