• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 26 April 2024

Taushiyah

KH Zakky Mubarak

Akhlak Tingkat Tinggi

Akhlak Tingkat Tinggi
Akhlak Tingkat Tinggi (ilustrasi: NU Online)
Akhlak Tingkat Tinggi (ilustrasi: NU Online)

Oleh: Dr. KH. Zakky Mubarak, MA

Pada suatu saat, ketika Rasulullah s.a.w. membagi-bagikan harta rampasan perang, ada seorang Baduwi yang mengucapkan kalimat kasar yang tidak layak diucapkan terhadap Rasulullah s.a.w.. Baduwi itu mengatakan: “Bagikan harta rampasan itu secara adil! Inilah bagian yang kuinginkan dari perang itu”. Para sahabat Nabi merasa tersinggung dengan ucapan Baduwi itu, mereka ingin memberikan pelajaran dengan kasar, sesuai dengan ucapannya yang sangat menyakitkan itu. 
 

Nabi s.a.w. melarang sahabatnya bersikap kasar terhadap Baduwi itu, Nabi tidak merasa kaget atau heran terhadap ucapan tersebut, karena beliau mengetahui bahwa watak dan tabi’at manusia itu berbeda-beda. Sebagian mereka ada yang bersikap kasar dan cepat tersinggung, adapula yang bersikap sabar dan bijakasana, tergantung bagaimana orang itu mendapat pendidikan dan bagaimana mereka dibentuk oleh masyarakatnya.


Nabi selanjutnya menasehati Baduwi itu, dengan penuh bijaksana, dengan perkataan yang lembut, beliau mengatakan:


وَمَنْ يَعْدِلُ إِذَا لَمْ أَعْدِلْ قَدْ خِبْتَ وَخَسِرْتَ إِنْ لَمْ أَكُنْ أَعْدِلُ (رواه البخاري ومسلم)


“Bagaimana kamu ini, siapa lagi yang bisa berbuat adil bila aku tidak melakukannya? Niscaya kamu sendiri akan rugi dan menyesal bila aku tidak berlaku adil terhadap semuanya”. (HR. Bukhari, No: 2519, Muslim, No: 3000).


Pemimpin yang besar senantiasa mendidik umat manusia agar menjadi insan yang berbudi dengan cara-cara yang halus dan bijakasana. Mereka membina masyarakatnya dengan budi pekerti yang luhur dan akhlak yang terpuji. Orang kuat dan berwibawa bukanlah mereka yang memiliki kekuatan fisik dan kekuasaan yang bersifat lahiriah. Orang kuat dan besar adalah mereka yang menguasai nafsunya (emosinya), pada saat emosi itu bergejolak dalam dirinya.


Mereka mampu mengatasi berbagai hal yang sangat kritis, dengan way out yang baik dan terpuji. Mengenai hal ini Rasulullah s.a.w. mengisyaratkan:


فَمَا تَعُدُّونَ الصُّرَعَةَ فِيكُمْ؟ قُلْنَا: الَّذِي لَا يَصْرَعُهُ الرِّجَالُ، قَالَ: «لَيْسَ بِذَلِكَ، وَلَكِنَّهُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ (رواه مسلم)


“Bagaimana pendapatmu mengenai orang yang kuat”. Sahabat-sahabat menjawab: “Orang yang kuat adalah mereka yang tidak dapat dikalahkan oleh beberapa orang.” Nabi menjawab: “Bukan, orang kuat adalah orang yang dapat mengendalikan dirinya ketika sedang marah”. (HR. Muslim, No: 2608).


Ada seorang sahabat menemui Rasulullah s.a.w. yang sangat dicintainya. Ia datang untuk memperoleh nasehat agar memperoleh kebaikan dan kesuksesan dalam segala kehidupannya. Rasulullah memberikan nasehat kepadanya dengan kalimat yang sangat singkat:


قاَلَ لاَ تَغْضَبْ (رواه البخاري)


“Kamu jangan marah”. (HR. Bukhari, No: 456).


Sahabat itu merasa tidak puas, ia datang dari jauh untuk meminta nasehat dari Nabi, kok hanya mendapat kalimat yang singkat saja. Ia pun meminta kepada Nabi s.a.w. agar menambah kembali nasehat-nasehat yang sangat dibutuhkannya. Kemudian Nabi menjawab seperti jawaban yang pertama dan seterusnya sampai tiga kali.


Setelah tiga kali meminta nasehat dan diberi nasehat yang singkat itu, baru sahabat itu memahami dan menyadari, betapa luhurnya nasehat itu. Kalimat itu meskipun singkat tetapi mengisyaratkan suatu nasehat yang luas dan sangat bermanfaat. Memang apabila seorang manusia dapat mengendalikan nafsunya (emosinya) dalam segala kehidupan pasti akan memperoleh sukses yang ia cita-citakan.


Tentang akhlak yang tinggi, Nabi bertanya kepada para sahabat: 


أَلَا أَدَلُّكُمْ عَلَى مَا يَرْفَعُ اللَّهُ بِهِ الدَّرَجَاتِ ؟ " قَالُوا : نَعَمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ ، قَالَ : تَحَلَّمُ عَنْ مَنْ جَهِلَ عَلَيْكَ ، وَتَعْفُو عَمَّنْ ظَلَمَكَ ، وَتُعْطِي مَنْ حَرَمَكَ ، وَتَصِلُ مَنْ قَطَعَكَ (رواه الطبراني)


“Maukah kalian aku tunjuki pada suatu amal perbuatan yang dimuliakan Allah dan diangkat derajatnya” Para sahabat menjawab: “baiklah wahai Rasulullah, sampaikan kepada kami”. Nabi melanjutkan sabdanya: “Santunilah orang yang bersikap kasar padamu, maafkan mereka yang pernah menganiayamu, berikan bantuan kepada mereka yang senantiasa membencimu, dan sambunglah hubungan kasih sayang terhadap orang yang memutuskannya kepadamu” (HR. Thabrani dalam kitab Rof’ul Astar, No: 1828).


Penulis merupakan salah satu Mustasyar PBNU


Taushiyah Terbaru