Opini

Menyoal Kesejahteraan Guru

Selasa, 3 Desember 2024 | 10:35 WIB

Menyoal Kesejahteraan Guru

Guru. (Ilustrasi: freepik.com).

Dalam setiap pergantian kepemimpinan di negeri ini, persoalan pendidikan, termasuk di dalamnya persoalan kesejahteraan guru selalu menjadi pusat perhatian. Wajar jika hal ini selalu dipersoalkan dan didengungkan terutama oleh para guru, mengingat kesejahteraan guru menjadi salah satu hal yang urgen dalam bidang pendidikan. Dalam perkembangannya, persoalan kesejahteraan guru di negeri ini banyak mengalami pasang surut. Dari masa ke masa, persoalan ini tidak serta merta menjadi sesuatu yang terus dibanggakan.


Padahal jika kita cermati, semua komponen bangsa dari dulu hingga sekarang, terutama para pemangku kebijakan-kebijakan di negeri ini tercipta akibat jerih payah dari seorang guru. Oleh karena itu, maka wajar dan pantas jika persoalan terkait dengan kesejahteraan guru selalu digelorakan oleh semua insan pendidikan. 


Belum lagi, dengan adanya tugas guru yang begitu berat, baik dalam persoalan administrasi maupun persoalan beban moral dalam menjaga keberlangsungan baik buruk/tumbuh kembangnya peserta didik, maka soal kesejahteraan guru harus selalu digelorakan.


Identitas guru juga menjadi salah satu penyumbang suara terbanyak dalam setiap kontestasi pemilu. Tidak jarang para kontestan  ketika akan berlaga, selalu memberikan janji manis untuk menyejahterakan para guru, meskipun pada kenyataannya setelah para kontestan menang, persoalan kesejahteraan itu belum terlalu dimaksimalkan. 


Kondisi demikian seperti yang terjadi pada hari ini, pasca terpilihnya Presiden Prabowo sebagai pemenang kontestasi pemilihan presiden, persoalan kesejahteraan guru sedang menjadi objek pembicaraan yang hangat. Persoalannya tidak disangsikan lagi, yakni terkait dengan kesejahteraan guru. 


Upaya untuk menyejahterakan guru yang sedang direalisasikan pemerintah saat ini, meskipun belum maksimal, tetap harus diapresiasi. Upaya pemerintah yang belum memaksimalkan terkait persoalan kesejahteraan guru boleh jadi karena hal anggaran saja. Oleh karena itu, semua guru harus tetap optimis dan tetap berharap, tekad pemerintah untuk menyejahterakan guru sepertinya tidak main-main. 


Kita juga berharap upaya pemerintah dalam merealisasikan kesejateraan guru bukan hanya sekedar untuk memenuhi janji politis semata, melainkan sebagai upaya untuk menghargai dan memuliakan profesi yang mulia ini.  Semoga saja di masa-masa yang akan datang, selama pemerintahan ini berlangsung, kesejahteraan guru akan terus meningkat meskipun tidak mudah, sehingga sedikit demi sedikit ungkapan guru sebagai seseorang yang tanpa tanda jasa tidak relevan lagi. Inilah yang harus dilakukan oleh pemerintah.


Memang, untuk mewujudkan kondisi demikian bukan perkara yang mudah. Pertama, pemerintah harus punya komitmen untuk menyejahterakan semua guru tanpa terkecuali. Dengan komitmen yang kuat dan serius, apapun persoalan terkait dengan dunia pendidikan, termasuk di dalamnya guru, saya rasa akan mudah terealisasikan. 


Kedua, guru itu manusia, buka robot. Hendaknya guru tidak lagi dibebani dengan hal yang sifatnya administrasi yang sekiranya dapat mengganggu berinteraksi dengan peserta didik. Guru harus diberikan ruang yang maksimal untuk lebih beinteraksi dengan peserta didik. Yang mesti diingat, pengetahuan/ilmu yang diterima oleh peserta didik bukan semata dari sumber buku saja. Justru cara penyampaian (transfer) pengetahuan, sikap guru, dan kasih sayang guru yang akan lebih membekas di hati peserta didik. 


Sementara itu, guru sebagai penerima kesejateraan dari pemerintah harus mampu mempertanggung jawabkannya secara moral. Pendidikan adalah hal yang urgen. Peserta didik saat ini adalah generasi yang akan mengisi ruang kehidupan bangsa yang akan datang. Oleh karena itu, upaya dan jerih payah yang dilakukan oleh para guru kepada peserta didiknya saat ini, dalam rangka memuliakan dan mencerdaskan anak bangsa sejatinya adalah untuk menyiapkan generasi hebat di masa yang akan datang. 


Kita berharap, di masa yang akan datang kita mampu dan dapat tersenyum dengan indah menyaksikan para generasi yang pernah kita didik berlaga dengan baik dan indah pada dunianya masing-masing. Dan di saat kita sudah tidak ada dalam dunia fana ini juga, kita dapat merasakan apa yang pernah kita berikan kepada mereka. Semoga. 


Rudi Sirojudin Abas, salah seorang peneliti kelahiran Garut yang bekerja sebagai tenaga pendidik