• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Kamis, 25 April 2024

Risalah

Surplus Pengolah, Defisit Pengelola

Surplus Pengolah, Defisit Pengelola
(Ilustrasi: minumkopi.com)
(Ilustrasi: minumkopi.com)

Oleh Muhyiddin
Peneliti LIPI, Aj. Dr. Amin Mudzakir menyebut mantra wirausaha ala kapitalisme ditambah kegagalan negara telah menciptakan begitu banyak pemain tanpa diimbangi banyaknya lapangan. Bisa jadi asumsi tersebut pas, bisa jadi kurang.

Baca Juga: Terlalu Banyak Pemain, Terlalu Sedikit Lapangan

Sejauh pas, pemerintahan negara mungkin memang telah gagal membuka aneka lapangan yang pas bagi warganya yang terdidik dan atau terlatih. Pun demikian dengan kapitalisme yang memiliki prinsip efisiensi.

Tetapi menyebut negara dan kapitalisme sebagai dua yang bertanggungjawab juga kurang pas. Negara punya keterbatasan, kapitalisme ya memang dari sononya begitu.

Para pemain juga sampai batas-batas tertentu ikut menyumbang bertambahnya lapangan. Otonomi individu untuk mengadakan dirinya lewat pekerjaan, meski tidak sesuai dengan apa yang dipelajari di bangku sekolah atau kuliah, telah ikut menambah lapangan bagi para pemain yang tidak mampu membikin lapangannya sendiri.

Jangan-jangan minimnya lapangan justru tercipta dari kegagalan mencipta pengelola dan justru membiakkan pengolah? Bukankah itu yang terjadi dalam dunia aktivisme yang alih-alih mencipta lapangan, justru jatuh menjadi demagog? 

Pengolah lahir dari politik. Prinsip bahwa politik adalah alat mobilisasi vertikal paling cepat disadari atau tidak telah membiakkan para pengolah dan menumpulkan pengelola.

Dan salah satu PR NU juga adalah meminimalisir pengolah dan memperbanyak pengelola. Hanya dengan begitu impian kemandirian bisa terwujud.

Semoga Konferwil ke-18 NU Jawa Barat dan Muktamar ke-34 NU menghasilkan para pengelola, bukan pengolah.

Penulis adalah Sekretaris Redaksi NUJO


Risalah Terbaru