• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 4 Mei 2024

Profil

Affi Endah Navilah, Aktivis Perempuan NU yang Multi Hobi dan Prestasi

Affi Endah Navilah, Aktivis Perempuan NU yang Multi Hobi dan Prestasi
Affi Endah Navilah (Foto: NU Online Jabar/Istimewa)
Affi Endah Navilah (Foto: NU Online Jabar/Istimewa)

Beberapa waktu lalu, saat membuka Facebook, saya melihat foto dua perempuan berjas Fatayat NU dengan latar belakang kupu-kupu. Pertama-tama saya fokus membuka foto-foto yang di-share Teh Hajah Hirni Kifa Hazefa itu, kemudian membaca captionnya. Di antara sekian kalimat, saya kutip caption itu untuk memulai tulisan ini. 

“Waktu masih kuliah di Unsil aku pernah ikut mobil merahnya Teh Affi...,” tulis Ketua PW Fatayat Jawa Barat itu pada status yang bertanggal 1 Maret 2021. 

“Beliau bilang...’neng sok sing aktif..sing gesit...sing lincah di organisasi’,” lanjut Teh Hirni menirukan permintaan Teh Affi. Teh Hirni mengaku kalimat itu tertanam dalam pikirannya.   

Saya tertarik mengikuti status-status kedua aktivis perempuan NU ini untuk menyerap inspirasi dan informasi. Meskipun berbeda generasi, tapi setidaknya kami sama-sama pernah dipanggil rekanita. 

Setelah membaca status Teh Hirni, beberapa hari kemudian saya mengintip juga status Teh Affi Endah Navilah, yang saya kenal sejak dia ditetapkan sebagai Ketua Majelis IPPNU Jawa Barat. Saya tertarik dengan satu status Teh Affi terkait masa mudanya. Saya tuliskan status itu mulai dari paragraf ketiga:  

“Dari tahun 1995, saya sudah membaca buku-buku tentang gender, berdiskusi dan membahas tentang masalah-masalah gender, bahkan menjadi pemateri tentang gender. Buku pertama tentang gender yang saya baca ditulis oleh seorang kiai, laki-laki, KH Mansour Fakih Hak-Hak Reproduksi Perempuan,” ungkapnya. 

Saya tergelitik untuk bertanya kepadanya melalui pesan singkat tentang kondisi perempuan Indonesia, khususnya Jawa Barat, pada saat ia membaca buku itu. Tak dinyana, ia ternyata menjawabnya. Menurutnya, saat itu kondisi perempuan tentu masih termarginalisasi dalam berbagai bidang, termasuk dalam politik dan pemerintahan.

Saya bertanya lagi, apa yang memicunya hingga tertarik terjun pada isu-isu kesetaraan gender. Menurutnya, berawal dari pengaruh lingkungan, pengaruh teman, lalu akhirnya menemukan penyadaran bahwa menggali tentang analisis gender memang sebuah kebutuhan.

Kemudian mari kita simak status yang berjudul Ketidakadilan Gender? No Way! yang diunggah 4 Maret lalu itu.  

“Nah, lalu saya menemukan fenomena menarik, ternyata kenyataan saat ini masih banyak perempuan yang entah sadar atau tidak justru menjadi pendukung terhadap terjadinya ketidakadilan gender, ini luar biasa aneh,” katanya. 

Saya kembali bertanya terkait bagian itu, apakah hal semacam itu terjadi di kalangan perempuan NU atau di luar NU. Menurut pandangannya, itu terjadi di luar NU, tapi di dalam warga NU sendiri masih terjadi. Hal ini terjadi karena stigma tentang marginalisasi dan subordinasi masih melekat di pikiran masyarakat termasuk perempuan sendiri.

