Rudi Sirojudin Abas
Kontributor
Toleransi. Demikian kiranya frase atau diksi yang patut kita ungkapkan menyaksikan kehidupan umat beragama di Indonesia. Bagaimana tidak, realita di lapangan menunjukkan bahwa kita akan melihat beragam identitas personal dengan keyakinan yang berbeda akan mudah berbaur dengan tanpa risih.
Misalnya, di setiap Desember tiba, kita selalu disuguhkan dengan perdebatan yang tak pernah kunjung berhenti, yakni terkait dengan persoalan ucapan atau kehadiran pemeluk agama tertentu dalam perayaan agama lain. Padahal, perdebatan dan persoalan itu sebenarnya sudah selesai. Para intelektual setiap agama pun telah menggariskan hal itu, mengingat komunikasi dan interaksi dalam sebuah kemajemukan keberagamaan menjadi sebuah keniscayaan yang tak akan bisa dihindari.
Baca Juga
Menyampaikan Ucapan Selamat Natal
Toleransi di tengah kemajemukan dengan mudah akan kita saksikan, misalnya dengan hadirnya para tokoh atau pejabat negara dalam setiap peringatan hari besar sebuah agama tertentu. Sebagai contoh, dalam peringatan Natal 2024, Presiden Prabowo dan Menteri Agama Prof Nasaruddin Umar tampak memberi sambutan dalam acara Perayaan Natal Nasional di Arena GBK, Sabtu (28/12/2024).
Dalam sambutannya, keduanya menekankan akan pentingnya persatuan dan kesatuan di tengah kemajemukan keyakinan. Perayaan setiap ritual keagamaan tertentu harus dipandang bukan sebagai perayaan yang sifatnya spiritual, melainkan sebagai wujud untuk mengukuhkan rasa toleransi dihadapan pemeluk agama lain. Oleh karena itu, semangat keberagamaan yang kuat dapat diukur melalui sejauh mana seseorang itu mampu menebar kasih sayang kepada sesamanya meskipun berbeda dalam hal keyakinan. Sebab, semakin dekat umat terhadap ajaran agama yang dianutnya, maka hendaknya ia semakin baik pula dalam menebar kasih sayang, kedamaian, dan kerukunan kepada sesama umat manusia. Begitupun sebaliknya, jika penganut agama berjarak dengan ajarannya, maka ia akan beresiko dalam mewujudkan kedamaian di dunia ini.
Setiap agama mengajarkan akan pentingnya untuk bertoleransi dalam keberagaman. Selain sebagai perintah Tuhan (QS al-Baqarah [2]: 256; QS al-An'am [6]: 108); QS al-Hujurat [49]: 13); QS al-Kafirun [109]: 6); toleransi juga diajarkan oleh para nabi dan para bijak bestari.
Indonesia menjadi negara dengan peringkat tertinggi dalam hal toleransi. Bagaimana tidak, meskipun beragam keyakinan, ras, etnik, dan budaya, masyarakat Indonesia tetap mampu hidup rukun dan damai di tengah kemajemukan. Kerukunan dan kedamaian yang dimiliki, tidak lain diikat oleh satu kesepakatan bahwa kedamaian adalah milik bersama.
Di Indonesia kita bisa menyaksikan perayaan satu umat beragama dijaga oleh umat beragama lain, di beberapa tempat, tempat ibadah berbeda keyakinan saling berdekatan, bahkan dalam satu komunitas sosial pun banyak ditemukan berbaurnya beberapa keyakinan. Namun mereka tetap hidup damai, dan inilah kiranya yang harus tetap dijaga dan dilestarikan.
Namun, di satu sisi, kita juga harus waspada terhadap pihak yang tidak menghendaki hal demikian tetap terjaga di bumi Indonesia ini. Kita juga menyayangkan pada pihak yang tetap menghendaki negeri ini ada dalam satu identitas. KH Ahmad Ishomuddin (2024) menyebut tak elok dan mustahil apabila hidup ini di satu komunitaskan. Menurutnya, di dunia ini telah nyata ada banyak keragaman agama sehingga tidak usah mati-matian menyeragamkannya menjadi satu agama saja. Betapa pun sudah malang melintang menghabiskan keseluruhan umur di medan dakwah, tetap saja pasti gagal dan mustahil menyatukan seluruh manusia untuk beragama Islam atau lainnya. Sesungguhnya jalan petunjuk (hidayah) itu merupakan hak mutlak Sang Pencipta.
Alhasil, toleransi menjadi satu solusi dalam menyikapi realita bahwa hidup dalam komunitas yang beragam keyakinan menjadi sebuah keniscayaan. Ucapan, kehadiran pejabat publik dalam peringatan perayaan agama lain seperti yang dilakukan dua tokoh bangsa di awal tulisan ini (begitupun bagi yang lainnya) hendaknya tak dipermasalahkan, toh mereka memang berkepentingan akan hal itu. Namun, bagi yang tidak berkepentingan, apa urgensinya mengucapkan atau menghadiri peringatan perayaan umat agama lain.
Rudi Sirojudin Abas, salah seorang peneliti kelahiran Garut.
Terpopuler
1
Innalillahi, Wakil Rais Syuriah PCNU Kota Bekasi KH Ahmad Qurtubi Hasan Wafat
2
Inilah Susunan Lengkap Struktur PCNU Garut Masa Khidmah 2025-2030
3
Alhamdulillah, Belasan Santri Pesantren YAPINK Pusat Lulus Seleksi Jadi Mahasiswa Universitas Al-Azhar Mesir 2025
4
Khutbah Jumat Singkat: Tujuh Amalan yang Pahalanya Terus Mengalir
5
Kisah Keteladanan Almaghfurlah KH Muhammad Garut dan Jejak Ilmu yang Ditinggalkan
6
Imam An-Nawawi Anjurkan Doa Ini Saat Pertama Kali Melihat Ka'bah
Terkini
Lihat Semua