• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Rabu, 24 April 2024

Sejarah

KH R Sudja‘i Mama Sindangsari, Awal Pembentukan MUI dan Perjuangan Kemerdekaan

KH R Sudja‘i Mama Sindangsari, Awal Pembentukan MUI dan Perjuangan Kemerdekaan
KH. R. Sudja‘i Mama’ Sindangsari. (Foto: KH Asep Zainal Muttaqien).
KH. R. Sudja‘i Mama’ Sindangsari. (Foto: KH Asep Zainal Muttaqien).

KH. R. Sudja’I lahir di Sindangsari, Cileunyi tahun 1901 adalah seorang tokoh ulama terkemuka di Jawa Barat. Dedikasinya dalam penyebaran syari’at Islam serta dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia baik semasa merebut kemerdekaan hingga mempertahankannya tak diragukan lagi.


Pada masa itu, beliau menuntut ilmu (mesantren) di Cibaduyut Bandung, Gentur Cianjur (KH. Syatibi), Banjar Ciamis, dan Pesantren Sukamiskin dibawah asuhan KH. Dimyati.


Dalam bidang pendidikan beliau mendirikan pesantren yang didukung oleh ayahnya sendiri yaitu KH. Muhammad Ghazali serta paman dan saudara-saudaranya yakni H. Tami, KH. Siroji dan KH. Dimyati. Perkembangan pesantren tersebut dari tahun ke tahun cukup pesat, sehingga pada tahun 1960-an mulai dibangun pesantren dengan bangunan yang lebih layak.


Pembangunan ini didukung juga oleh anak-anak dan menantu beliau. Diantara anak menantu beliau yang paling intensif dalam pendidikan dan pengajaran kepada santrinya adalah KH. Drs. Aceng Djaeni Dahlan, yang kemudian mengembangkan lagi dengan mendirikan Pesantren Sindangsari III pada tahun 1989 dengan nama Sirnagalih 500 meter di sebelah barat Pesantren Al-Jawami dan pada tahun 1993 berkembang dengan mendirikan yayasan pendidikan islam sirna galih (YAPISA) sekaligus mendirikan RA, MTs, MA serta KBIH Yapisa di Kp Ciburial Desa Cileunyi Kulon, Pada tahun 1998 nama pesantren sirnagalih diganti menjadi Syamsul Ma’arif sampai sekarang. Drs. KH. Aceng Djaeni Dahlan meninggal pada 16 Agustus 2001 bertepatan dengan 7 Jumadil Akhir 1412 H dan sekarang Pesantren Syamsul Ma’arif dilanjutkan oleh Puteranya Dr. KH. Asep Zaenal Muttaqien, ST, M.Ag. yang kebetulan menjadi sekretaris MUI Jawa Barat dan sekretaris Lajnah Falakiyah NU Jawa Barat.


Kemudian pada tahun 1977-an, nama pesantren sindangsari berubah menjadi pesantren al-Jawami’, seiring dengan diselenggarakannya pendidikan formal selain pesantren tradisional. Al-Jawami’ yang memiliki arti “lengkap dan universal” ini dipilih salah satunya dengan komitmen untuk mengajarkan kitab ushul fiqh Jam‘ul Jawami‘. Pesantren ini juga memilki pendidikan formal seperti madrasah tsanawiyah dan aliyah. Dan sekarang, pesantren ini memiliki perguruan tinggi yang bergabung dengan yayasan YAPATA AL-JAWAMI.


Peranan KH. R. Sudja’i bukan hanya dibidang pendidikan saja, beliau ikut berperan dalam menciptakan kondisi kondusif bangsa setelah kemerdekaan. Beliau sebagai salah satu tokoh mustasyar NU Kabupaten Bandung dan salah seorang penggagas berdirinya Majelis Ulama Indonesia Provinsi Jawa Barat.


Secara historis, keberadaan pesantren yang didirikan beliau ini memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan awal pembentukan MUI Jawa barat. Di pesantren inilah pada tahun 1958 diselenggarakan pertemuan antara Alim dan Umaro, dalam hal ini diwakili Kol. RA. Kosasih sebagai penguasa daerah Swantara I Provinsi Jawa Barat.


KH. R. Sudja’i terpilih sebagai Ketua Majelis Ulama Jawa Barat yang pertama, dibantu oleh anaknya dan menantunya yaitu KH. R. Totoh Abdul Fatah sebagai Penulis I didampingi oleh beberapa ulama terkemuka di Jawa Barat lainnya seperti KH. Badruzzaman, KH. Burhan, KH. Sayid Utsman, KH. Sulaiman, dan KH. Abdul Malik.


Adapun dari pihak pemerintahan diwakili oleh Arhatha dan HR. Sutalaksana. Beliau wafat tahun 1984, dimakamkan di komplek Pesantren al-Jawami’, Cileunyi Bandung.


KH Asep Zainal Muttaqien, Ketua LFNU Jawa Barat


Sejarah Terbaru