• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Kamis, 25 April 2024

Opini

KOLOM KH ZAKKY MUBARAK

Tauhid dan Pembentukan Watak

Tauhid dan Pembentukan Watak
Tauhid dan Pembentukan Watak (Ilustrasi: AM)
Tauhid dan Pembentukan Watak (Ilustrasi: AM)

Ketika Rasulullah SAW memasuki masjid, beliau menjumpai ada tujuh, delapan, atau sembilan orang sahabatnya. Tiba-tiba Nabi bertanya kepada mereka: Tidakkah kalian berbai’at (berjanji setia) kepada Rasulullah? Pertanyaan Nabi ini membuat para sahabat merasa aneh, karena sesungguhnya mereka telah berbai’at kepada Rasulullah, sehingga tidak ada seorang pun yang berani menjawab. Nabi SAW terus mengulangi pertanyaan seperti itu sampai tiga kali. 


Setelah Nabi menyampaikan pertanyaan itu sebanyak tiga kali, mereka menjawab: “Sungguh kami telah berbai’at kepadamu”. Nabi s.a.w. tetap menyampaikan pertanyaan itu. Maka para sahabat membuka dan mengulurkan tangannya untuk berbaiat, sambil mengatakan: Sungguh kami telah berbaiat kepadamu wahai Rasulullah, maka harus berbaiat apalagi? Nabi menjawab: Hendaklah kamu berbaiat agar menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun. Berbaiat tentang shalat lima waktu, dan mentaati (perintah agama).


Kemudian Nabi melembutkan suaranya dengan mengisyaratkan: 


... وَلاَ تَسْأَلُوا النَّاسَ شيئًا


“… Dan janganlah kamu meminta sesuatu apapun kepada orang lain”. (HR. Muslim).


Kalimat terakhir dari wasiat Nabi tersebut menjadi sangat penting, karena mengajarkan kepada umat Islam kemandirian yang prima, serta menolak untuk memohon bantuan kepada orang lain. Apabila umat Islam telah melaksanakan pesan ini, maka akan menjadi bangsa yang maju dan unggul dan akan dikagumi oleh bangsa-bangsa lain. Setiap diri manusia yang telah tertanam pada jiwanya untuk tidak meminta bantuan orang lain, akan menjadi manusia yang kuat. Ia akan menjadi seorang pekerja keras yang terprogram dan ulet, sehingga dapat melahirkan karya-karya besar yang spektakuler, yang mendatangkan kemaslahatan bagi masyarakat umum. 


Hadits di atas, mengisyaratkan kepada kita bahwa setiap manusia muslim yang akidahnya kokoh dan bertauhid yang murni, akan membentuk manusia yang berkualitas. Karakter yang dimilikinya sangat kuat, yang senantiasa menyertai setiap langkah dan perbuatannya. Hal itu akan terjadi secara konsekuen, baik ketika mereka dalam keadaan kaya atau miskin, dalam keadaan memiliki kekuasaan atau menjadi rakyat jelata, dalam keadaan kuat atau lemah. Dengan keyakinan tauhid yang murni itu maka hilanglah perasaan takut kepada sesama manusia, ia hanya takut kepada Allah s.w.t..


Dengan demikian, dalam situasi apapun, mereka senantiasa menjaga prinsip yang kuat dan akhlak yang agung. Perawi hadits di atas (Abdurrahman bin Auf), menginformasikan bahwa sejak ada peristiwa itu, setiap orang dari sahabat Nabi, bekerja keras dan bersungguh-sungguh. Tidak ada yang meminta bantuan kepada orang lain, sehingga ada seorang yang cambuk kendaraannya jatuh ke tanah, dia ambil sendiri dan tidak mau meminta bantuan kepada orang lain.


Dengan akidah tauhid, maka seseorang akan terbebas dari jiwa kemusyrikan, terlepas dari ketakutan dan keresahan. Perwujudan dari tauhid yang murni itu, maka ia akan melaksanakan ibadah sebaik-baiknya, dan muamalah yang terpuji. Ia akan membentuk dirinya menjadi seorang yang berkepribadian luhur serta pantang meminta bantuan orang lain, kecuali sangat terpaksa. Dalam hadits yang lain ditegaskan bahwa setiap orang yang sering meminta-minta pada orang lain, ia akan dibangkitkan dari kuburnya dengan wajah seperti tengkorak, karena ia tidak mempunyai rasa malu. 


Setiap orang yang meminta bantuan orang lain, maka diberikan codetan pada wajahnya. Semakin banyak meminta, semakin banyak codetan itu, dan akhirnya dagingnya terkelupas, sehingga tinggal tulang belulangnya bagaikan tengkorak. Nabi bersabda:


ما يَزَالُ الرَّجُلُ يَسْأَلُ النَّاسَ، حتَّى يَأْتِيَ يَومَ القِيَامَةِ ليسَ في وجْهِهِ مُزْعَةُ لَحْمٍ


Tidak henti-hantinya seseorang meminta bantuan kepada orang lain, sehingga ia datang pada hari kiamat dengan wajah tanpa daging (tengkorak). (HR. Bukhari, 1475).


KH Zakky Mubarak, salah seorang Mustasyar PBNU


Opini Terbaru