• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Minggu, 28 April 2024

Profil

KH Lukman Hakim Pencetus Metode ILHAMQU untuk Cepat Hafal Al-Qur’an (Bagian 6)

KH Lukman Hakim Pencetus Metode ILHAMQU untuk Cepat Hafal Al-Qur’an (Bagian 6)
KH Lukman Hakim (Foto: NU Online Jabar)
KH Lukman Hakim (Foto: NU Online Jabar)

Metode ILHAMQU yang dicetuskan oleh seorang ulama muda dan hafiz asal Kabupaten Cirebon, yaitu KH Lukman Hakim, memiliki berbagai keunggulan, selain mampu dengan mudah dan cepat bagi para calon hafiz dan hafizah (penghafal) untuk menghafal kitab suci, juga mampu mendatangkan kerianggembiraan dan memunculkan motivasi yang kuat karena mengetahui 7 keajaiban menghafal Al-Qur’an. 

Selain itu, menurut Kang Lukman, para penghafal Al-Qur’an juga harus mengetahui 7 hambatan menghafal Al-Qur’an. Bagi sebagian orang, menghafal al Qur’an sungguh “tidak bersahabat”. Setiap hari harus menghafal, belum lagi repot menjaganya. Atau, muncul ketidakpedean, meragukan diri sendiri, untuk bergegas menghafal Al-Qur’an. Dalam dunia sains, perasaan ini disebut mental block. Apa itu? Hambatan yang diciptakan oleh kita sendiri. Kok bisa? ya, karena 88-90 persen tindakan kita setiap hari ditentukan oleh pikiran bawah sadar sedangkan pikiran sadar hanya memengaruhi sebesar 10-12 persen saja. 

Poin berikutnya dari  7 hambatan tersebut adalah : 

4. Sibuk: harus ngerjain ini-itu 
Maaf saya sibuk! Banyak yang harus saya kerjakan. Pernahkah anda menggunakan alasan ini? rata-rata orang pasti memiliki kesibukan masing-masing. Ini tidak dapat dibantah. Apakah demikian faktanya?

Studi Nielsen pada 2018 menunjukkan bahwa meskipun durasi menonton TV masih tertinggi, yaitu rata-rata 4 jam 53 menit setiap harinya, durasi mengakses Internet menjadi tertinggi kedua yaitu rata-rata 3 jam 14 menit per harinya; disusul oleh mendengarkan radio (2 jam 11 menit), membaca koran (31 menit) dan membaca majalah selama 24 menit (Taufik Fajar, 2019). 

Wow, hampir 11 jam waktu yang kita gunakan untuk hal-hal di atas. Mari berkhayal sebentar, seandainya ada porsi 5-10 menit sehari untuk menghafal Al-Qur’an, hidup akan terasa indah. Bukankah, Al-Qur’an lebih berharga dari semua itu? Ia bekal hidup kita di dunia dan akhirat kelak. Luang dan tidaknya, bukan faktor utama untuk menghafal Al-Qur’an. Banyak kok siswa, mahasiswa, dan profesional yang mampu menghafal padahal mereka juga “sibuk”. Sekali lagi, bukan waktu tapi kemauan lah yang menjadi pembedanya.

5. Hafalan hilang, takut berdosa 
Saat kehilangan hati berkecamuk, pikiran kalut, dan aktivitas jadi terganggu. Manusia memiliki sifat alamiah: siap menerima, tak sanggup kehilangan. Kenapa pikiran ini muncul? Karena itu dianggap berharga. Semua yang berharga, pasti kita rawat dan kita jaga. Mobil, perhiasan, hp, anak, rumah, adalah contohnya. Selanjutnya, coba kita renungkan, sudahkah al Qur’an kita anggap berharga? 

Takut dosa bukanlah hambatan karena semua yang kita miliki akan dimintai pertanggungjawaban. Jika tidak dirawat, maka kita mesti bertanggung jawab. Sebaliknya, jika dirawat dengan apik bukan dosa melainkan penghargaan tinggi yang akan kita peroleh. 

6. Mudah lupa 
Lupa adalah sifat alamiah manusia: al insân mahallu al khatâ’ wa an nisyân. Begitulah manusia. Namun, Allah membekali manusia dengan seperangkat alat agar tidak mudah lupa atau melupakan sesuatu. Apa saja faktor yang menyebabkan kita mudah lupa? Yuk, simak lima faktor tersebut. 

Pertama, Menganggap tidak penting. Ternyata, anggapan penting-tidak penting berpengaruh besar terhadap proses mengingat. Yang tak penting bagi kita, akan mudah kita lupakan. Sementara yang penting, tak akan mudah dilupakan. Jika Al-Qur’an dianggap penting, maka akan dijaga untuk terus diingat. Saat lupa pun, akan segera diingat kembali. 

Kedua, aus (decay theory). Apa pun bisa aus, rusak dan hilang. Begitu juga hafalan. Semakin jarang disentuh dan diulang lambat laun akan hilang. Otak sebagai tempat penyimpanannya akan kehilangan jejak hafalan. Lama-lama ia akan pudar kemudian menghilang seutuhnya.

Ketiga adanya penumpukan ingatan (interfensi theory). Pernahkah Anda mencari sesuatu dalam tumpukan yang berantakan? gampang? Pasti sulit karena bertumpuk dan tak jelas keberadaannya. Hafalan juga sama. Semakin ia ditumpuk dan tidak diolah, maka semakin sulit untuk mencarinya.

Keempat gangguan. Cobalah anda menghafal satu ayat yang benar-benar baru dan ucapkan beberapa kali. Kemudian cobalah mengobrol sebentar dengan teman anda. Setelah itu coba ingat ayat yang baru dihafal. Jika sulit, inilah yang dimaksud dengan gangguan.

Kelima hilangnya rantai petunjuk ingatan. Kenapa mudah lupa? Bisa jadi karena hilangnya mata rantai penampil ingatan. Apa pun yang pernah kita ingat akan tersimpan baik dalam otak kita. Hanya saja, kita sulit mengingatnya kembali.

"Nah, dalam menghafal kasus ini bisa diselesaikan dengan mengingat pojok atas yang merupakan awal ayat dan kalimat pojok bawah sebagai akhir ayat,” ungkap Kang Lukman.

7. Jenuh tidak bersemangat 
Dalam setiap proses, kejenuhan pasti akan selalu ada. Ada beberapa alasan kenapa perasaan jenuh ini muncul. Pertama, aktivitas yang monoton, gitu-gitu aja. Kedua, butuh waktu lama. Setidaknya, ini yang kita rasakan saat berdiri dalam antrian. Jenuh bukan main. Ketiga, jenuh saat sendirian.  

“Nah, bagaimana agar menghafal tidak jenuh? Carilah metode yang mampu membangkitkan gairah agar tetap bersemangat. Kedua, berdoalah kepada Allah saat jenuh itu menghampiri,” pungkas Kang Lukman.

Penulis: Iing Rohimin
Editor: Abdullah Alawi 


Profil Terbaru