Seputar Jabar

Dikepung Bencana, Pemkab Sukabumi Tetapkan Status Tanggap Darurat

Kamis, 5 Desember 2024 | 08:00 WIB

Dikepung Bencana, Pemkab Sukabumi Tetapkan Status Tanggap Darurat

Foto: Sekretaris Daerah Kabupaten Sukabumi, Ade Suryaman dan jajaran, menyampaikan info terkini bencana di Pendopo Sukabumi pada Rabu (04/12) malam.

Kabupaten Sukabumi, NU Online Jabar
Sebanyak 22 kecamatan di Kabupaten Sukabumi terdampak becana alam. Mulai dari banjir, tanah longsor, hingga pergerakan tanah terjadi setelah diguyur hujan deras dengan intensitas tinggi selama dua hari, sejak Selasa hingga Rabu (3-4/12/24). Menanggapi kondisi tersebut, pemerintah daerah Kabupaten Sukabumi, menetapkan status tanggap darurat bencana.


“Status tanggap darurat sudah ditetapkan hari ini dan posko bencana juga sudah didirikan di Pendopo Pelabuhanratu. Status ini berlaku selama tujuh hari, dimulai hari ini,” kata Ade Suryaman di Pendopo Sukabumi, pada Rabu (4/12) malam.


Ade Suryaman menyebut, cuaca ekstrem ini telah menyebabkan setidaknya 33 kejadian bencana alam, yang terdiri dari 13 tanah longsor, 9 banjir, 7 angin kencang, dan 4 pergerakan tanah. 


Dari puluhan kejadian, telah melanda sebanyak 22 kecamatan, 103 Kepala Keluarga (KK) terdampak dan 243 jiwa terpengaruh. Di antaranya, 46 KK dan 93 jiwa mengungsi akibat pergeseran tanah di Kampung Cihonje, Desa Sukamaju, Kecamatan Cikembar.


Tidak hanya itu, bencana ini juga menyebabkan banyaknya rumah warga yang rusak baik kaegori rusak sedang maupun berat.


“Banjir di Pelabuhanratu sudah mulai surut, dan saya telah berkomunikasi dengan camat setempat. Di lokasi terparah, ada pasien yang dibantu oleh jajaran Polres Sukabumi untuk dibawa ke rumah sakit,” lanjut Sekda.


Selain itu, Ade juga menyebut terdapat sejumlah wilayah, terutama Sagaranten dan Pabuaran yang belum bisa dijangkau, karena kendala akses jalan terputus, hingga listrik mati. “Kami masih lost contact dengan daerah-daerah tersebut, namun kami telah menyiapkan tiga jalur alternatif untuk wilayah timur, tengah, dan barat,” ujarnya.


Untuk wilayah timur, jalan terputus di Kecamatan Nyalindung, sementara untuk wilayah barat menuju Pelabuhanratu, meski ada longsor, jalur tersebut sudah dapat dilalui. 


Pemerintah daerah juga sudah menetapkan Pendopo Pelabuhanratu sebagai posko utama bencana. “Kami juga telah mengirimkan bantuan berupa selimut dan makanan ke lapangan,” tambah Ade.


Terkait informasi yang beredar di media sosial terkait banjir yang merendam setinggi atap rumah, hingga kendaraan roda empat terbawa arus, Ade Suryaman mengungkapkan bahwa pihaknya masih melakukan verifikasi data. “Kami belum bisa memastikan informasi tersebut, karena beberapa daerah masih terisolir dan sulit dijangkau,” katanya.


“Jadi, data laporan daerah-daerah yang belum bisa terhubungi, seperti daerah-daerah selatan, kalau lampunya mati mereka itu signalnya jelek juga terputus. Selain itu, kondisi jalan terputus signalnya terputus juga susah untuk komunikasi. Kita tahu bersama, bahwa Kabupaten Sukabumi, terluas sehingga jangkauannya untuk mengetahuinya sangat jauh,” imbuhnya.


Disinggung soal penyebab, Ade menduga bencana ini terjadi akibat intensitas hujan yang mengakibatkan luapan air sungai. Karena itu, menyoroti pentingnya pengerukan, seperti di dermaga Pelabuhanratu, karena sungai yang sudah dangkal berpotensi memperburuk banjir. 


“Namun, pengerukan ini merupakan kewenangan pemerintah Provinsi Jawa Barat,” tambahnya.


Pihaknya juga berkomitmen untuk terus berkoordinasi dengan pihak terkait menangani dampak bencana, siaga membnatu warga yang terdampak. “Kita mengecek ke camat-camat dan kita menugaskan supaya keluarganya yang bisa membantu, mungkin dari desa berusaha semaksimal mungkin memberikan pelayanan terbaik,” tandas Ade.