• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Kamis, 25 April 2024

Opini

Ketika Muslim dan Yahudi Berbicara Toleransi

Ketika Muslim dan Yahudi Berbicara Toleransi
(doc. Pribadi/saat saya memberikan buku.kepada Rabbi Benjamin dan istrinya)
(doc. Pribadi/saat saya memberikan buku.kepada Rabbi Benjamin dan istrinya)

Oleh: Ardiyansyah
Jika kita mendengar orang Yahudi mungkin yang terlintas di dalam pikiran ialah sebuah konflik di Timur Tengah, yaitu Israel-Palestina. Belum lagi sekelompok orang yang meyakini bahwa orang Yahudi adalah musuh abadi umat Islam yang harus diperangi. Munculnya statement seperti ini dikarenakan jarangnya umat Islam di Indonesia yang berdiskusi banyak dengan orang Yahudi dan yang lebih parahnya lagi menutup akalnya untuk mendapatkan informasi yang benar mengenai Yahudi. Padahal di Al-Quran sendiri banyak sekali diskusi dan narasi yang menceritakan tentang Yahudi dan Kristen.

Sebenarnya, komunitas Yahudi di Indonesia ada. Tetapi sebagian ada yang menutup diri dan ada yang memang berani secara terang-terangan. Bagi yang menutup diri, ada beberapa hal yang coba mereka pertimbangkan. Pertama, tidak diakuinya agama mereka sebagai agama resmi negara meskipun eksistensi mereka sudah ada sejak lama di Indonesia. Kedua, terseretnya orang Yahudi di Indonesia dengan konflik Israel-Palestina meskipun konflik kedua negara tersebut tidak melulu soal agama. Ketiga, tertutupnya pengetahuan sebagian besar masyarakat mengenai Yahudi sehingga orang Yahudi menutup diri agar tidak terjadi konflik horizontal di tengah-tengah masyarakat Indonesia.

Meskipun demikian saya (sebagai penulis dan beragama Islam) dan Rabbi Benjamin Meijer Verbrugge (penganut Yahudi) mempunyai suatu misi di Indonesia untuk membuka kembali diskusi dan pengetahuan tentang toleransi di antara kedua agama tersebut sehingga usaha dilakukan membuahkan hasil dimana toleransi di antara umat Muslim dan Yahudi terjadi di Indonesia, tak melulu konflik Timur Tengah.

Dialog tentang toleransi diawali kunjungan Rabbi Benjamin ke Pesantren Motivasi Indonesia, Setu-Bekasi yang diasuh oleh KH. Ahmad Nurul Huda Haem (Ayah Enha) pada bulan November 2020. Dengan mematuhi protokol kesehatan karena pandemi covid 19, saya yang kebetulan sebagai Ketua PAC GP. Ansor Tambun Utara dan Rabbi Benjamin sebagai Ketua Umum  rabbi the United Indonesian Jewish Community memulai dialog dengan para santri Pesantren Motivasi Indonesia tentang titik temu Yahudi dan Muslim. 

Dalam sejarah, tercatat bahwa umat Islam dan Yahudi pernah hidup berdampingan dalam membangun sebuah peradaban. Rabbi Benjamin bercerita, meski pun dalam sejarah Islam pernah terjadi konflik antara Nabi Muhammad dan umat Yahudi di Madinah, bukan berarti melunturkan atau menutup sejarah toleransi antara Yahudi dan Islam. Misalkan, ketika Bani Abbasiyah berdiri, Musa bin Maemon yang akrab dipanggil Maemodes ialah seorang filsuf beragama Yahudi, yang ikut memberikan sumbangsih penerjemahan buku filsafat dari bahasa Ibrani dan Aram ke dalam bahasa Arab sehingga banyak umat Islam yang mampu mempelajari filsafat pra Islam.

Kemudian saya menambahkan, bahwa ketika Khalifah Abdurrahman mendirikan kekhilafahan di Andalusi (Spanyol), ia menjadikan Hasdai bin Saprut seorang Yahudi sebagai utusan Khalifah bidang kerjasama luar negeri. Ia juga menjadi ketua tim penerjemah naskah-naskah yang berbahasa Ibrani, Aram dan Yunani. Masih banyak secara yang jika diceritakan mungkin akan menjadi sebuah buku.

Sebelum ditutup Rabbi Benjamin menegaskan, bahwa konflik di Palestina adalah konflik politik yang harus dibedakan dengan hakekat agama dan kepercayaan. Islam dan Yahudi memiliki tanggung jawab yang sama yaitu membawa rahmat Allah kepada seluruh manusia. Maka sudah saatnya kita duduk bersama untuk membuat Indonesia yang lebih baik.

Setelah diskusi selesai, saya dan Rabbi Benjamin mempunyai tekad lebih kuat, untuk tetap menjalin kesatuan dan persatuan antara Muslim dan Yahudi serta memberikan edukasi kepada masyarakat luas agar salah paham mengenai hubungan Yahudi dan Muslim dapat dihapuskan. Rabbi Benjamin juga berharap bahwa Nahdlatul Ulama, sebagaimana menjadi Ormas terbesar di Indonesia tetap merawat dan menjaga ke-Bhinekaan sebagaimana dulu Gus Dur perjuangkan.

Penulis adalah Pengurus LTN PCNU Kab. Bekasi  dan Ketua PAC GP. Ansor Tambun Utara


Opini Terbaru