KH Muhyiddin Abdul Qodir al Manafi : NU Perjuangkan Hakikat-hakikat Kebenaran
Rabu, 28 Oktober 2020 | 12:00 WIB
Sumedang, NU Online Jabar
“Islam diwariskan oleh nabi sampai kepada kita melalui rangkaian tahapan, turun temurun dengan sanad yang muttashil,” demikian disampaikan KH. Muhyiddin Abdul Qodir al Manafi ketika menerima silaturahmi pengurus PCNU Sumedang pada 3 Oktober 2020.
Pengasuh Ponpes as Syifa wal Mahmudiyah ini kemudian melanjutkan bahwa bagian dari peranan NU yaitu sebagai washilah, penopang, dan pendorong perjuangan Ulama dan Umat dalam mempertahankan kemurnian Ahlussunnah wal jamaah yang muttashil.
Peran tersebut, lanjutnya, menjadikan NU sebagai sebagai anugerah bagi Ulama dan Umat Islam Indonesia.
“Andaikan tidak dijaga NU, Aswaja tidak akan tetap mengakar seperti sekarang di bumi Indonesia yang kita cintai,” tegasnya.
KH Muhyiddin kemudian mengajak untuk terus memaksimalkan perjuangan yang telah dirintis, dibangun oleh para muassis dan sesepuh NU.
“Tugas kita adalah melakukan percepatan atau akselerasi harokah NU untuk memperjuangkan hakikat-hakikat kebenaran, dzahiriina alal haq,” pungkasnya.
Menanggapi pesan-pesan KH Muhyiddin, Ketua PCNU Kabupaten Sumedang, KH Idad Isti’dad ketika ditemui di ruangannya di kantor PCNU merasa bangga atas antusias dengan respons yang diberikan. Hal ini, menurutnya, mendorong PCNU untuk lebih mengintensifkan silaturahmi ke kiai-kiai yang memilih fokus di pesantren daripada menjadi pengurus.
Kang Idad, demikian biasa dipanggil, menambahkan bahwa silaturahmi ke kai-kiai ini memang menjadi program PCNU untuk merekatkan pesantren sebagai penopang NU.
“Harakah, fikrah, dan amaliah NU tidak bisa dipisahkan,” tegas Kang Idad.
“PCNU sebagai jam’iyah, pesantren dan kiai sebagai penopang, santri sebagai jam’ah juga tidak bisa dipisahkan,” lanjutnya.
Menurut Kang Idad, PCNU hanya berperan sebagai organisator, mengurus aspek-aspek manajerial, menyambungkan berbagai kepentingan pemangku kepentingan. Semantara ideologisasi dan muttashil-nya sanad ilmu dan amaliah NU terjadi di pesantren melalui kia-kiainya.
“Itulah pentingnya silaturahmi, di samping menjaga tali persaudaraan, menjaga komunikasi, juga menjaga harakah, fikrah, dan amaliah NU selalu berada dalam jalur,” pungkasnya.
Pewarta: Cucu Syamsu
Editor: Muhyiddin
Terpopuler
1
Lafal Niat Puasa Asyura Puasa Sunah pada 10 Muharram
2
Perkuat Ukhuwah dan Semangat Dakwah di Masyarakat, GP Ansor Cigerenem Gandeng Latansa 2 Gelar Pengajian Syahriahan
3
Agar Hati Tak Mati, Inilah Doa-doa Pilihan di Hari Asyura 10 Muharram
4
Ranting NU Teluk Pucung Bekasi Utara Fasilitasi Proses Dua Warga Masuk Islam: Ibu dan Anak Resmi Jadi Mualaf
5
Koperasi Merah Putih, Koreksi dan Harapan Baru bagi Ekonomi Rakyat
6
Model Bisnis NU Cirebon Dilirik PCNU Magelang untuk Kolaborasi Strategis
Terkini
Lihat Semua