• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 20 April 2024

Opini

Tukang Es di Malam Hari dan Sarjana NU

Tukang Es di Malam Hari dan Sarjana NU
(Sumber Ilustrasi: Freepik.com)
(Sumber Ilustrasi: Freepik.com)

Oleh: Hamzah Sahal
Ada satu perumpamaan yg amat terkenal dari Kiai Abdul Wahid Hasyim tentang sarjana di NU. "Cari sarjana di NU kayak cari es di tengah malam, susahnya setengah mati," begitu kira2 kata bapaknya itu. Waktu itu konteksnya NU mau bikin partai politik, tahun 1950an. Kiai Abdul Wahab Hasbullah menimpali dengan nada kelakar, "Kalau sudah ada mobilnya, kita baru cari supir. Ini urusan sepele." Maksud Kiai Wahab, bikin dulu partainya, urusan "tukang ketik" bisa dicari.

 

Sampai tahun 1980an bahkan tahun 1990an, nyari sarjana di NU masih susah, apalagi tukang insiyur atau dokter. Makanya tidak heran, ketika almarhum Fahmi D. Saifuddin menjadi dokter lalu disusul dokter Umar Wahid --keduanya anak kiai-- di NU sangat terkenal. Saya yg masih kecil aja denger, "itu, adiknya Gus Dur yg dokter." Kalimat yg lain, "itu anaknya kiai Saifuddin Zuhri yg dokter itu. Top itu, anaknya kiai, dokter, dan semangatnya mengabdi di NU luar biasa."

 

Suasana itu berlangsung lama. Kenapa? Zaman Orla orientasi pendidikan NU masih agama. Zaman Orba, orientasi ke pendidikan umum sudah bermunculan dgn diawali banyak anak kiai besar yg sekolah umum. Tapi karena politik, akses anak-anak NU utk sekolah tinggi ditutup (maksudnya beasiswa utk anak NU, makanya waktu zaman Orba gak ada kader NU jd dekan. Jangankan dekan, cari Pak Camat aja gak ada) maka jumlah sarjana (maksudnya pny titel dr kampus) masih sedikit. Paling ada Drs dan BA.

 

Untuk menjawab persoalan iti, putra Kiai Wahid Wasyim, yg mesantren dan terus dijalur pendidikan agama cuma Gus Dur, yg lain kita tahu, Gus Sholah insinyur, Gus Umar dokter Gus Im ekonomi. Kiai Ilyas Ruhiat, semua anaknya menempuh pendidikan umum. Dan masih banyak lagi. Tujuan mereka apa sekolah umum? Untuk mengubah, agar nyari es malam hari begitu mudah.

 

Bagaimana sekarang?

 

Sekarang kita tahu semua, nyari es malam hari sangat mudah. Walhasil, perumpamaan Kiai Wahid di atas sudah batal. Begitu juga nyari sarjana di NU, sangat mudah. Bahkan ada teman bikin perumpamaan agak tidak enak didengar. Katanya, "nyari sarjana di NU sekarang kayak nyari pecel lele di malam hari, setiap 100 meter hampir selalu ada,".


Opini Terbaru