Lalu, saya bertanya tentang peran organisasi perempuan di NU semisal Fatayat untuk mengikis hal semacam itu. Menurutnya, Fatayat terus melakukan upaya pencerahan kepada perempuan, bahwa baik dan buruk tidak berdasarkan jenis kelamin karena masing-masing laki-laki dan perempuan telah diberi kelebihan Allah. Penilaian atau pemilihan harus berdasarkan kapabilitas dan akseptabilitas serta kualitas yang terukur. Contoh dalam kegiatan Nyantren, Fatayat (nyantri keren) salah satu materi pembahasannya tentang analisis gender.

Berikut ini lanjutan status itu: 

“Setiap tahun kita peringati Hari Kartini, sebagai momentum tentang kebangkitan perempuan Indonesia untuk lebih cerdas dan bermartabat. Sejak tahun 1975 pendekatan pengarusutamaan gender (PUG) telah dicanangkan di Word’s Conference Woman yang pertama di Meksiko. Berbagai tokoh perempuan berteriak kencang membela dan memperjuangkan ketidakadilan gender yang terjadi di berbagai elemen kehidupan.

Hei, Anda perempuan, yang entah sadar atau tidak menjadi pendukung ketiakadilan gender, yang masih terjebak dalam subordinasi perempuan-laki-laki, saya mau nanya ‘Ada masalah apa dengan Anda? Anda perempuan yang seharusnya lebih cermat memilih antara baik dan tidak, benar dan tidak secara komprehensif, bukan atas dasar jenis kelamin’.

Satu hal yang harus saya sampaikan, saat Anda berurusan dengan ketidakadilan gender, Anda bukan hanya berurusan dengan saya, tapi juga berurusan dengan dunia.” 

Aktivis Pelajar Putri NU Multi Hobi 
Affi Endah Navilah lahir di Tasikmalaya, 21 November 1971. Ia mendapatkan pendidikan langsung dari kedua orang tuanya sedari kecil. Sang ayah, KH AE Bunyamin, adalah tokoh NU di Tasikmalaya yang memiliki keahlian dalam tulis-menulis. Salah satu bukunya, yang merupakan buku babon, Nahdlatul Ulama di Tengah-tengah Perjuangan Bangsa Indonesia; Awal Berdiri NU di Tasikmalaya. 

Tak heran kemudian, masa remajanya aktif di Ikatan Pelajar Putri Nahdaltul Ulama (IPPNU) hingga menjadi ketua. Kemudian kariernya di organisasi itu hingga mengantarnya menjadi ketua di tingkat Jawa Barat. 

“Kenal IPPNU dari bapak karena bapak aktivis NU, pernah jadi Ketua PCNU Tasikmalaya. Sekitar tahun 86, saat kelas 3 SMP, pertama kali ikut Makesta IPPNU,” katanya. 

Berikut pengalaman organisasinya:
1. Ketua PC IPPNU Tasikmalaya 
2. Wakil Bendahara DPD KNPI Tasikmalaya (1992-1995)
3. Ketua PW IPPNU Jawa Barat (1995-1998)
4. Wakil Sekretaris DPD KNPI Jabar (1996-1999)
5. Ketua PC Fatayat NU Kota Tasikmalaya (2014-2019, 2019-2024)
6. Ketua 1 Bidang pengkaderan dan Organisasi PW Fatayat NU Jawa Barat (2020-2025)
7. Sekretaris GOW Kota Tasikmalaya
8. Ketua Majelis Alumni IPPNU Jawa Barat

Zaman-zaman masih lajang, Affi mengaku punya banyak hobi dan sering ikut berbagai lomba. Mulai pidato, membaca puisi hingga ke tingkat provinsi, bernyanyi musik pop dan dangdut dengan prestasi beberapa kali juara di Tasikmalaya, serta pernah juara 2 putri Berbusana Muslim (1990) tingkat Tasikmalaya. 

