Eko Setiobudi
Kolomnis
Tahun 2024 menjadi catatan kelam bagi industri keuangan di Indonesia khsusunya di sector pasar modal. Tercatat beberapa perusahaan keuangan gulung tikar dan hengkang dari Indonesia. Terbaru pada Desember 2024 Schrodes yang notabene adalah raksasa manajer investasi dunia yang berbasis London, turut menutup operasional perusahaannya di Indonesia. Alasannya, perusahaan ingin memangkas cabang yang berkinerja buruk sebagai upaya meningkatkan kembali performa usai mencatat pendapatan yang mengecewakan. Padahal valuasi nilai investasi Schroders Indonesia cukup besar, yakni mengelola sekitar Rp 70 triliun dana kelolaan dalam kelas aset saham di pasar modal.
Penutupan operasional Schrodes menambah panjang daftar raksasa perusahaan global yang hengkang beroperasi di Indonesia. Mereka diantaranya adalah PT Citigroup Sekuritas Indonesia (CSI), PT Morgan Stanley Sekuritas Indonesia (asal Amerika Serikat/AS), (PT Merrill Lynch Sekuritas Indonesia (asal AS), PT Deutsche Sekuritas Indonesia (asal Jerman), PT Nomura Sekuritas Indonesia (asal Jepang), dan PT Credit Suisse Sekuritas Indonesia.
Selain itu, ada beberapa bank asing yang secara resmi juga sudah meninggalkan Indonesia. Mereka diantaranya adalah Citibank, NA, Standard Chartered, dan Commonwealth Bank, dimana mereka telah menjual dan mengalihkan bisnis costumer banking-nya kepada bank-bank lain.
Fenomena hengkangnya industri keuangan ini tentunya tidak serta merta mengambarkan bahwa kondisi dan masa depan ekonomi Indonesia yang suram. Tetapi kebijakan-kebijakan keuangan di negara asal mereka, serta ketatnya persaingan di Industri keuangan domestik menjadi alasan utama hengkangnya mereka dari Indonesia.
Meskipun kondisi perekonomian Indonesia juga sedang mengalami guncangan, namum sepertinya bukan menjadi alasan utama hengkangnya para raksasa industri keuangan dan pembiayaan untuk hengkang dari Indonesia. Bagaimanapun factor ketidakpastian ekonomi global serta perang Ukraina-Rusia dan perang di Timur Tengah yang masih terus terjadi, masih menjadi alasan utama yang berpengaruh siginifikan terhadap kondisi perekonomian dalam negeri.
Catatan pendapatan yang negatif dari beberapa perusahaan tersebut di atas mengambarkan bahwa mereka kalah bersaing dengan industri-industri sejenis lainnya. Karena fakta dilapangan juga menyebutkan, selain para raksasa keuangan yang hengkang, tahun 2024 juga mencatatkan masuknya raksasa-raksasa industri keuangan Asia yang merambah pasar Indonesia. Sebut saja Bangkok Bank, Industrial Bank of Korea, dan KB Kookmin Bank Ltd yang telah resmi beroperasional di Indonesia, baik melalui skema akuisisi dan suntikan modal terhadap industri-industri keuangan domestik.
Dengan demikian, tingginya kompetisi di pasar keuangan domestik sepertinya menjadi alasan utama hengkangnya para raksasa keuangan dan pembiayaan tersebut. Hukum mekanisme pasar akibat kalah dalam kompetisi adalah hal yang lazim dalam sebuah struktur pasar bebas sebagaimana teori mekanisme pasar Adam Smith.
Baca Juga
Menyola Kenaikan UMP Tahun 2025
Kalahnya bersaing para raksana keuangan global tersebut, langsung ataupun tidak langsung adalah efek domino dari kebijakan pemerintah khususnya melalui Kementerian BUMN yang sejak beberapa tahun terakhir cukup massif melakukan pengabungan atau holding dari BUMN-BUMN sektor keuangan dan pembiayaan.
