• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Minggu, 28 April 2024

Opini

KPI dan Peran Media Songsong Pilkada di Tengah Pandemi

KPI dan Peran Media Songsong Pilkada di Tengah Pandemi
Logo Jabar Saber Hoax. Dok. Humas Pemprov. Jabar.
Logo Jabar Saber Hoax. Dok. Humas Pemprov. Jabar.

Oleh Zainuddin

Media memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Di era digital ini, semua orang butuh informasi cepat dan tepat. Media mainstream sebagai rujukan utama, dituntut untuk lebih cepat, tepat, inovatif sekaligus tetap terpercaya. Media arus utama itu sekarang mendapat saingan berat. Kehadiran platform media sosial, telah menjadi penyeimbang informasi bagi masyarakat luas. Alih-alih menyalahkan perkembangan digital, media arus utama harus berbenah jika tidak mau ditinggalkan pembaca. Namun, karena media sosial ini sifatnya masal dan masif, banyak dijumpai tebaran berita hoax yang membuat netizen kewalahan.  Kurangnya daya kritis dan analisa atas sebuah informasi, bukan hanya dialami warga biasa, bahkan kalangan terdidik pun ikut terpapar hoax.

Ada dua peristiwa penting yang dihadapi warga Jawa Barat saat ini, yaitu pandemi Covid-19 dan Pilkada 2020 di sejumlah kabupaten/kota. Keduanya tak lepas dari sebaran berita bohong. Jabar Saber Hoax misalnya, harus berjibaku mengklarifikasi ribuan konten hoax terkait Covid-19 dan Pilkada.

Pilkada ditengah pandemi Covid-19 memang sebuah simalakama. Beruntung pemerintah pusat sigap memundurkan waktunya ke bulan Desember 2020. Tidak terbayangkan jika tetap dilaksanakan pada bulan Juli, berbarengan dengan memuncaknya wabah. Persis di sinilah media memiliki peran strategis untuk melakukan pendidikan politik (civic education) bagi khalayak. Media mainstream (cetak, elektronik, online), bagaimana pun  masih dipercaya sebagai sumber berita utama masyarakat. Ketua KPI Pusat Agung Suprio menilai, peran media penyiaran sangat tepat dan efektif untuk melakukan edukasi soal Pilkada di tengah pandemi, dibandingkan media baru seperti platform youtube. Selain jangkauannya yang luas, keberadaan TV dan radio telah dipayungi hukum serta etika siaran, yang hal ini belum ada di media baru.

Bagi Agung, masyarakat masih lebih percaya kepada informasi dari TV dan radio daripada youtube.
Salah satu kekhawatiran terbesar dalam Pilkada 2020 adalah minimnya partisipasi publik. Hal ini merujuk  pada pengalaman pemilihan umum di 18 negara yang dilaksanakan saat pandemi. Sebanyak 16 negara mengalami penurunan partisipasi pemilih karena gagal mensosialisasikan rasa aman saat melakukan pencoblosan. Angka partisipasi pemilih di Perancis, menurun dari 63.6%  menjadi 44.7%. Kemudian di Australia dari yang sebelumnya 83% menjadi 77%. Lalu, Iran dari sebelumnya 60.09% menjadi 42.32%. Mali dari 42.7% menjadi 7.5% (sumber: http://kpi.go.id/). Maka diperlukan strategi khusus untuk menangani Pilkada di tengah pandemi Covid-19 ini, khususnya di Jawa Barat.

Mencermati hal di atas, sebagai lembaga resmi negara yang independen,  KPI harus berkolaborasi dengan berbagai pihak, untuk terus berupaya mendorong peran aktif lembaga-lembaga penyiaran guna menyampaikan pesan-pesan positif, edukatif dengan cara yang lebih kreatif dan inovatif. Hal ini yang akan mengikis kekhawatiran khalayak akan minimnya partisipasi pemilih dalam Pilkada serentak 2020. Komisi Penyiaran juga harus membuat standar khusus bagi lembaga-lembaga penyiaran sesuai dengan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS). Hal ini sangat dibutuhkan, karena selain kesuksesan Pilkada, semua lembaga negara harus juga berpartisipasi dalam menekan penularan Covid-19.

Kenapa KPI harus menggandeng lembaga lain utuk suksesnya Pilkada serentak? Karena kewenangan KPI terbatas hanya pada siaran televisi dan radio. Hal inilah yang kadang membuat persepsi masyarakat salah dalam menilai tugas dan fungsi KPI itu sendiri. Dibutuhkan kolaborasi KPI, Menkomminfo, KPU, Bawaslu, Komisi Informasi Publik, dan lembaga-lembaga terkait lainnya, untuk bersama-sama mengawasi konten yang beredar di tengah masyarakat, utamanya saat sensitifitas meninggi, yaitu saat perhelatan Pilkada. Inilah ujian dan tantangan buat semuanya, menciptakan Pilkada damai dengan partisipasi publik maksimal. Dan tentu saja, kita berharap pandemi Covid-19 ini segera berlalu, agar kehidupan baru dapat segera kita jalani. Tentu saja dengan semangat dan gairah yang baru.      

Penulis, Pengurus Lajnah Ta’lif wa Nasyr (Lembaga Penerbitan dan Penyiaran) PWNU Jawa Barat.

 


Opini Terbaru