Saya kemudian ingat status Teh Hirni terkait hal ini: 

“Sekilas melihatmu...bernyanyi sambil main gitar bersama kakak sepupu laki2ku
Aku mendengar suaranya merdu...pinter main gitar...
Aku dengar...oh ini ketua IPPNU Kab. Tasikmalaya...” tulis Teh Hirni pada status bertanggal 1 Maret. 

Saya penasaran terkait hobinya yang banyak itu, tapi tidak asal-asalan, melainkan ada capaian yang terukur. 

“Intinya, saya menyukai banyak hal, selalu penasaran pada hal-hal baru yang menantang,” katanya. 

Hal-hal baru itu yang dilakoni pada masa mudanya, di antaranya adalah keahlian dalam ilmu beladiri. Ia pernah aktif di Bandung Karate Club (BKC) sampai mendapatkan sabuk hitam. 

“Sempat juara 2 kategori beregu putri di Kejurnas BKC tahun 1990,” katanya.

Pengalaman lain saat muda, ia pernah ikut program pertukaran pemuda ke Timor Leste yang saat itu masih bernama Timor Timur, dan menjadi provinsi ke-27 Indonesia, pada tahun 1992. 

Menurut lulusan Jurusan S1 Biologi dan S2 PKLH Unsil tersebut hobi dan kreativitasnya  mendapat dukungan orang tuanya sehingga ia leluasa mengembangkan. 

Prestasi lainnya adalah berhasil membawa sekolah menerima penghargaan Adiwiyata Sekolah Berbudaya Lingkungan ke tingkat nasional dan selama 4 tahun berturut-turut selalu menjadi juara 1 sekolah sehat tingkat kota Tasikmalaya. Ia memang menjalani profesi guru sejak 1997 dan menjadi kepala sekolah sejak 2015 hingga sekarang.

IPPNU dan Penempaan Diri
“‘Ilmu kucari amal kuberi untuk Agama Bangsa Negeri’ 
IPPNU adalah cinta pertama yg tak pernah berakhir, 
Selamat ulang tahun,
” tulis Teh Affi di akun Facebooknya saat harlah ke-66 IPPNU pada 2 Maret lalu.

Menurutnya, IPPNU berperan sangat dalam hal keterampilan manajerial dirinya yang bermanfaat dalam aktivitas dan profesinya. Dari IPPNU ia mendapat bekal bagaimana memimpin, memotivasi, membagi peran, hingga mengelola konflik.

“Itu yang mungkin membuat saya berbeda dari kepala sekolah yang lain,” katanya ketika ditanya prestasinya dalam bidang pendidikan terkait masa remajanya di IPPNU. 

Dari pengalaman, kata dia, semuanya akan membentuk kepribadian. Orang-orang yang pernah aktif beroganisasi, kemampuan kepemimpinannya pasti menonjol, serta mandiri, dan tahan terhadap tempaan. Sementara mengenai prestasi, dipengaruhi bakat dan talenta. 

Sebagai Ketua Majelis Alumni, ia berharap IPPNU saat ini lebih dikenal di kalangan pelajar sekolah umum dengan gerakan yang mampu membuat ‘orang luar’ menoleh.

“Program kegiatannya harus lebih up to date, sesuai dengan kecenderungan global, thinking globaly acting localy. Upayakan kegiatan itu bersifat umum, tidak spesifik harus selalu untuk kalangan santri atau basic Nahdliyin, bagaimana mengemasnya menjadi sebuah paket yang bisa dinikmati orang luar,” katanya. 

Ia menilai PW IPPNU Jawa Barat ini saat ini lebih kreatif dan aktif serta responsif, misalnya ada podcast di sportfy, ada pemilihann duta pelajar.

“Untuk acara ini mungkin ke depannya harus bersifat umum,” pungkas Kepala Sekolah SMPN 10 Tasikmalaya dan Plt. Kepala Sekolah SMPN 4 Tasikmalaya ini.

Penulis: Nelly Nurul Azizah
Editor: Abdullah Alawi 

 


Profil Terbaru