• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 27 April 2024

Pesantren

Buntet Pesantren Pernah Dihujani Bom oleh Belanda

Buntet Pesantren Pernah Dihujani Bom oleh Belanda
Buntet Pesantren Pernah DIhujani Bom oleh Belanda (Foto: NUJO)
Buntet Pesantren Pernah DIhujani Bom oleh Belanda (Foto: NUJO)

Buntet adalah sebuah perkampungan yang terletak kira-kira 11 km di luar Cirebon. Termasuk Desa Mertapada Kulon, Kecamatan Astanajapura koordinator Pemerintah Cirebon Tengah di Sindanglaut. Luas komplek Buntet Pesantren kira-kira 15 ha. 

 

Seperti juga pesantren-pesantren lain di Indonesia, Buntet Pesantren di zaman penjajahan telah dijadikan sebagai tempat penggemblengan kader-kader patriotik, militan, dan demokratis. Pesantren di zaman itu merupakan territorial defence of imperialis influence. 

 

Dan sebagai fakta marilah kita ungkapkan data-data historis tentang Buntet Pesantren ini. 

 

Begitu berdiri, begitu bergulat melawan penjajah


Tokoh pendiri Buntet Pesantren adalah Kiai Muqoyyim yang secara kronologis asal mulanya belum banyak diketahui. Mula-mula Kiai Muqoyyim bekerja sebagai guru agama Sultan Kanoman Cirebon. Tapi karena kurang senangnya terhadap campur tangan Belanda dalam kesultanan, maka Kiai Muqoyyim terpaksa menyerahkan jabatannya untuk kemudian pergi mengembara mencari tempat yang cocok guna melanjutkan amalnya di dalam masalah pengembangan agama Islam. 

 

Dalam pengembaraannya akhirnya beliau sampailah di perkampungan Kedung Malang. Rupa-rupanya di dalam hati beliau terdapat kecocokan mengenai tempat baru ini. Maka oleh beliau didirikanlah sebuah gubug sebagai tempat beliau. Kemudian langar dan selanjutnya sebuah pondok pesantren yang sampai sekarang terkenal dengan Buntet Pesantren itu. 

 

Setelah beliau membuka pesantren tahun 1750, maka berdatanganlah santri yang belajar pada beliau. Namun, santri-santri tersebut belumlah dikatakan banyak. 

 

Sebagai dituturkan dalam sejarah, bahwa Belanda pada waktu itu berusaha melumpuhkan pengurus Islam di tanah Jawa, demi mendengar pengaruh Kiai Muqoyyim yang semakin meluas itu, Belanda mengadakan pengepungan ke Buntet. Tapi Kiai Muqoyyim beserta keluarga dan santri-santrinya dapat meloloskan diri. Untuk melampiaskan dengkinya, Belanda menghancurkan bangunan-bangunan pesantren. 

 

Pengejaran terhadap Kiai Muqoyyim terus dilakukan. Di Desa Pasawahan terjadilah perlawanan sengit, pihak Belanda banyak yang meninggal. Kiai Muqoyyim beserta keluarga dan santri-santrinya dapat meloloskan diri masuk hutan dan padurungan. 

 

Mungkin memang karena kehendak Tuhan. Sepeninggal Kiai Muqoyyim, di Cirebon terjadilah musibah akibat serangan penyakit Toun. Pagi sakit sore mati. Korban banyak yang jatuh. Banyak usaha yang dilakukan untuk memberantas penyakit tersebut, tapi hasilnya Cuma sia=sia. Akhirnya timbullah pendapat di kalangan kesultanan, bahwa yang sanggup memberantas penyakit tersebut hanyalah Kiai Muqoyyim. 

 

Maka oleh kesultanan diberangkatkanlah serombongan utusan untuk mencari persembunyian Kiai Muqoyyim. 

 

Memang benarlah berkat ikhtiyar Kiai Muqoyyim, maka musibah dapat dilenyapkan. Dan karena jasa-jasa beliau, maka akhirnya beliau diperkenankan Kembali ke Kedung Malang (Buntet). Di sini beliau Kembali membangun pondok pesantrennya yang dulu pernah dihancurkan Belanda. 

 

Sayang meskipun pondok pesantren sudah berhasil dibangun Kembali, tapi karena usia dan kesehatannya yang sudah tidak mengijinkan, maka akhirnya Kiai Muqoyyim tidak bisa melanjutkan amalnya. Namun, meskipun demikian beliau sempat berkhalwat atau beriadhoh memohon kepada Allah swt. Semoga Buntet Pesantren kelak dapat menjadi pesantren besar. 

 

Lama kelamaan Kiai Muqoyyim jatuh sakit yang akhirnya pulang ke rahmatullah dan dimakamkan di makam Tuk. 

 

Sepeninggal Kiai Muqoyyim pesan Buntet Pesantren mengalami kevakuman. Karena Kiai Muqoyyim tidak mempunyai putra laki-laki. Baru setelah cucu mantunya yang Bernama Kiai Muta’ad cukup cakap ilmunya, Buntet Pesantren dibina Kembali. Usaha-usaha Kiai Muta’ad lebih banyak dicurahkan pada perbaikan-perbaikan pondok yang sudah dalam keadaan rusak. 

