• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 3 Mei 2024

Sejarah

Ketika Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari Mengakui Pekerjaannya sebagai Petani

Ketika Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari Mengakui Pekerjaannya sebagai Petani
Ketika Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, seorang ulama besar, mahaguru, bapak umat Islam, tetapi begitu menghormati petani. Ia menyebut pekerjaannya sebagai petani (Foto: NU Online)
Ketika Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, seorang ulama besar, mahaguru, bapak umat Islam, tetapi begitu menghormati petani. Ia menyebut pekerjaannya sebagai petani (Foto: NU Online)

Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, sampai tahun 1942, memiliki santri dan alumni sebanyak 25 orang. Data itu disampaikan Choirul Anam pada buku Pertumbuhan dan Perkembangan NU. Ia mengutip dari data pemerintahan kolonial Jepang. 

Jumlah sebanyak itu tak mengherankan karena Hadratussyekh merupakan mahaguru, bapak umat Islam Indonesia pada zamannya. 

Meski demikian, ketika pemerintahan kolonial Jepang melakukan pencatatan orang-orang terkemuka di Indonesia, Hadratussyekh mencantumkan pekerjaan pada data dirinya sebagai petani.     

Berdasarkan sumber Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Jepang pernah melakukan Pendaftaran Orang Indonesia Jang Terkemoeka Jang Ada di Jawa. Pada pendaftaran itu, Hadratussyekh masuk ke dalam kriteria itu. 

Baca: Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari: Pak Tani Itulah Penolong Negeri

Pada pencatatan itu, di bagian atas kolom disebutkan: daftar ini sesudah diisi, hendaklah dikirimkan kembali (gratis) dalam bungkusnya yang dilampirkan pada GUNSEIKANBU TJABANG I, Pegangsaan Timur 36, Jakarta. Isilah yang sebenar-benarnya dengan jelas, supaya jangan ada kemudian surat-menyurat lagi tentang itu. Jika tak cukup ruang tempat mengisinya, lampirkan kertas lain pada daftar ini.  

Sebagaimana umumnya pencatatan, kolom yang disediakan adalah nama, tempat, tanggal lahir, alamat. Kemudian keluarga serumah, nama dan tanggal lahir anak-anak, dan pendidikan, jabatan.  

Pada kolom jabatan, Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari mengisinya dengan kiai (guru agama Islam), sedangkan gaji diisi dengan: tidak tentu, sebab pekerjaan bertani.  

Baca: Petani Jawa Barat Menjerit, Ini Harga Hasil Pertanian yang Anjlok

Pendaftaran tersebut kemudian meminta penjelasan tentang, keterangan lain yang mengenai usaha bagi umum dengan pertanyaan: apa jabatan tuan yang ternama? Apa macam perkumpulannya, dimana dan apabila? Kolom itu diisi dengan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama bagian syuriyah (agama), yaitu sejak tahun 1344 hingga 1361 yaitu sampai pada waktu dibubarkannya.  

Pada kolom nomor 16, terakhir, diminta keterangan lain-lain (jika perlu tentang buku-buku apa yang karang, dimana dan apabila? Apakah kepandaian tuan yang spesial?)

Kolom itu terisi dengan buku Nurul Mubin tahun 1346 tentang mencintai Nabi Muhammad SAW, buku At-Tanbihat tentang merayakan hari Maulud Nabi Muhammad SAW, buku Adabul ‘Alim wal-Muta’alim tentang kewajiban guru dan murid, tahun 1357 dan 1344.  

Sementara menurut cucunya, KH Salahuddin Wahid, Hadratussyekh Kiai Hasyim Asy’ari memiliki karya lebih dari itu. Sebagaimana ditulis di website Tebuireng (tebuireng.online) berdasar penelusuran KH Ishom Hadzik, diperoleh catatan tentang kitab-kitab karya Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari yaitu: 1) Adab al A’lim wa al Muata’alim (Etika Guru dan Murid); 2) al Duraar al Muntatsirah fi al Masaa’il al Tis’a Asharah (Taburan Permata dalam Sembilan Belas Persoalan); 3) al Tanbihaat al wa Ajibaat Liman Yasna’u al Mawlid bi al Munkarat (Peringatan Penting bagi Orang yang Merayakan acara Kelahiran Nabi Muhammad dengan Melakukan Kemungkaran); 4) Risalah ahl al Sunnah wa al Jama’ah; 5) al Nur al Mubiin fi Mahabbati Sayyid al Mursalin (Cahaya Terang dalam Mencintai Rasul); 6) al Tibyan fi al Nahy an Muqaata’at al Arhaam wa al Aqaarib wa al Ikhwaan (Penjelasan tentang Larangan Memutus Hubungan Kerabat, Teman Dekat dan Saudara); 7) al Risalah al Tauhidiyah; 8) al Qalaaid fi maa Yajibu min al ‘Aqaaid (Syair-syair Menjelaskan Kewajiban Aqidah). 9) Arba’in Haditsan;10) Ar Risalah fil ‘Aqa’I’d; 11) Tamyizul Haqq min al Bathin; 12) Risalah fi Ta’akud al Akhdz bi Madzahib al A’immah al Arba’ah; 13) ar Risalah Jama’ah al Maqashid.

Baca: Keadaan Sedang Werit, Harga Sayuran Rajet, Petani Dibiarkan Lemas Sendiri

Pendaftaran orang-orang terkemuka di Indonesia itu diakhiri dengan tanda tangan. Seperti biasanya KH Hasyim Asy’ari meyebut dirinya sebagai al-faqir, di bawahnya tertulis Muhammad Hasyim Asy’ari dengan tulisan Arab.  

Data diri Kiai Hasyim memiliki satu lampiran, tapi isinya pendek. Lampiran itu untuk menjelaskan pertanyaan nomor sebelas tentang pertanyaan apa jabatan-jabatan dahulu? Pada siapa atau pada badan mana, dimana dan apabila?  

Penjelasan Kiai Hasyim adalah: pada tahun 1313 Hijriyah mengajar di Makkah sambil belajar. Tahun 1321 H hingga 1324 mengajar di Kemuning, Kediri. Kemudian pada tahun 1324 hingga sekarang ini mengajar di Tebuireng, Jombang. Semuanya ajaran ialah tentang ilmu agama semata-mata.  

Penulis: Abdullah Alawi
 


Editor:

Sejarah Terbaru