Pada tahun 2004 Claessen dan Laeven melakukan sebuah studi yang mengestimasi tingkat kompetisi di 50 negara termasuk Indonesia dengan menggunakan metode Panzar-Rosse selama kurun 1994-2001 terhadap indusri perbankan dan keuangan. Dari penelitian tersebut, disebutkan struktur industri perbankan Indonesia tergolong dalam kategori monopolistic competition. Karena monopolistic, pada saat pasar keuanngan berjalan dalam mekanisme pasar bebas, bisa dipastikan industri keuangan dan perbankan di Indonesia kurang memiliki kemampuan komptetitif yang signifikan, apalagi jika diharuskan bersaing dengan raksana-raksana keuangan global.
Bisa jadi hasil penelitian inilah yang kemudian mengilhami pemerintah melalui Kementerian BUMN secara massif melakukan holding terhadap perusahaan-perusahaan keuangan dan pembiayaan yang notabene adalah BUMN, sehingga lebih mampu bersaing dalam era pasar bebas.
Succes story penggabungan usaha tiga bank syariah milik Himbara yakni PT Bank BRIsyariah Tbk., PT Bank Syariah Mandiri, dan PT Bank BNI Syariah menjadi satu di bawah nama dan identitas baru yakni PT Bank Syariah Indonesia Tbk., melalui skema merger tentu membawa catatan posisif bagi kemampuan industri keuangan domestik untuk bersaingan dengan para raksana global yang beroperasi di Indonesia.
Catatan positif semakin kompetitifnya industri keuangan domestik yang notabene adalah BUMN juga terlihat dari holding Danareksa yang membawahi beberapa subklaster, yaitu jasa keuangan, kawasan industri, sumber daya air, jasa konstruksi dan konsultasi konstruksi, manufaktur, media dan teknologi, serta transportasi dan logistik. Holding Danareksa tahun 2022 meliputi adalah PT Nindya Karya, PT Kliring Berjangka Indonesia, PT Kawasan Industri Medan, PT Kawasan Industri Wijayakusuma, PT Kawasan Industri Makassar, PT Kawasan Berikat Nusantara, PT Balai Pustaka, PT Perusahaan Pengelola Aset, PT Jakarta Industrial Estate Pulogadung, dan PT Surabaya Industrial Estate Rungkut, yang mencatatkan konsolidasi asset Inbreng sekitar Rp49,1 triliun.
Hal yang sama juga dapat kita potret dalam holding pembiayaan dan pemberdayaan Ultra Mikro (UMi), yang diantaranya meliputi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Pegadaian (Persero), dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero).
Intensifikasi dan massifikasi holding yang dilakukan pemerintah melalui Kementerian BUMN dengan skema hoilding khususnya pada industri keuangan dan pembiayaan telah memberikan dampak positif bagi peningkatan kapasitas dan kempupuan untuk berkompetisi dengan industri sejenis lainnya. Dan hal ini sepertinya sudah membuahkan hasil positif yang ditandai indikator-indikator sebagaimana yang sudah dijelaskan tersebut di atas.
Dr Eko Setiobudi, SE, ME, Dosen Ekonomi dan Ketua Tanfidziyah Ranting NU Desa Limusnunggal, Kec. Cileungsi, Kab. Bogor
Terpopuler
1
Gus Yahya Respons Wacana Pendanaan MBG Melalui Zakat: Perlu Kajian Lebih Lanjut Karena Kategori Penerima Zakat Sudah Ditentukan
2
Profil Alex Pastoor dan Dany Landzaat, Dua Asisten Pelatih yang Dampingi Kluivert di Timnas Indonesia
3
Khutbah Jumat Terbaru: Bulan Rajab, Momentum untuk Tingkatkan Kualitas Spiritual Diri
4
Refleksi Harlah ke-102 NU: Membangun Sinergitas Harokah dalam Ber-NU
5
Pentingnya Menggerakkan Jam'iyyah Nahdlatul Ulama di Kota Bogor Menjelang Harlah ke-102
6
MoU Haji 2025 Ditandatangani, Indonesia Akan Berangkatkan 221 Ribu Jamaah
Terkini
Lihat Semua