• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Kamis, 25 April 2024

Risalah

Media Center PWNU Jabar Sarana Berjamaah Mengisi Konten 

Media Center PWNU Jabar Sarana Berjamaah Mengisi Konten 
Media Center PWNU Jawa Barat mengelola web dan media sosial serta pengumpulan data (Foto: NU Online Jabar)
Media Center PWNU Jawa Barat mengelola web dan media sosial serta pengumpulan data (Foto: NU Online Jabar)

Salah seorang pendiri NU, KH Abdul Wahab Chasbullah dalam sebuah tulisannya di Swara Nahdlatoel Oelama (SNO) menegaskan, sebuah perkumpulan tanpa majalah sama saja dengan perkumpulan buta tuli. 

Baca: Luncurkan Media Center, PWNU Jabar Jalankan Fungsi Penyambung Lidah Umat

Ya, NU sejak awal menolak buta tuli. Maka, Setahun lebih 4 bulan setelah NU berdiri, para kiai menerbitkan majalah bernama Swara Nahdlatoel Oelama (SNO). Kiai Wahab Chasbullah turun tangan dalam pengelolaan majalah dengan aksara Arab pegon berbahasa Jawa itu. Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari tidak ongkang-ongkang kaki, ia dan kiai-kiai lain turut serta. Mereka berjamaah mengisi konten.  

Bagi NU, satu majalah tidak cukup! Para kiai menerbitkan Oetoesan Nahdlatoel Oelama (ONO) pada Januari 1928. Melalui dua media ini, NU membuka mata dan telinga lebar-lebar, menyimak keadaan, menyerap napas umatnya. Lalu diolah menjadi gagasan-gagasan yang kembali dilempar ke masyarakat. 

Sedikit demi sedikit mata dan telinga NU diketahui khalayak. KH Fadhil bin Ilyas dari Tasikmalaya, misalnya, tergerak menyambutnya. Ia berkomunikasi dengan majalah SNO tentang persoalan-persoalan di Priangan. Kiai Cirebon, Indramayu juga turut serta, apalagi kiai-kiai di Jawa Tengah dan Jawa Timur.  

Pertemuan gagasan dan informasi hasil-hasil muktamar yang diselenggarakan tiap setahun, mempercepat pertumbuhan NU. Dalam kurun 10 tahun, menurut KH Wahid Hasyim, NU tersebar ke daerah-daerah hingga luar Jawa. Organisasi yang dianggap kolot dan tua ini, ternyata punya daya gerak cepat.  

Pada tahun 1931, HBNO mengumumkan Berita Nahdlatoel Oelama (BNO). Tenaga muda yang segar, KH Mahfudz Shiddiq, KH Wahid Hasyim, KH Muhammad Ilyas, dan lain-lain, mengelola majalah ini. 

Gus Hasan: Media Center NU Jabar sebagai al-Akhdzu bil Jadidil Ashlah

Tak hanya itu, cabang dan lembaga-lembaga NU di masa Hindia Belanda turut membuka mata dan telinga. Ansor Nahdlatoel Oelama (GP Ansor) punya Soeara Ansor. Lembaga Pendidikan NU (Ma'arif) punya Seoloeh Nahdlatoel Oelama. Cabang NU Tasikmalaya punya Al-Mawaidz.  

Satu Media Tak Cukup!
Kata majalah dalam kalimat Kiai Wahab di atas, untuk konteks sekarang bisa diartikan media daring atau online. Jika pada masa itu saja, para kiai NU tidak merasa cukup dengan satu media, apalagi hari ini. Media di lingkungan NU harus diciptakan sebanyak-banyaknya agar segala kegiatan dan gagasan NU tersebar seluas-luasnya.  Jika para kiai NU pada awal berdiri berjamaah mengisi konten, kenapa tidak dengan kiai-kiai NU pada zaman ini. 

Berjamaah mengisi konten bisa diartikan dengan saling berkolaborasi, saling mendukung satu sama lain, saling berusaha agar media-media NU bernapas panjang dan istiqamah. Itu juga tidak cukup, warga NU harus turut serta membesarkannya. Selemah-lemahnya cara membesarkan adalah dengan membacanya dan menyebarluaskannya melalui media sosial. 

Jika untuk membaca dan menyebarluaskannya saja tidak mau, jangan harap media-media NU bernapas panjang. Nah, jika itu terjadi, jangan salahkan jika Nahdliyin diasuh oleh media lain.

Terkait hal ini pernah dikatakan KH Mahfudz Shiddiq dalam sebuah tulisannya. Ia mengutip istilah yang konon waktu itu terkenal di Eropa, yakni wartawan ratu dunia. Istilah ini diperkuat dan dipopulerkan di kemudian hari oleh Nasida Ria melalui lagu Ratu Dunia. 

Lagu itu dikutip di sini: 

Ratu dunia ratu dunia, oh wartawan ratu dunia 
Apa saja kata wartawan mempengaruhi pembaca koran 
Bila wartawan memuji, dunia ikut memuji 
Bila wartawan mencaci, dunia ikut mencaci 
Wartawan dapat membina pendapat umum di dunia 

Sungguh tepat sekali Nasida Ria. Jika NU tak punya media sama sekali, jangan salahkan jika Nahdliyin diasuh oleh koran dengan wartawan yang bisa jadi memusuhinya. Banyak warga NU yang kabeureuyan (ketulangan), kalau meminjam istilah pendekar pena Mahbub Djunaidi. Jangan salahkan misalnya jika Nahdliyin mengambil pengertian Islam Nusantara dari situs sebelah.    

PWNU Jawa Barat kini memiliki Media Center sebagai pusat informasi dengan ragam saluran, melalui web dan media sosial. Untuk web beralamat di jabar.nu.or.id, media sosial di Facebook: NU Jabar Online, Instagram: NU Jabar Online, dan YouTube: NU Jabar Channel, dan sedang dirintis TV digital. 

Ketua PWNU Jawa Barat KH Hasan Nuri Hidayatullah menyebutkan fungsi lain Medi Center adalah sebagai pusat pendataan.

Baca: Gus Hasan Bicara Dahsyatnya Data NU Jawa Barat Jika Dikelola dengan Benar 

Nahdliyin Jawa Barat, mari kita dukung Media center ini dengan berjamaah mengisi konten. (Abdullah Alawi)


Editor:

Risalah Terbaru