 

Sebagai penerus tampil KH Abdul Jamil, putra Kiai Muta’ad. Di bawah asuhan KH Abdul Jamil. Buntet Pesantren dapat mengalami kemajuan-kemajuan. Syiarnya mulai meluas. Pernah pada satu waktu KH Abdul Jamil diminta bantuannya oleh Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari pendiri Pesantren Tebuireng untuk memberi pelajaran-pelajaran bela diri dan ilmu-ilmu lainnya. Selama 8 bulan KH Abdul Jamil berada di Tebuireng. 

 

Di samping sebagai pengasuh Buntet Pesantren, KH Abdul Jamil juga memangku jabatan bagian hukum (Syuriyah) dalam Sarekat Dagang Islam. 

 

Zaman keemas-an. 

Berkat segala upaya KH Abdul Jamil, Buntet Pesantren menjadi terkenal. Dapat dikatakan KH Abdul Jamil adalah perintis ke arah zaman keemas-an. 

 

Adapun penerus yang benar-benar dapat menghantarkan Buntet Pesantren kepada zaman keemasannya adalah ketika di bawah asuhan KH Abbas, pura KH Abdul Jamil. 

 

Pada waktu itu semangat patriotit bangsa Indonesia untuk melawan penjajah sedang menyala-nyala. Buntet Pesantren di bawah asuhan KH Abbas di samping dijadikan sebagai Bachrul Ulum juga sebagai territorial defence of imperialis influence. Oleh KH Abbas dalam aksinya melawan penjajah, dibentuklah Laskar Chasbullah dan Sabillah. Sikap KH Abbas terhadap penjajah jelas, yaitu non coperation. Di samping mempertahankan daerahnya, Laskar KH Abbas pernah pula dikirim ke Pekalongan dan Indramayu. Bahkan dengan pekikan Allahu Akbar, Laskar tersebut pernah diberangkatkan ke Surabaya untuk menggabungkan diri dengan arek-arek Surabaya dalam perlawanannya terhadap imperialis Belanda. (peristiwa pertempuran ini terkenal dengan peristiwa 20 November 1945). 

 

Meskipun dalam suasana berkelanjutan perang melawan penjajahan, tapi Buntet Pesantren di bawah asuhan KH Abbah masih dapat mencerahkan insan-insan patriotik dan pimpinan-pimpinan yang bisa diketengahkan antara lain: 

 

1.    KH. A. Wahib Wahab (Menteri Agama RI)
2.    H. Amin Iskandar (Dubes RI di Irak)
3.    Prof. Ibrahim Husen, Dekan IAIN Palembang
4.    KH. Tb. Mansyur Ma’mun BPH, Djakarta
5.    KH. Ayatullah, Jakarta
6.    KH. Ayip Zuhri, Banten
7.    KH. Soleh Ma’mun, Banten 
8.    KH. Abdul Hamid, Banten
9.    Mahbub Badjuri (Kepala Daerah Cirebon)

 

KH Abbas sendiri karena kegiatannya dalam perlawanannya terhadap Belanda, oleh Belanda diadakan pengejaran-pengejaran terus. Sampai wafatnyapun makamnya dicari-cari Belanda akan dibongkar. Tapi berkat lindungan Allah Swt makam tersebut sampai sekarang masih. 

 

Zaman kemerdekaan

Sesudah proklamasi kemerdekaan maka pemegang kekuasaan negara berpindah ke tangan bangsa Indonesia. Tapi rupa-rupanya pihak Belanda masih belum rela meninggalkan Indonesia. Pada masa transisi itu di Indonesia diselimuti oleh infiltrasi, intimidasi bahkan agresi yang dilakukan oleh pihak Belanda terhadap rakyat Indonesia. 

 

Buntet Pesantren sepeninggal KH Abbas, pimpinan diserahkan kepada KH Mustahdi Abbas (Putra sulung KH Abbas). Seperti apa yang dialami ayahnya, beliau pun tidak terlepas pula dari tekanan-tekanan Belanda. Bersama-sama dengan para ulama lainnya beliau pernah mengadakan serangan terhadap kubu pertahanan Belanda di Sindanglaut. Akibat dari serangan ini, kubu pertahanan Belanda terpaksa meminta bantuan untuk mengadakan serangan balasan. Sebanyak 12 tank dengan persenjataannya yang lengkap bergerak. Pondok Buntet Pesantren dihujani dengan bom-bom bakar. Pada pertempuran ini KH Mustahdi Abbas berhasil ditangkap. Beliau digiring ke kota Cirebon sambal dicap sebagai garong.

 

Nasib yang sama dialami pula oleh para ulama-ulama lainnya. Bahkan KH Sholeh Anas dna KH Zaeni Dahlan jeriji-jerijinya digencet palu oleh Belanda.

 

Demikian sedikit tentang Buntet Pesantren. Meskipun mendapatkan tekanan-tekanan dari pihak penjajah, tapi semangat para ulamanya tidak pernah padam.

 

Pada tahun 1949 peperangan berakhir. Maka para ulama/sesepuh Buntet beserta ustadz-ustadz dan Sebagian santri-santrinya yang masih hidup berkumpul guna menghidupkan Kembali pesantren Buntet.

 

Sampai sekarang Buntet Pesantren masih tetap berdiri. Masih terus mencetak insan-insan patriotik, insan-insan pembangunan dipersada pertiwi. 

 

Tulisan ini disarikan dari Sekilas-lintas Sedjarah Pesantren Buntet Tjirebon oleh A. Zaeni Hasan BA.


Pesantren Terbaru